Willd Love Epsode71B
Seperti kapal bajak laut tanpa kompas
Royal Win Indonesia Entertainment – Willd Love Epsode71B, Membuat mataku terbelalak seakan tidak percaya dengan apa yang aku dengar. Kami semuanya terdiam tidak tahu harus berbuat apa, tak ada pesan dari rani ataupun telepon darinya. Bagaimana mungkin kami bisa mencegah itu semua jika tak ada satu orang pun di antara kami yang mengetahui keberadaan Eri. Aku kirimkan pesan ke rani mungkin saja akan ada jawaban dari rani. Tapi lama kami menunggu sambil mengobrol kesana kemari pun juga tidak ada balasan dari rani. Seperti kapal bajak laut tanpa kompas tak tahu harus berbuat apa.
“ah, sudahlah itu hanya perkiraan saja. Kalau ada yang tidak beres pastinya rani akan telepon kita kan?”
Ucap dewo menenangkan kami semua.
“benar juga ya, kenapa juga kita seperti orang ling-lung ha… hahaha…”
ucap wongso.
“iya ya… ha….. hahaha”
ucapku.
“dasar ketawa nggak ikhlas kalian ha ha ha ha”
ucap anton.
Kami kembali ke asal kami, masa bodoh dengan urusan yang tidak jelas sama sekali. Kami kembali ngobrol menemani malam yang sudah semakin dingin. Canda gurau selalu bersama kami walau kami tahu dalam hati masing-masing dari kami semua sedang dalam kebingungan. Lawakan dewo, selalu di balas dengan lelucon dari anton, aku pun tak mau kalah dengan mereka berdua. Apalagi wongso yang juga tidak mau ketinggalan.
Tringting…. ringtone sms
From : Dian ‘Angel’ Rahmawati
Mas pulang sudah malam,
lama sekali ngumpulnya
To : Dian ‘Angel’ Rahmawati
Iya ade, bentar gih
From : Dian ‘Angel’ Rahmawati
CEPET!
Langsug kubalas sekenannya, widih ini cewek ternyata galak juga. Baru saja sampai di warung wongso jam delapan malam. Kumpul baru satu setengah jam sudah di suruh pulang, bagaimana nanti kalau dia jadi istriku? Bisa jadi aku ndak bisa keluar-keluar? Haduuuuuuuh tapi tak apalah kalau ndak boleh keluar, mending tak masuki saja si dian kalau sudah aku nikahi. Senyum cengengesan karena membaca sms dan membayangkan hal yang lain membuat aku di bully oleh mereka berempat.
“Sms dari pacar tuh….”
ucap dewo.
“baru Lejom bro, maklum ha ha ha”
ucap wongso.
“apaan lejom?”
ucap anton.
“lepas jomblo ha ha ha”
ucap wongso diikuti gelak tawa mereka berdua.
“ah sialan kalian, memangnya kalian ndak pernah ngrasain apa?”
ucapku.
“ya pernah sih, malahan waktu itu si asmi ck ck ck… sssstttt… aku lagi BAB saja ditungguin di depan pintu. Risih sebenarnya tapi mau bagaimana lagi?”
ucap wongso berbisik.
“beneran itu wong? Saking cintanya sama kamu ya wong”
tanyaku dan wongso menganggukan kepala.
“Parah lagi si dewi bro… sssstttt…. kemanapun aku pergi harus ngirim foto aku bareng sama teman-teman. Bahkan kalau aku lagi keluar daerah, semua harus aku foto dengan sudut pandang yang berbeda. Takutnya kalau foto perjalanan sebelumnya aku kirim ulang”
ucap dewo.
“hah?! Kamu kan bisa foto beberapa tempat dengan sudut pandang yang berbeda?”
ucapku.
“aku dulu mikir kaya gitu buat bohongin dia, tapi setelah ketemu isi sematpon di geledah semua bro. Dilihat detail gambar, kalau ndak ada gambar yang sama gimana coba? Aku pernah gitu satu kali dan yah… ngambek satu minggu bro si dewi, bahkan aku datang kerumahnya saja malah dikasih fotonya dia, dianya masuk ke kamar. terus kalau aku pulang karena jengkel, dia bakalan marah lebih lama! Gila nggak?!”
ucap dewo.
“berarti nasib kita sama… si anti juga seperti itu, tapi bedanya aku harus rekam suara percakapan kalian per jamnya dan aku kirimkan via email. Kalau sudah bareng, ndak boleh lepas gandengan. Mau BAB saja aku senasib sama wongso”
ucap anton.
“tapi kalian betah?”
tanyaku keheranan.
“YA BETAHLAH BRO! NAMANYA JUGA CINTA!”
ucap mereka bertiga serempak.
