Wild Love Episode 69A

Wild Love (Episode 69A)

Royal Win Indonesia Entertainment – Wild Love Episode 69A.

“I found you…”

ucapku sambil kakiku melangkah mendekatinya. Mendekati wanita dengan celana ketat model legging dengan tank-top putih yang sebagian ditutupi oleh jaket kainnya. Tas mungil berada disamping kanannya ya walau aku tidak bisa melihatnya dengan jelas, ada tali panjang yang menggantung di samping kananya.

“hiks hiks hiks hiks…”

tangisnya, kedua tangannya memeluk perutnya.

Langkah kakiku semakin mendekatinya, angin menyapaku membuat semua telingaku membisu. Hati serasa ingin menangis ketika melihatnya.

“hiks hiks hiks hiks…”

tangan kanannya mengusap air matanya.

“hiks hiks hiks hiks… hiks hiks you found me before…”

suaranya memecah kekakuan diantara kami berdua langkahku terhenti, berdiri mematung layaknya arca di pintu gerbang sebuah istana dengan tatapan yang tertuju pada wanita itu.

Pandangannya lurus kedepan, seakan tak menghiraukan kedatanganku.

“iya kan? Kamu telah menemukanku sebelumnya? Hiks hiks hiks”

ucapnya kembali, setiap kata-kata yang keluar dari mulutnya membuatku semakin membisu, pandanganku terjatuh ke tanah dihadapanku.

“Hiks hiks hiks… kenapa? kenapa diam? hiks”

lanjutnya semakin tak kuasa aku berkata-kata, keegoisanku hanya mampu membuatku mendengar lagi dari sematponnya.

“Aku sudah mencoba untuk membangun duniaku disekitarmu… tapi apa? Apa yang selama ini aku dapat? Setiap kali aku mencoba mendekatimu, setiap kali aku sudah merasa dekat denganmu kamu semakin menjauh hiks hiks hiks… apa sih sulitnya mendengar? Apa sih sulitnya memaafkan? Apakah memang benar aku ini tidak bisa dimaafkan?”

lanjutnya, membuatku memandangnya kembali memandang wajah itu untuk kesekian kalinya.

“APA SIH MAUMU?!”

teriaknya tanpa sama sekali memandangku.

“eh…”

aku sedikit terkejut dengan teriakannya.

Alunan nafasku merasakan ketakutan, karbon dioksida pun terasa malas untuk keluar dan rasa bersalah kepadanya membuatku semakin tertancap di tempatku berdiri.

“Aku tahu aku memang salah, aku mencarimu, aku menunggumu… mencoba untuk bisa mengerti akan dirimu… hiks hiks hiks..”

ucapnya.

“Aku tahu aku salah, tapi apa salahnya kamu mendengar sedikit saja penjelasan dariku hiks hiks… felix? ahhhh… hiks… oke aku tahu salah karena pernah jatuh hati kepadanya, tapi apakah hatiku bisa menerimanya dan melupakan bocah itu begitu saja? TIDAK!”

jelasnya.

“memang benar aku telah menyakiti hati ketika aku dilamar, tapi seandainya hati itu tahu aku juga merasakan sakit karena telah membohongi hatiku sendiri. AKU TIDAK MENERIMANYA! KARENA AKU… AKU MEMILIH HATI YANG SELAMA INI AKU CARI!”

teriaknya.

“DENGAR TIDAK?! Hiks hiks hiks”

lanjutnya dengan teriakan-teriakan menghakimi egoku, membuatku semakin tak mampu untuk melangkah mendekatinya.

“Apa hanya karena apa yang dilihat oleh matamu kamu tidak mau mendengarkan kata hatimu dan mencoba mendengar penjelasanku? Egois!”

ucapnya mengingatkan aku tentang apa yang aku lihat ketika wanita ini dipaksa diruang dosen.

“Kenapa hanya diam? Marahi aku yang selama ini menyakitimu… aku sudah putus asa… aku mendatangimu dan mengatakan siapa aku, tapi kamu malah menjauhiku… Apa?”

ucapnya.

“Apa hiks apa salahku? Hiks hiks hiks hiks Saat itu aku sudah ingin menyerahkan hatiku, hati yang selama ini mencarimu, hati yang malu ketika bertemu denganmu hiks hiks kenapa? kenapa menjauh hiks hiks hiks…”

ucapnya dengan isak tangis yang semakin menjadi, kucoba melangkah mendekatinya.

“Aku kotor…”

ucapku lirih bertepatan dengan satu langkahku mendekatinya.

“kotor? Kotor bisa dibersihkan, rusak bisa diperbaiki! Kenapa selalu menyalahkan diri sendiri? apa tidak ada keyakinan dalam batin untuk bisa berubah? Dan kenapa harus menjauh? AKU TIDAK INGIN JAUUUUUUUUUUUUUUHH!”

ucapnya, membuatku semakin menjadi manusia terbodoh di dunia ini.

“kenapa sih tidak memberikan sedikiiiiiiiit saja untuk hati berpikir, berkeyakinan kalau semua pasti bisa diperbaiki tanpa harus menjauh, tanpa harus menyakiti!… hiks hiks hiks hiks… bisa kan untuk saling mengerti?”

lanjutnya, memang benar jika wanita selalu lebih dewasa dari lelaki. Kakiku semakin membeku dengan alunan angin malam yang dingin.

