Willd Love Epsode71B
Willd Love (Epsode71B)
Royal Win Indonesia Entertainment – Willd Love Epsode71B, segera aku mengemasi beberapa pakaianku yang akan aku kugunakan dirumah dian, walau sebenarnya tidak perlu karena disana sudah lengkap. Kunyalakan komputerku dan aku pindahkan file-file penting yang aku butuhkan, dan tentunya menghapus semua history dari komputerku. Tidak lupa aku mengambil sematpon KS dan juga kalung dari nenek mahesawati. Setelah semua beres aku duduk kembali di samping kamarku, kulihat sekelilingku dengan tangan masuk dalam saku jaketku. Ketika tangan kiriku memegang sesuatu yang berada di saku jaket, kutarik keluar dan kulihat. Aku hanya tersenyum.
“mungkin suatu saat nanti…”
bathinku.
Aku kembali berjalan keluar kamarku dan menghampiri ayahku. Wajahnya masih tetap sama, wajah tak peduli kepadaku. Apalagi kalau ada ibu, sama saja tidak ada kepedulian sedkitpun. Segera aku berpamitan dan keluar dari rumah ini. rumah yang akan menjadi kenangan. Aku jalankan REVIA menjauhi rumahku. Tiba-tiba dalam benakku kembali bergejolak karena teringat perkataan ayahku.
“kamu akan tahu sendiri suatu saat nanti”
Apa mungkin memang waktunya sudah semakin dekat? Apakah mungkin? Ah kenapa aku jadi gugup seperti ini. kenapa juga rani belum memberitahuku mengenai eri? Dalam perjalanan pulang kerumah baruku, pikiranku berkecamuk kesana kemari. Aku hentikan motorku dan mengrim bbm ke dian tapi sial, aku belum invite ulang BBM-nya setelah emosi saat itu. aku cari sms dan nomor telepon dari history Hpku. Sudahlah mungkin aku harus segera pulang. Ketika hendak menarik gas motor.
Forever and one, i will miss you… (helloween). Ringtone. Nomor tidak diketahui.
Halo
mas…
oh ade, kirain siapa
makanya kalau marah-marah jangan hapus semua nomor sama kontak BBM. Huh!
iya… iya… maafin mas, jangan marah dong
hu’um
ada apa de?
mas kalau main ma koplak ndak papa, tapi inget ya
iya, mas ingat… tapi kenapa disuruh main sama koplak?
ade ndak mau rumah penuh asap rokok, terakhir mas rokok di ruang tamu waktu itu. baunya ndak karuan
pengertian banget siiiih
Hm… gimana ya, kalau saja bisa ya ndak usah ngrokok
eh… iya, iya mas maen saja. Masalah rokok dibahas kapan-kapan yah
pulangnya jangan malam-malam dan kalau pulang langsung pulang saja ndak usah mampir-mampir!
eh… iya, langsung pulang kok. Oia Ade mas invite lagi dong bbm-nya
ndak mau! Invite saja sendiri weeeeek…. dadah sayang
iya sayangku
tuuuut
Ku arahkan motorku ke arah warung wongso
Ternyata punya pacar tidak selamanya di penjara royalwin indonesia 1. Nyatanya aku masih bisa main sama teman-temanku, mungkin dian sadar kalau aku juga butuh sahabat untuk berbagi. Argh, begitu beruntungnya aku. Tapi kenapa tiba-tiba ya? nantilah aku telepon lagi, ku save nomor dian. Ku arahkan motorku ke arah warung wongso, disana sudah ada anton dan dewo.
“WEIDIYAAAAAN (GILA) dah punya pacar nih”
ucap dewo.
“mas arya, peluk aku dong… ku pengen dipeluk”
ucap anton dengan gaya cewek.
“iya sayang aku peluk sini, ARYA CINTA DIAN!”
timpal dewo dan kemudian sedikit berteriak meneriakan apa yang pernah aku teriakan di depan warung.
“Ah, matamu su (njing)… biasa saja kali bro, kalian kan juga sudah punya. Masa aku ndak boleh punya?”
ucapku sambil berjalan menuju ke arah mereka.
“tapi lebay-nya itu lho ha ha ha ha”
balas wongso yang keluar dari warung karena mendengar keramaian.
“Mas, dimasukin saja ah… masuk mas…”
goda dewo.
“gundulmu, emang aku seperti kamu leng (leng = celeng = babi hutan)”
balasku.
