Wild Love Episode 76A
Kupandangi wajahnya yang sedikit ngambek
Royal Win Indonesia Entertainment – Wild Love Episode 76A, Aku terdiam sejenak, memang aku terlalu berburuk sangka padahal itu sebenarnya hanya sebuah permisalan. Permisalan yang di buat dian adalah permisalan yang belum terjadi, dan aku yakin tidak akan terjadi. Tanganku berhenti sejenak di atas kepalanya dan kupandangi wajahnya yang sedikit ngambek karena jawabanku.
“maaf…”
jawabku pelan dan mulai megelus kepalanya lagi.
“kamu laki-lakiku, dan jika hal itu terjadi… dan kamu mengetahuinya dengan mata kepalamu sendiri, apakah benar dengan datang ke tempat makan dan menggebrak meja lalu menghajar felix ditempat itu? apa kamu mau menjadi seorang lucas?”
mendengar jawaban itu aku terdiam.
“atau jika seandainya kamu mengetahui hal itu dari teman kamu atau mengetahuinya dariku atau mengetahuinya dari pesan singkat di sematponku… apakah kamu akan mendatangi felix atau mungkin memarahiku semarah-marahnya dan lalu mendatangi felix lalu menghajarnya?”
jelasnya.
“kenapa diam?”
lanjutnya bertanya kepadaku.
“maaf mungkin aku tadi menjawab dengan emosi, padahal itu hanya sebuah permisalan…”
jawabku datar.
“permisalan atau bukan, itu menandakan personal kamu. permisalan atau bukan itu semuanya bisa terjadi. Permisalan atau bukan, kamu adalah lelakiku… aku tidak ingin kamu menjadi sangat arogan dalam kehidupamu ketika bersamaku”
jelasnya.
“apa cinta akan selalu membuatmu buta akan sebuah pertanyaan? Cobalah bertanya, bukan maksudku untuk meminta kebebasan dari kamu ketika diluar sana tapi cobalah untuk menggunakan logikamu dan berpikir. Berprasangkalah sebaik mungkin terhadap seseorang sebelum kamu menemukan bukti yang konkrit, bukankah selama ini kamu juga melakukannya?…. Ayahmu…”
jelasnya, aku semakin terdiam tanpa menggerakan tanganku.
Kata-katanya seakan menamparku, ingin rasanya marah ketika dia berbicara seperti itu. tapi memang benar, selama ini aku tidak menyukai ayah sebelumnya tapi setelah semua bukti aku dapatkan aku baru mulai tidak menyukainya.
“kamu adalah lelakiku, selamanya menjadi lelakiku… aku ingin kamu menjadi pemilik rumah ini bersamaku, saling melengkapi dan saling berbagi.
ucapnya.Marah adalah hal yang biasa, selama kita mencoba untuk bertanya dan menghargai jawaban dari masing-masing. Jika memang ada yang salah, kita perbaiki bersama, tap ingat…”
“eh…”
aku sedikit terkejut mendengar perkataan dian yang mengeras ketika mengatakan kata ‘tapi ingat’. Matanya terbuka dan melihat kesamping tanpa melihatku
“jika kamu melakukan satu kesalahan saja dengan bermain dengan wanita lain. Aku tidak akan membalas perbuatanmu, hanya akan mengakhiri hidupku didepanmu…”
jelasnya.
“mungkin aku bocah sampai sekarangpun aku masih bocah. Bahkan kamu sendiri pernah bilang aku masih seperti bocah… he he he”
jawabku, dian berbalik memandangku.
“kenapa kamu malah tertawa?”
tanyanya.
“karena aku sudah kehabisan kata-kata jika melawanmu. Maafkan atas jawabanku, dan jika semua permisalan yang kamu buat benar-benar terjadi ketika kita sudah bersama… aku akan melakukan apa yang kamu lakukan jika aku melakukan perbuatan bodoh”
ucapku.
Mata kami saling berpandangan, tak ada kata-kata terucap.
“jadilah lelakiku selamanya, jadilah pemimpinku… aku sangat mencintaimu…”
ucapnya lirih.
“dan kamu juga, jadilah wanitaku, jadilah ratu dalam kehidupanku… aku juga sangat mencintaimu”
ucapku membalas.
Nafasnya menjadi sangat teratur seketika itu
Tubuhku di tariknya lembut dengan tangan kanannya, membungkuk dan bibirku bersentuhan dengan bibirnya. Lembut tanpa perkataan apapun, mungkin setelah ini aku memang harus lebih hati-hati dalam mengendalikan emosiku, mengendalikan perkataanku. Karena lawanku adalah seorang dosen yang selalu mengerti krakteristik dari mahasiswanya. Dia tahu semua tentang aku, sedangkan aku masih buram tentang dirinya. Yang aku tahu dian sangat mencintaiku, begitu pula aku. Dengan manja dian memintaku untuk kembali mengelus kepalanya hingga dia tertidur. nafasnya menjadi sangat teratur seketika itu, kulihat wajahnya tampak lelah. Punggungku rebah ke sandaran sofa dan ikut tertidur bersamanya dengan wanita yang aku cintai berada dipangkuanku.
Malam harinya, makan bersama seperti biasa dan berbincang selama aku menyuapinya.
“bagaimana kamu tahu aku terluka?”
ucapku.
“Felix… nyam nyam nyam”
jawabnya datar.
“berarti benar dia datang ke ruanganmu?”
ucapku dan dia mengangguk.
“dia datang mampir ke ruanganku, karena memang selama ini ada keperluan ke luar kota. Ya hanya say hai saja, tapi setelahnya dia cerita kalau tadi ketemu sama mahasiswa bimbinganku”
ucapnya setelah menelan makan.
“Iya tadi aku ketemu sama pak felix di auditorium setelah dihajar habis”
ucapku.
“besok hati-hati yah nyam nyam nyam air air hug…”
jawabnya.
“makanya kalau mau ngomong ditelan dulu”
ucapku.
“glek glek glek… aaaah… yang ngajak ngomong siapa tadi?”
protesnya.
“iya, maaf… huh dasar bu dosen”
ucapku.
“apa? Dosen apa? Judes? Gitu?”
ucapnya.
“eh eh eh ada pesawat terbang diluar”
ucapku yang berdiri dan menuju tempat cucian.
“iiih dasar cowok nyebelin”
ucapnya sambil bersedekap dan membuang muka.
“ck ck ck ck…”
aku menggelengkan kepala sambil memandangnya.
“apa?!”
bentaknya.
“walau muka dibuang, tapi tetap saja kelihatan… mmm…”
ucapku yang kuhentikan.
“kelihatan apa?”
jawabnya.
“jelek weeeeeeeeeeeeeeek….”
jawabku sembari lari ke arah ruang TV.
“ARYAAAAAAAA JELEEEEEEEEEEEEK!”
teriaknya sambil mengejarku.