Wild Love Episode 76A
Wild Love (Episode 76A)
Royal Win Indonesia Entertainment – Wild Love Episode 76A, aku melepas pelukannya dan mengangguk pelan kearahnya. Aku hanya duduk di sofa menunggu dian mengambil makan siang di mobil. Dian, kemudian masuk membawakan makan siang dan kami makan bersama. seperti biasa dian selalu minta di suapi setiap makan, ah benar-benar wanita ini tidak membuatku bisa berkonsentrasi makan. Setiap berada di dalam rumah dian selalu melepas semua pakaiannya dan meninggalkan tank-top beserta celana dalam tipis. Menyuapi penuh dengan pemandangan erotis bagiku hari ini, mataku tak pernah luput untuk melirik dada dan selangkangan dian. sebenarnya dian juga tahu kelakuan mataku, terkadang daguku di angkatnya dan dian tersenyum manis kepadaku. ah, godaan…. bertahan arya bertahaaaaan.
“Masih pegal ndak?”
ucapnya bangkit sambil mengambil piring.
“sedikit”
ucapku meminum es teh buatannya.
“nanti malam aku pijitin, tapi nanti malam ya”
ucapnya sambil berlalu menuju dapur.
“kenapa harus nanti malam?”
tanyaku selepas dian kembali dari dapur.
“ya… mmmm…. egh….”
ucapnya sambil menjatuhkan tubuhnya disampingku yang berada disofa, kepalanya langsung rebah dipahaku. Diraihnya bantal kecil dan dipeluknya.
“dielus-elus…”
ucapnya, sudah ketahuan kalau dia ingin bermanja-manjaan hari ini.
“yang mana?”
godaku.
“terserah, pokoknya pengen bobo dipangkuanmu”
ucapnya.
“terus masmu yang jelek ini bobo dimana? Kan lagi sakit”
ucapku.
“yeee… sakit kan karena perbuatan sendiri weeeeek…”
ucapnya.
“iyaa… iya, dah bobo dulu, kelihatan capek wajah kamu yang”
ucapku.
Ah, dian memejamkan matanya. Terlihat sangat cantik, apapun yang dian lakukan di hadapanku selalu terlihat cantik. Entah bangun tidur, entah habis mandi, entahlah pokoknya apapun yang ada pada dirinya selalu terlihat indah di mataku. Sifatnya yang kadang manja membuatku seakan menjadi seorang lelaki yang lebih dewasa darinya yang harus memenuhi semua keinginannya, memberitahukan kepada dia mana yang salah dan mana yang benar.
Ya, itu terjadi ketika dia bermanja-manjaan kepadaku tapi ketika dia memanggilku dengan sebutan kamu-aku terlihat sekali dia mencoba mengajakku untuk menjadi temannya, sahabatnya yang bisa saling berbagi satu sama lain. Berbeda lagi ketika dia menjadi seorang dosen di kampus royal win, penuh dengan kewibawaan terhadap seorang mahasiswa. Memberikan masukan dan memberikan nasehat kepadaku. Ah, apa mungkin itu dia sengaja melakukan hal itu semua agar aku bisa mulai berpikir dewasa? Ya, di lihat dari manapun aku tampak masih seperti anak kecil, seorang bocah yang masih labil emosinya.
“aku tadi ketemu felix…”
ucapnya dengan mata terpejam.
“ouwh…”
jawabku dengan perasaan sedikit terbakar.
“ketemuan?”
lanjutku sambil mengelus kepalanya.
“tidak, tadi dia ke ruangku pas lagi ngobrol sama erna”
jawabnya.
“dia kan sudah punya pacar…”
jawabku.
“iya, aku sudah tahu…”
ucapnya.
“terus kenapa dia datang ketempatmu?”
selidikku.
“Cuma main pengen ketemu sama teman-teman dosen, katanya…”
jawabnya masih terpejam dan memeluk bantal kecil.
“eh… terus?”
selidikku.
“kenapa? cemburu?”
jawabnya.
“eh, ya ndak gitu kan aku Cuma nanya saja”
jawabku mengelak.
“nanya apa cemburu? Kok nadanya seperti itu?”
balasnya.
“iya, aku cemburu…”
jawabku tegas.
“terus kalau cemburu mau ngapain?”
ucapnya dengan wajah datar, matanya masih terpejam.
“tergantung dia ngapain sama kamu”
balasku.
“kalau semisal dia ngajak pergi aku, terus ngajak makan siang bagaimana?”
ucapnya membuatku semakin panas.
“kok kamu gitu? Kenapa ndak ngabari aku tadi?”
jawabku dengan nada sedikit marah dan membuatku menghentikan elusan pada kepalanya.
“aku kan bilang semisal yang, elus lagi…”
jawabnya.
“aku hajar dia…”
jawabku santai tanpa melanjutkan mengelus kepalanya.
Matanya terbuka dan membalikan tubuhnya memandang ke atas, ke arah wajahku. Di raihnya tanganku untuk mengelus kepalanya kembali, dengan sedikit malas aku mengelus kepalanya lagi.
“hal itu tidak akan menyelesaikan masalah, malah memperparahnya. Kenapa kamu tidak mengatakan kepadaku untuk tidak jalan dengan cowok lain atau menasehatiku. Kamu laki-lakiku seharusnya kamu bisa menjawab dengan kelaki-lakianmu, itu semua hanya permisalan namun kamu sudah menaikan emosi kamu sendiri…. elus lagi”
jelasnya santai dan kemudian memiringkan tubuhnya kembali dan memeluk guling.