“kalau ndak ada asmi mungkin sama halnya aku ndak ada koplak. Bisa hancur masa depanku, dia yang selalu mendampingiku bro. Seandainya tidak ada dia, mana mungkin warung ini bisa jalan. Kalian tahu semenjak kebakaran itu fisik ibu sedikit melemah, tapi asmi yang menyediakan semua kebutuhan ibu. Dari mandi sampai BAB saja asmi yang ngurus, dari sakit menjadi sehat juga asmi yang ngurus. Jadinya ya, aku termasuk suami-suami takut istri tapi ya tidak sepenuhnya takut, karena aku juga laki-laki. Asmi paling takut kalau aku marah… ”
ucap wongso.
“kalau aku, kalau ndak ada anti ya, duniaku bisa-bisa hambar. Seposesifnya dia, tetap saja dia yang number one. Karena jarang ada cewek seperti anti yang mau menerima segala kekuranganku semenjak SMA. Kalian tahu sendiri kan aku dari keluarga yang biasa-biasa saja, dan yang paling aku suka dia hanya dandan kalau ada aku walau sebenarnya ndak dandan pun dia tetap cantik. Pernah aku mengintainya, ada beberapa cowok mendekatinya lebih tajir dari aku, dia nolak. Bahkan kalau keluar ketika ndak bareng aku dandanannya biasa saja, tapi kalau pas ada aku wuiiiiih…. cuantiknya, setiap kali selesai jalan-jalan langsung aku tubruk ugh.. mangsatbz!”
ucap anton.
“kalau aku, dewiiii engkaulah… pujaan hatiku huoooooo…. seorang dewo tanpa dewi, well goodbye my life… kenapa aku bisa berhenti dari kebiasaan minumku, karena dewi. Kenapa aku tidak sebrutal dulu juga karena kamu yang mempertemukan aku dengan dewi ar, dia itu ugh… aku selalu bertekuk lutut dihadapannya. Apalagi hiks hiks hiks kalau dia sudah buka baju dan celananya, aku… aku hiks hiks hiks ndak tahan”
ucap dewo dengan gaya orang menangis.
Benarkah yang mereka katakan tentang pacar-pacarnya?
“hei ar, kita itu seperti hewan liar… kamu masih ingatkan bagaimana kita dulu? Nah mereka pacar-pacar kita adalah pawang kita. Coba kamu lihat si hermawan, berapa kali dia ganti-ganti pacar? Kalau dia tidak ketemu sama Hermi, jomblo dia. Cuma hermi yang bisa menjinakan hermawan. Seperti halnya aku, anton dan dewo”
ucap wongso.
“dan satu hal lagi cat, aku memang dari dulu senang ketika kamu dekat dengan dian. karena dian yang akan menjinakan keganasanmu diluar, aku ndak pengen kamu membabi buta kaya dulu lagi ar”
ucap anton.
“benar tuh cat, coba dian suruh telanjang mungkin kamu akan menemukan sesuatu didalamnya ha ha ha”
ucap dewo.
“dasar ngeres!”
ucap anton dan wongso.
Preman-preman yang takut pada istrinya
Aku tersenyum melihat mereka, aku sendiri juga sudah mulai merasakan hal yang sama seperti mereka. preman-preman yang takut pada istrinya, tapi jika di lihat dari pernyataan mereka bukan takut dalam artian sebenarnya. Takut karena memang mereka ingin selalu bersama dengan pasangan mereka. sama halnya pasangan mereka takut akan kehilangan mereka.
“oke bro,terima kasih buat share-nya… mau pulang dulu”
ucapku.
“mau pulang ke dian? betul kan?”
ucap wongso.
“iya, kok tahu?”
ucapku.
“lha itu tas segede trailer kamu bawa ha ha ha”
ucap wongso.
“aku juga pulang dulu”
ucap anton.
“aku juga, sudah ada warning nih”
ucap dewo.
“maaaas, tanganku gatel, garukin!”
ucap asmi dari dalam.
“iya dindaku…”
ucap wongso yang langsung mendekati asmi kedalam warung, sambil mengacungkan jempol dan mempersilahkan kami pulang.
Kami melihat itu hanya tersenyum, teringat ketika dian memintaku menggarukan kakinya yang gatal. Aku kemudian berpisah dengan koplak menuju rumah, dalam perjalanan aku senyum-senyum sendiri mengingat cerita mereka. tak terasa aku telah sampai di rumah dian. aku masukan motor dan masuk ke dalam rumah, maklum sudah punya kunci serepnya.
“adeeee…”
teriakku pelan memanggil ketika menutup pintu depan. Tak ada balasan dari dalam, aku kembali melangkah ke dalam rumah kudapati dian sedang menonton televisi.
“kok diem de?”
ucapku sambil berlutut bersandar pada bagian samping sofa dimana dian berada didepanku.
“ndak usah pulang sekalian saja!”
ucap dian.