“Ayo ngomong dong hiks hiks hiks… katanya ahli bela diri… semua orang takut kepadamu… semua orang merinding di hadapanmu… tapi hiks hiks dengan hati saja tidak bisa jujur, memangnya hidup hanya untuk berkelahi! Hiks hiks hiks”

ucapnya, aku semakin terpaku dibuatnya.

“Aku yang salah…”

ucapku lirih.

“Ini bukan pengadilan hiks hiks hiks bukan untuk mencari siapa yang benar atau salah hiks hiks hiks… ini tentang bisa tidaknya manusia menghargai hatinya sendiri”

lanjutnya.

hati? Apa benar aku mempunyai hati. Kenapa aku diam? Apakah karena hatiku sudah tidak ingin mengalah lagi?

“kenapa masih ganjel karena di marahi sama cewek judes dan ndak jelas? Iya kan?”

tanyanya.

“Pakai hati? Pakai perasaan, punya ndak sih!… wanita itu mikirnya pakai perasaan, wanita itu inginnya dimengerti kenapa sih lelaki selalu berpikir pakai logikaaaaaaaaaaa terus hiks sekali saja…sekaliiiiii saja… pakai hati, pakai perasaan… hiks hiks tanyakan pada hati kenapa sih ada cewek marah-marah kepadaku? Pasti ada jawabannya, pasti hiks hiks kalau pakai hati mikirnya! Hiks hiks hiks”

lanjutnya.

aku tertunduk dan semakin tak mampu berkata-kata lagi, mungkin memang karena terlalu egois dan tidak mau di salahkan.

Srrsssrrrssshhhh…. angin dingin menerpa kami berdua, suasana semakin dingin dengan setiap deru tangisnya.

“Anda? Iya kan laki-laki itu kan? Apakah hati tidak mengatakan untuk berjuang? Apakah karena kotor harus kalah? Menjatuhkan puluhan laki-laki dengan kepalan tangan saja bisa, tapi menunjukan kata hati… hiks hiks hiks kenapa malah mengalah? Apakah hatimu memang sudah berpaling dariku? Katakan kepadaku?”

ucapnya yang kini memandangku dengan air mata yang mengalir di pipinya.

“Aku… aku … maafkan aku…”

ucapku.

“kenapa mas? Apakah janjimu dulu kepadaku adalah bohong? Aku selalu mengharapkan janji itu mas… selalu… karena bocah itu, adalah lelaki pertama yang membuatku menjadi seorang wanita dengan kata-katanya… hatiku juga sudah berjanji untuk menemukannya dan yakin akan bertemu dengannya…”

ucapnya.

“dan… sekarang aku bertemu dengannya tapi… tapi apakah dia masih ingat akan janjinya? Hiks hiks hiks… aku terlalu bodoh… terlalu bodoh mengharapkannya… benarkan mas? Aku ini bodoh? Katakan mas kalau aku ini bodoh… iya kan he he aku bodoh ya mas hiks hiks hiks sangat bodoh tepatnya kan mas hiks hiks hiks”

ucapnya memandangku.

“Eh… tidak”

ucapku.

Aku langsung melangkah mendekatinya dan berlutut di hadapannya, kupegang kedua bahunya.

“tidak, kamu tidak bodoh, aku yang bodoh… akulah yang selama ini salah… aku yang salah maafkan aku… aku tidak pernah bisa menangkap apa yang kamu inginkan maafkan aku…”

ucapku kepadanya memandang kedua matanya.

“aku benci! Aku benci kamu! dasar lelaki sok ganteng! Dasar lelaki bodoh… aku benci… aku sangat benci kamu… hiks hiks dasar lelaki sok jago… lelaki suka menyakit hati perempuan… aku benci… kamu itu gak ganteng… kamu itu jelek hiks hiks… mahasiswa jelek… ”

ucapnya, kedua tangannya mengepal memukuli dadaku.

“suka bohong… ndak mau jujur aku benar-benar benci kamu… gak ganteng, jelek, suka nyakitin, bodoh hiks hiks sok ganteng hiks ndak mau ngalah ndak mau jujur hiks pokoknya benci aku benci kamu.. benci… benci… benci… benci… benci… benci… benci… benci… benciiiiiiiiiiiiiiiiii…”

ucapnya terus menerus sambil memukuli dadaku, walau aku tahu bukan itu kata hatinya.

Aku memeluknya, kedua tangannya berkumupul di dadaku.

“hiks hiks hiks aku benci kamu… benci… sama kamu hiks hiks hiks… sangat benci kamu hiks hiks hiks”

ucapnya disertai isak tangis.

“iya… aku tahu maafkan aku…”

ucapku.

“Dasar bodoh! Hiks hiks hiks”

ucapnya.

“Aku mencintaimu…”

ucapku tepat ditelinga kanannya.
Wild Love | Haruka Takami 4 | Royal Win Indonesia Entertainment
Royal Win Indonesia Entertainment salah satu website entertainment yang menyajikan cerita dewasa terlengkap dan terpopuler
Pages: 1 2

You may also like...