Misi Balas Dendam Episode 19
Melaju meninggalkan rumah
Tia pun mengambil tanganku di benturkan kekepalanya, kubalas dengan senyuman dan melaju meninggalkannya di rumah.
Di perjalanan Nura mulai nakal menyentuh kontolku.
“Tuanku aku ingin ini”
Ucapnya manja.
“Nura jangan sekarang”
Ucapku.
“Tidak sebentar saja yaa tuan”
Ucapnya memaksa.
“Okee jangan sampai kena gigi ginsulmu ya”
Ledekku.
Dia tak menjawab langsung menarik retselitingku dan mulai mengelus kontolku membuatnya berlahan berdiri di kocoknya dengan ke dua tangannya.
“Akhhh kau mulai ketagihan ya Nura”
Desahku di balik kemudi mobilku.
kemudian dia mengunakan mulutnya menjilat dan mengulum kontolku, untung saja kaca filmku cukup gelap sehingga tak perlu khawatir terlihat dari luar.
“Awas nanti celana kerjamu basah”
Ucapku yang merasakan kenikmatan di servis seperti ini.
“Aku pake pembalut tuanku”
Ucap centil Nura.
Aku mulai melihat sisi lain dari Nura, hari ini dia lebih ceria dari biasanya matanya yang menunjukkan ketakutan pun mulai menghilang. Mobilku berhenti karena di depan sedang ada perintah dari beberapa polisi untuk berhenti.
“Sayang sudah hentikan dulu”
Ucapku pada Nura.
“Ya tuan”
Balasnya sambil mengambil beberapa tisu membersihkan mulutnya dan kontolku yang basah akibat lumatannya. Aku buka kaca mobilku.
“Pak ini ada apa ya”
Ucapku bertanya dengan salah satu polisi.
“Udah tunggu saja orang besar mau lewat”
Ucapnya.
“Tapi saya terburu-buru pak”
Ucapku.
“Kamu mau saya tilang”
Ucapnya angkuh.
Kututup kembali kaca mobilku, kulihat rombongan dari goldrich Company.
“Jadi ini yang memakai jalan”
Makiku.
“Sabar tuanku”
Ucap Nura disampingku.
Beberapa saat kemudian lalu lintas dibuka kembali, kupacu mobilku cepat. Handphoneku kembali berbunyi aku angkat telpon itu.
“Ya bu aku sedang ada di perjalanan ke kantor”
Ucapku.
“Baiklah kutunggu secepatnya ya”
Ucap bu Quraina di ujung telpon.
Tiba di kantor, aku langsung pergi menuju ke ruangan bu Quraina.
“Nura aku duluan ya”
Ucapku.
“Ya tuan eh bukan bos”
Ucapnya mulai kaku memanggilku bos.
Kami pun berciuman sebentar lidah kami saling begelut di dalam mobil, kuremas payudaranya membuat Nura terkejut.
“Iiih tuan, aku kagett”
Ucapnya.
“Memangnya kamu saja yang boleh memberi kejutan”
Ucapku segera meninggalkan dia yang masih sibuk memperbaiki lipstiknya.
Aku tiba di depan ruangan bu Quraina, kuketuk pintunya.
“Silahkan masuk”
Ucap bu Quraina.
Kami saling bersalaman.
“Oke kita langsung to the point aja, gimana proposal saya”
Ucapnya.
“Begini ibu, aku baru di panggil oleh Bupati kemarin ternyata Goldrich Company sudah satu langkah diatas kita”
Ucapku.
“Dia melobby langsung pimpinan daerah”
Ucap Quraina terkejut.
“Dia memberikan anaknya sebagai tumbal untuk memenangkan tender besar ini”
Ucapku.
“Jadi tak ada kemungkinan kita bisa menang dalam tender ini dong”
Ucap Quraina pasrah.
“Memang dia pasti menang tapi aku punya ide”
Ucapku.
“Ide apa itu”
Lanjut Quraina.
“Kita sudah tahu backup dari Goldrich Company adalah pimpinan, jadi tak mungkin kita menang sebaik apapun proposal kita. Jadi aku ingin buat standar diproposal kita itu seminimum mungkin diambang kerugiaan”
Jelasku.
