Wild Love Episode 69B
Perjalanan sangat indah ini
Royal Win Indonesia Entertainment – Wild Love Episode 69B, Entah mimpi apa sebenarnya aku semalam, memboncengkan dian dosenku. Aku nyalakan REVIA dan berjalan dengan kecepatan sangat cepat, 40 Km/jam menuju rumahnya. Tangan kiriku mendekap kedua tangannya yang memeluk tubuhku. Perjalanan sangat indah ini aku lalui dengan hati yang bermawar-mawar. Akhirnya memasuki daerah kota di royal win indonesia yang penuh dengan keramaian malam, melewati keramaian di sebuah warung pinggiran yang berjajar.
“Cinta mas…”
ucapnya.
“AKU CINTA DIAAAAAAAAAAAAAAAAAAAN!”
balasku dengan teriakan keras.
“ih… mas keras banget banyak yang denger tuh”
ucapnya dengan dagu bersandar di bahuku.
“biarin semua orang tahu…”
balasku.
“tuh pada lihatin kita mas”
ucapnya.
Aku berhentikan motorku di tengah-tengah warung berjajar.
“WOI…. INI PACARKU AKU CINTA DIA…”
teriakku membuat semua orang yang berada dalam warung keluar melihat kami.
“Woooo… Arya koplak…”
ucap seorang dari mereka yang mengenalku.
“mas… sudah… ayo pulang, iiih…”
ucapnya sambil mencubitku.
“auch… iya… he he he”
balasku.
Beberapa orang kemudian masuk ke dalam warung lagi, dan aku jalankan lagi motorku.
“Woi cat… ojo lali mangan-mangane (jangan lupa makan-makannya)”
teriak seseoranng, yang setelah aku lihat ternyata wongso dan asmi. Aku balas acungan jempol ke arahnya, dan mereka hanya tersenyum kepadaku.
“kok malah sembunyi?”
ucapku.
“iiih mas, kan ndak perlu gitu juga…”
ucapnya.
“berarti malu punya pacar mas?”
balasku.
“ndak…”
jawabnya.
“he he he…”
jawabku cengengesan.
“AKU JUGA CINTA ARYA!”
teriaknya.
Tak kupedulikan orang-orang yang melihatku
Aku terkejut mendengar teriakan wanita yang aku bonceng dibelakangku. Pelukannya semakin erat dan semakin membuatku terhanyut dalam alunan cintanya. Tak kupedulikan orang-orang yang melihatku dan kadang menertawakanku. Masa bodoh, kalau cinta, dunia milik kami berdua yang lain harus bayar uang sewa. Tak terasa perjalananku akhirnya sampai di gerabang perumahan ELITE, dengan santai satpam keluar dari posnya dan langsung mengijinkan aku masuk. Sesampainya di depan rumah bu dian kumatikan motorku, bu dian kemudian turun tapi sebelumnya mengecup leherku. Dengan cepat bu dian membuka pintu gerbang rumahnya, aku memandangnya dengan takjub akan kecantikan wanita ini.
“Mas.. dimasukin…”
ucapnya.
“eh… aku pulang saja ade…. kan udah malam”
balasku, tiba-tiba dia jongkok menutupkan wajahnya di lipatan lututnya.
“Sudah sana pulang… pergi saja! Ndak usah kembali lagi”
ucapnya yang sangat terlihat marah, apakah ini maksud dari kata-kata tadi ‘kalau mas bareng ade, ade mau pulang’. Dasar laki-laki kurang peka terhadap perempuan.
Aku sebenarnya bingung juga, masa aku tidur dirumah dosenku. Tanpa pikir panjang aku nyalakan motorku dan kujalankan. Aku arahkan motorku ke dalam rumah bu dian, kulihat dian kembali berdiri dan tersenyum kepadaku. Setelah masuk ke dalam aku segera aku turun dari motor dan kutarik pintu gerbang rumahnya dengan posisi dian masih di luar. Hanya kepalaku yang terlihat dari luar.
“Maaf mbak mau nyari siapa? Ini sudah malam mbak… nyonya lagi tidur”
ucapku.
“Mas, apaan sih! Bukain pintunya…”
jawabnya sambil kedua tanganya menarik gagang pintu gerbang rumahnya.
“mbak tolong, nyonya sudah tidur, nanti kalau keganggu saya bisa dipecat mbak…”
godaku.
“maaaaaaaaaassss… eng eng eng…”
ucapnya sambil memukul-mukul pintu gerbangnya, kulihat dia sedikit akan menangis.
“iya… iya silahkan masuk”
ucapku dengan membuka pintu gerbang rumahnya.
Dengan pipi yang mencembung, dian masuk. Wajahnya tampak sedikit judes ketika itu, marah mungkin karena ku goda. Segera aku tutup dan berbalik kerahnya, kulepas helmku dan mendekati wanita yang berdiri dihadapanku.
“jangan marah… ntar tambah cantik lho”
godaku dari belakangnya.
“berarti kalau senyum tambah jelek?”
ucapnya yang berbalik ke arahku.
“ndak juga, kalau marah tambah cantik berarti kalau senyum tambakh semakin cantik”
rayuku.
“iiih… gombal… dasar jelek!”
ucapnya.
“beneran jelek?”
balasku, dian hanya menjawab dengan gelengan kepalanya.
“peluk”
ucapnya.
Aku maju dan kemudian memeluknya… ditariknya tanganku, dengan bergandengan kami berjalan menuju pintu rumahnya. Setelah pintu terbuka, dian kemudian masuk dan melepaskan gandengan tangannya. Dian berdiri didalam rumah dengan kedua tangan bertautan memandangku, kadang kakinya berjinjit-jinjit.
“Selamat datang, sekarang ini rumah mas”
ucapnya sambil menunduk, aku letakan helmku di kursi teras rumahnya.
“permisi bu, saya mau bimbingan boleh?”
godaku kembali.
“iiih… mas… bercanda mulu!”
ucapnya yang kemudian bersedekap dan membuang muka.
“bimbingan cinta maksudnya”
lanjutku.
“he’em…”
ucapnya dengan kedua tangan kembali bertautan dibelakang tubuhnya.
Aku kemudian masuk dan kututup pintu rumahnya. Dian kemudian maju dan meraih kedua tanganku. Menariklu masuk ke dalam kamarnya yang gelap. Ditinggalkannya aku tepat di pintu kamarnya. Dian kemudian masuk dan menyalakan kamarnya, aku begitu terkejut ketika lampu telah menyala. Benar-benar terkejut ketika melihatnya.