“eh… waduh dia marah”
bathinku.
“maaf-maaf namanya juga kumpul-kumpul, dah lama ndak kumpul sayang. Senyum dong sayang”
ucapku merayu.
“iiih… sudah dikasih waktu buat main malah pulangnya malam, jelek jelek jelek”
ucapnya sambil mencubit lenganku.
“ouch… sakiiit ade…”
balasku pelan.
“awas kalau besok-besok lagi pulang larut malam. Maem dulu mas”
ucapnya sambil berdiri menuju ke dapur.
Aku tersenyum ketika melihat tingkah dian. wanita dengan tank-top hitam dan celana payet berwarna hitam tapi ada yang aneh hmmm… aku mencoba mengamati lebih detail lagi. Akhirnya aku menemukannya, kenapa dadanya sekarang tampak lebih besar ya? hmmm… apa perlu aku menanyakannya? Aku kemudian ke dapur dan makan malam bersama dian.
“ade tuh dah lapar, mas disuruh main maksudnya biar ade bisa masakin mas. Malah mas pulangnya malam banget”
ucap dian.
“he he he maaf ndak tahu…”
ucapku.
“besok besok lagi kalau main dibatesi, mas sudah punya pacar. Dan pulangnya harus kesini, pokoknya kesini ”
ucapnya dengan wajah ngambek.
“oke…”
jawabku cengengesan.
Kenapa sekarang aku seperti memiliki istri ya? padahal belum juga disahkan oleh KUA. Tapi tak apalah, semua pasti ada jalan kedepannya. Aku tidak ingin tergesa-gesa seperti koplak yang lain. Aku sudah pernah merasakannya dan untuk yang satu ini, nanti dulu. Setelah selesai makan malam, aku membantu dian membersihkan meja makan dan piring dicuci. Aku kemudian ke kamar mandi karena perutku terasa sangat mulas, sedari pagi belum setor. Memang benar-benar enak kalau BAB, tapi sayang tidak ada rokok yang menemaniku. Lama aku didalam kamar mandi.
“Maaaaaas ngapain sih lama banget didalam kamar mandi?”
ucap dian dari balik pintu.
“Sial! Kenapa nasibku sama seperti wongso dan anton”
bathinku.
“lagi BAB sayang, perut mas sakit”
ucapku.
“BAB lama, pasti sambil mainin Hape!”
ucap dian.
“ndak mainaaan, Hp mas ada di kantong jaket dilihat deh”
ucapku.
“cepetan! Ade ngantuk!”
bentak dian.
“iya sebentar”
balasku.
Aku bergerak di belakangnya dan memeluknya
Segera aku membersihkan diriku, muka, dan gosok gigi. Selama membersihkan diri, pikiranku terus melayang kenapa dian bertingkah seperti ini ya? mungkin karena memang aku harus di seperti ini kan. Tak apalah, aku akan menikmatinya. Aku kemudian keluar dari kamar mandi dan berjalan menuju kamar, kulihat dian mencembungkan pipinya di depan pintu kamar. tanpa ngomong apa-apa dia langsung masuk ke kamar. sebenarnya wanita itu lebih dewasa atau lebih kekanak-kanakan ya? kenapa dia bisa semanja itu? di kamar aku langsung berganti celana dari balik pintu almari, kulihat dian sudah memejamkan mata dengan memeluk guling. Dan aku bergerak di belakangnya dan memeluknya dari belakang.
“met bobo sayang”
ucapku tanpa canggung.
“bodoh!”
ucapnya dan aku hanya tersenyum mendengarnya.
“mas…”
ucapnya.
“apa?”
balasku.
“mas ndak malu kan pacaran sama cewek yang lebih tua?”
ucapnya.
“ndak, memang kenapa?”
ucapku.
“ndak papa… hi hi”
ucapnya dengan tawa kecil.
“ade, apa ndak papa kalau mas tidur dirumah ade terus. Secara kita kan belum…”
ucapku tidak melanjutkan.
“ndak papa… ade ndak mau jauh lagi dari mas, dan ini salah satu cara agar ade bisa ngawasi mas… to fix you”
jawabnya.
“terima kasih…”
ucapku.
Aku memeluknya dan kami terlelap dalam tidur. Aku merasa seperti seorang mahasiswa-mahasiswa lainnya, yang kadang tidur di kos-an pacarnya. Tidur di rumah pacarnya atas seijin orang tuanya, di layani layaknya seorang suami. Hmmm… begitu beruntungnya aku. Jika di lihat kembali, beberapa teman kuliahku juga ada yang seperti aku sekarang ini, tapi entahlah mereka memang sayang atau hanya mencari kehangatan. Tapi yang jelas aku di sini, karena aku tidak ingin jauh darinya, aku ingin selalu dekat dengan dian. malaikatku.