“Oooooo lha bocah! Apa ndak ada kata-kata yang sopan lagi heh!”
teriak ibu wongso dari dalam warung yang mendorong wongso kedepan.
“AMPUUUUUUUN NDORO PUTRI!”
ucap kami bersamaan.
“kalian ngomong ndak sopan lagi ibuk giles pakai ulekan!”
ucap ibu wongso.
“inggih (iya) ndoro putri”
balas kami, setelahnya ibu wongso masuk ke dalam rumah.
Kami kemudian ngobrol, senampan teh panas di antarkan oleh asmi satu persatu mulali meningkatkan gas pemicu pemanasan global. Canda dan gurau kami berbalas dari masing-masing. Beberapa koplak tidak bisa datang karena mungkin banyak kesibukan, keberuntunganku saja bisa bertemu mereka bertiga. Dewo tiba-tiba melakukan foto selfie dengan memperlihatkan kami bertiga bersamanya.
“ngapain selfie? Kaya ababil saja kamu wo”
“alah, sekali-kali kenapa?”
ucap dewo yang kemudian sibuk dengan sematponnya.
“Lha kamu kenapa nton? Pakai ngrekam suara kita segala? Mau kamu laporin ke teman-teman kamu?”
tanyaku.
“enggak ini lebih darurat daripada temen, penting bro”
ucap anton yang kemudian sibuk dengan sematponnya juga.
Selang beberapa saat mereka memasukan sematponnya. Tiba-tiba aku teringat akan kata-kata ayah kembali.
“bro, ada yang janggal tadi waktu aku ketemu sama ayahku”
ucapku, kemudian aku menceritakan percakapanku dengan ayahku ketika mengambil barang dirumah.
“ada yang aneh memang, apa mungkin pertemuannya akan diajukan?”
ucap anton.
“lha ada kabar dari si buku?”
ucapku.
“kalau dari sibuku belum ada, dia ada ditempat yang aman. Sedangkan ara, sudah aku posisikan untuk melakukan aktifitasnya seperti biasa dan tentunya aku suruh dia pasang wajah sedih setiap harinya. Tidak boleh bercanda ataupun memperlihatkan perasaan biasa-biasa saja atas ketidak adanya ayah angkatnya itu”
ucap anton.
“wah keren juga kamu nton, sampai segitunya menyetting orang”
ucap wongso.
“kalau tidak begitu, ara bisa saja diculik. Kemarin ara didatangi seseorang”
ucap anton.
“si siapa nton?”
ucapku.
“hantukah?”
ucap dewo.
“dewa mabuk! Ini serius”
ucap wongso.
“aku tidak tahu jelasnya, ketika itu ara bercerita kalau dia didatangi orang yang tidak dikenal. Menanyakan ayah angkatnya itu, tapi karena dari awal sudah aku atur. Ara menunjukan perasaan sedihnya, bahkan menurut penuturan ara, lelaki itu sangat percaya dengan aktingnya. Bahkan ara sempat menangis dan memohon kepada lelaki itu untuk menemukan ayahnya. Setelah itu semua terjadi tidak ada lagi gerak-gerik mencurigakan yang terjadi pada ara. Kami yang merasa kecolongan karena tidak mengawasi ara merasa lega dan sekarang ara aman, karena kita sudah mengirim empat orang secara bergantian untuk mengawasi ara”
ucap anton.
“oia cat, ada kabar dari rani?”
ucap wongso.
“belum ada kabar, ada sebuah pesan yang dikirimkan ke sematpon ayahku dan ibuku membacanya”
ucapku kemudian menceritakan isi dari pesan yang masuk. Semua kemudian hening dan terdiam.
“darah dan sisanya…”
ucap wongso.
“kalau minum darah ndak mungkin ya? mereka kan bukan drakula, masa iya minum darah mereka… hiii ngeri dah, gimana ngrasainnya”
ucap dewo. Anton tiba-tiba terhenyak dan memukul bahu dewo yang sedang mengangkat gelas berisi teh hangat.
“makasih wo!”
teriak anton.
“uhuk wasu celeng! Alon-alon (pelan-pelan) to ndes!”
ucap dewo yang tehnya tumpah kemana-mana.
“kamu menemukan sesuatu ton?”
ucapku dan wongso bersamaan.
“begini, maksud dari darah dan sisa adalah mungkin eri akan diambil dulu keperawanannya dan sisanya akan dilemparkan ke ayah arya dan temannya itu”
ucap anton.