“Apa itu tak berbahaya, bagaimana jika dengan cara ini kita yang memenangkan tender kita akan mengalami kerugiaan”
Balas bu Quraina.
“Memang seperti itulah rencananya”
Ucapku.
“Maksudmu”
Ucap bu Quraina belum mengerti.
“Bapak tua itu punya nafsu yang besar dia tak pernah ingin kalah oleh siapapun, melihat proposal kita yang berani mengambil untung sangat minim akan membuatnya membuat proposal kerja di bawah proposal kita untuk menangkan tender besar ini meskipun dia tahu tak akan mendapatkan keuntungan apapun dari tender ini malah akan berujung sebuah kerugian”
Jelasku.
“Maksudmu kita menjebak mereka lalu saat mereka menang. Mereka akan rugi besar dan menyerah karena kerugian dengan itu kita akan otomatis mendapatkan tender itu karena kita berada di posisi cadangan. Begitu maksudmu!!!!”
Tegas bu Quraina.
“Ya seperti itu maksudku apalagi cuaca kedepan cukup ekstrim, ini akan membuat makin besar dana yang keluar dalam pelaksanaan tender pembuatan pelabuhan”
Ucapku meyakinkannya.
“Seandainya ini berjalan seperti rencana kita lalu perusahaanku mengantikan Goldrich Company karena telah mengalami kerugian fatal. Perusahanku juga akan mengalami kerugiaan yang sama”
Ucap bu Quraina.
“Aku akan memberikan modalku untuk keuntungan dan kerjasama kita”
Ucapku menyerahkan cek rekening.
“Apa kau benar-benar ingin memberikan uang sebanyak ini”
Ucap bu Quraina.
“Tentu ini untuk kerjasama kita”
Balasku.
“Baiklah kuterima ini tapi apa keuntungan yang kau dapatkan”
Ucap bu Quraina lagi.
“Tentu aku mendapatkan kolega yang berharga seperti anda itu sudah cukup buatku”
Ucapku membuat bu Quraina tersenyum padaku.
Wanita yang biasa sensitif kepadaku kali ini bersikap baik, dia pindah duduknya didekatku dan menyentuh pahaku mulai mengelusnya.
“Ibu aku permisi dulu ya”
Ucapku.
“Aku penasaran kenapa bagian bawahmu itu basah”
Tanyanya.
“Aku abis buang air kecil terburu-buru bu”
Ucapku berbohong, mana mungkin aku bilang ini ulah Nura.
“Pasti diameter besar dan panjang yang luar biasa”
Ucap Quraina menganalisa senjataku.
Aku hanya kaget mendengar ucapan seorang wanita terhormat, mungkin dia hanya ingin meledekku aku putuskan untuk pergi saja.
“Lain kali aku ingin merasakan senjatamu”
Ucap Quraina sambil melambaikan tangan, dia juga mengedipkan matanya aku balas dengan senyumanku.
Karena terlalu asik dengan pikiran terhadap bu Quraina aku tak menyangka ada orang yang menuju ke diriku kamipun saling bertabrakan.
“Maaf mass saya kurang fokus”
Ucap wanita itu lembut.
“Saya juga minta maaf saya bengong tadi”
Ucapku.
“Saya Almira”
Ucapnya menjulurkan tangan.
“Saya Alex”
Ucapku.
“Mba ada keperluan apa kemari ya??”
Tanyaku.
“Aku mencari adekku, dia bekerja pada bu de’ ku tapi beberapa hari ini handphonenya tak aktif dan menghilang”
Jelasnya.
“Oooh bu de’ siapa ya”
Tanyaku lagi.
“Quraina namanya dia kakak dari ibuku”
Ucapnya.
“Adekmu namanya siapa”
Ucapku.
“Hera dia staf protokol”
Ucap Almira.
“Ooohh dia adekmu, memang dia tak terlihat beberapa hari ini. Sudah kau cari ke kosannya”
Ucapku, jantungku berdenyut jadi dia adalah kakaknya hera wanita yang kuculik dan kujadikan budak. Aku agak gugup tapi coba kukontrol semuanya.
“Aku sudah kekosannya, tapi kata temannya dia belum pulang kesana”
Ucap almira khawatir.
“Kalau begitu silahkan saja, Bu Quraina ada dalam”
ucapku.
“Terima kasih, maaf yang tadi”
Ucapnya.