Wild Love Episode 19
Memberi pengertian
Ibu kemudian memberi pengertian kepadaku agar aku tetap bisa menjaga emosi budhe. Aku mengiyakan, karena Ibu juga ingin masalah ini cepat selesai pada hari itu juga aku hubungi tante ima untuk memberi kabar tentang rencana pertemuan itu. Tante ima mengiyakan dan akan mengikuti semua aturannya, tante imapun mengatakan kalau Rahman sedang camping bersama teman-teman rumahnya dan Om Nico ada dinas luar kota pulang minggu depan.
Kondisi yang sangat cocok dengan apa yang aku inginkan, kemudian aku menghubungi budhe untuk mengabari hal itu. Ternyata budhe kemarin sepulang dari makan bersama denganku telah berbicara pada pakdhe untuk sekali saja mempertemukan pada hari ini. dan budhe sejak tadi pagi telah menyiapkan tempat pertemuan itu di hotel mawar, hotel di daerah pegunungan dekat dengan daerah rumahku.
“Kenapa di hotel budhe? Apa ndak ada tempat yang lain to budhe?”
Ucapku, Ibu yang disampingku juga ikut menguping dengan menempelkan telinga kirinya di telepon cerdasku yang aku tempelkan di telinga kanan.
“Itu tempat yang aman, untuk berjaga-jaga agar suami ima tidak tahu keberadaan mereka”
“Nanti kalau mereka ngapa-ngapain bagaimana? Budhe jangan gila.”
“Sudah itu sudah keputusan budhe, 2 kamar sudah budhe siapkan, nanti kamu antar ima di kamar nomor 76, pak dhemu sudah budhe suruh menunggu di nomor 77 jadi jika nanti kamu sudah mengantar ima sampai dikamar 76 kamu beritahu pakdhemu yang di kamar nomor 77, oke begitu?”
“Okelah budhe jika itu mau budhe”
“Kalau bisa jam 9 malam nanti sudah check in, dah jomblooooo”
“Iya, terima kasih buat sebutannya HUH!”
Aku kemudian menoleh ke arah Ibu, dan Ibu pura-pura tidak tahu dan menonton TV. aku dekati Ibu dan kupeluk Ibu. Ibu hanya tersenyum dan memegang erat tanganku yang memeluk tubuhnya.
“Ibu aku antar kerumah kakek ya?”
Ucapku.
“Iya, Takut ya nanti kalau Ibu hilang”
Ucapnya.
Aku kemudian memeluknya erat dan mendaratkan ciuman pada bibir manisnya. Ibu kemudian membalasnya, kutarik tubuh Ibu hingga rebah di kasur lantai depan TV. Rebahnya tubuh Ibu langsung aku tindih dengan tubuhku. Kuciumi setiap wajah Ibu yang aku dengan Ibu hanya mendesah. Puas Aku menciumi bibirnya aku kemudian berdiri dan melepas kaosku, kini aku telanjang tanpa sehelai.
Melepaskan pakaian satu per satu
Ibu tiba-tiba bangkit dan mendorongku hingga aku rebah. Ibu kemudian berdiri, satu persatu pakaian yang dia kenakan di lepasnya satu-satu di hadapanku. Sensasi tersendiri melihatnya melepas bajunya satu persatu. Ketika semua pakaiannya terlepas, dengan wajah malunya Ibu menutupi susu dan vaginanya.
“Kok dtutupi Bu?”
Ucapku.
“Malu”
Ucapnya kemudian menaruh kedua tangannya di belakang sambil memandang wajahku.
“Ini yang kamu inginkan?”
Ucapnya kubalas dengan menganggukan kepala, tubuh telanjangnya memang sangat berbeda dengan tante ima ataupun mbak maya. Benar-benar lebih padat dan kencang milik Ibu.
“Kamu ya”
Ucapnya sembari membungkukan tubuhnya kearahku dan membetet hidungku yang masih terbaring.
Aku kemudian sedikit bangkit dan kutarik tubuhnya, kuposisikan selangkangan Ibu tepat di atas kepalaku. Aku kemudian mulai menjilati dan dan mengulumi klitoris Ibu. Kumasukan jari tengahku ke dalam vaginanya dan mulai mengocoknya. Ibu merintih nikmat membuat kedua kakinya yang menekuk itu tak kuat untuk menahan tubuhnya hingga Ibu roboh kedepan dengan bertumpu pada kedua tangannya.
“Terussshhh eehhhh jilati semua oghhh kocok yang kuatthhhh oghhh ibu kangen kamu oghhh ibu rindu kamu owghhh tempik Ibu sangat ingin dikocok jari kamuwh ouwhhh yahhhh”
Rintih Ibu yang menggila karena mungkin terinspirasi dari ceritaku bersama mbak maya.
“Ahhhh ouwhhhh Ibu Ibu aishhhhh kluarrrrr aaaaahhhhhhhhhh”
Cipratan air mani Ibu muncrat kewajahku dan mengalir di kedua jariku. Aku langsung mengangkat kepalaku agar lebih dekat lagi ke vaginanya.
Aku kemudian langsung menyedot semua mani yang keluar dari vagina Ibu, terlihat tangan kiri Ibu memegangi kepalaku dan tangan kanannya masih bertumpu dilantai.
“Nikmati nakhhh aakhhhh cairan cinta Ibuwh owuhhh hmmmm”
Aku masih dalam posisi menyedot-nyedot vaginanya, tak satupun dari cairan itu keluar dari mulutku.
Setelah semua selesai aku kemudian berdiri, Ibu mengangkat satu kakiknya memberikan ruang agar aku bisa bangkit. Ibu sekarang dalam posisi menungging dan aku berlutut tepat di belakangnya.
“Cinta pengen diapain?”
Ucapku sedikit nakal kepadanya.
“Pengen dikenthu sama kamu cinta, pokoknya hari ini terserah kamu, dan harus lebih indah dari mereka berdua”
Ucap Ibu yang sedikit nakal dengan senyumannya.
“Pasti sayangku, akan kuberikan yang terindah”
Balasku yang kemudian mengangkat tubuh Ibuku.