Wild Love Episode 77A
Gedung yang terdiri dari 3 lantai
Royal Win Indonesia Entertainment – Wild Love Episode 77A, Penjelasan di mulai dari foto yang dia peroleh dari tempat perkara akan terjadi kejadian. Foto-foto memperlihatkan sebuah pemadangan gedung yang bisa di bilang tua tapi sebenarnya masih baru, menurut penjelasan anton itu adalah gedung yang baru selesai di bangun namun belum di huni sama sekali. Di kelilingi oleh kebun-kebun singkong, ada pula pohon sengon yang tumbuh di situ. Tampak sekali lingkungan sekitar gedung masih rindang dengan tanaman-tanaman, yupz anton mengatakan kita akan masuk melewati kebun belakang gedung yang masih rimbun ini.
Anton kemudian menjelaskan kepada kami, mengenai gedung yang terdiri dari 3 lantai, luas bangunan cukup luas. Dari penuturan anton ini hanya perkiraan karena ketika anton berada di lokasi, sudah ada beberapa orang yang berjaga-jaga di tempat itu. sehingga untuk masuk anton mengalami kesulitan, bahkan utnuk mengambil gambar anton hanya menggunakan sebuah kamera kecil yang berada didalam karungnya. Ya itulah mengapa gambar yang di tampilkan sedikit miring sana-miring sini.
“itu informasi lokasi yang bisa aku berikan kepada kalian dan ini desain dari gedung tersebut, aku kemarin meminta dari kontraktornya”
ucap anton, yang kemudian duduk dan menyulut dunhill mild.
“nyamar jadi petani nton?”
ucap hermawan.
“Bukan, tapi tukang rongsokan”
ucap anton.
“keren banget baru kali ini ada tukang rongsok bawanya kamera”
ucap dewo.
“ah, sudah kembali ke topik pembicaraan!”
bentak anton membuat kami semua duduk tegak kembali.
Dengan asap mengepul di dalam rumah wongso, udara semakin panas dan penat. Pandangan kami tampak sedikit kabur karena asap yang semakin pekat.
“Jendelone bukak su, iki nek dijar-jarke… awake dewe mati keracunan dhisik sak durunge mangkat perang (jendelane dibuka njing, ini kalau dbiarkan… kita bakalan mati keracunan dulu sebelum berangkat perang)”
ucap wongso kepada dira.
“iya sayangkyu… ganteng deh muach…”
ucap dira.
“halaaaaaaaaaah… ganjen!”
ucap kami bersama-sama, tampak dira pede.
Semua tampak kebingungan dengan apa yag diucapkan anton
Kita ulangi lagi, Dengan asap mengepul di dalam rumah royal win wongso, udara semakin panas dan penat. Pandangan kami tampak sedikit kabur karena asap yang semakin pekat. Namun udara mulai masuk kedalam rumah wongso setelah jendela mulai terbuka. Anton memulai pembicaraan dengan menjelaskan rencananya secara detail dan terperinci. Layaknya kita akan berangkat perang, tapi apa sebenarnya rencana anton? Semua tampak kebingungan dengan apa yag diucapkan anton.
“jujur ae (saja) aku bingung..”
ucap udin polos.
“hadeeeeh… celeng (babi hutan), gini gampange!”
ucap anton.
Yang kemudian menjelaskan secara gamblang dan kami akhirnya mengerti. Tapi anton juga menjelaskan pakaian-pakaian yang akan kita pakai. Dari jaket anti peluru, mikropon, pisau belati, pistol? Tidak ada pistol diserahkan kepada kami, karena sulit bagi anton untuk membawa pistol sejumlah koplak, bisa dicurigai. Penjelasan-penjelasan mengenai perlengkapan perang kami, walau sebenarnya kami tidak paham keseluruhannya tapi anton dengan telaten menjelaskan kepada kami fungsi masing-masing alat.
Setelah panjang lebar menjelaskan masalah, lokasi, rencana dan perlengkapan akhirnya kami pusing juga. Padahal jika dilihat dari rencana sajalah, intinya Cuma bagaimana kita melumpuhkan penjaga yang didepan dan kemudian masuk. Hanya itu, itu saja… nanti didalam kita bergerak dengan “mata tertutup” maka dari itu anton menyuruh kita berkelompok minimal 2-3 orang. sebentar kami nongkrong didepan rumah wongso, tampak ibu wongso menutup warung.
“bu, jangan ditutup dulu, mau buat minum buat anak-anak”
ucap wongso.
“Oh ya wes nang (sudah nak), nanti kamu tutup ibu sudah capek. Mi, asmi… kamu tidur sama ibu saja, pijetin ibu ya”
ucap ibu wongso.
“Inggih bu…”
ucap asmi.
Asap Dunhil bertebaran kemana-mana
Dengan masing-masing dari kami memegang segelas minuman hangat, sesekali dari mereka menepuk bahuku. Mereka mengerti akan kegelisahanku, mencoba menenangkannya. Asap Dunhil bertebaran kemana-mana, dira yang biasanya menggoda kami saja tidak berani berkata-kata.
“Besok kita akan mati ya? he he he”
ucap Karyo.
“may be yes, may be no he he he”
ucap aris.
“gimana kalau sekarang kita ngocok bareng-bareng?”
ucap dewo.
“dari pada ngocok bareng-bareng, sini dira emutin, atau mau pakai susu dira bisa lho”
ucap dira melumerkan suasana.
Ha ha ha ha ha ha ha ha ha ha ha ha”
tawa kami semua.
Selang beberapa saat kemudian, satu demi satu dari kami pulang. Pulang menuju rumah para perempuannya. Sama halnya denganku, menuju ke tempat dimana aku selalu tinggal. REVIA melaju dengan cepat dengan dadaku berdegup dengan keras, gelisah akan besok malam. Akankah semua selesai? Atau aku yang akan selesai? Masa bodoh dengan semua ini. ketika pikiranku kalut, wongso selalu menenangkanku begitu pula koplak yang lain. Hah, aku tidak seharusnya melibatkan mereka semua. Tapi setiap kali aku meminta mereka untuk tidak ikut campur bukannya senang malah memarahiku habis-habisan. Ya sudahlah, we are the winner, i believe!