Wild Love Episode 75B
Segera aku mencuci muka dan menggosok gigiku
Royal Win Indonesia Entertainment – Wild Love Episode 75B, Lega rasanya mendengar ajeng tidak apa-apa, ah ajeng tubuhmu berlumurkan air danau. WhaT! Hei sadar arya, sadar ada dian di pikaran kamu. mau tidur sama guling kamu arya? ah daripada berpikir yang tidak-tidak mending aku cuci muka dan tidur siang. Kubungkus dua batang filter dunhill dan kubuang ditempat sampah agar dian tidak tahu kalau aku merokok di rumah. Segera aku mencuci muka dan menggosok gigiku.
Ngiiiiiik…… bruuuummmmm….. psfttt…. ngiiiiik… suara pintu gerbang terbuka, tidak lama kemudian suara mobil masuk ke dalam rumah dan mati di ikuti suara gerbang yang terutup. Aku keluar dari kamar mandi, beridiri di dekat sofa depan TV, kudengar suara langkah kaki cepat menuju ke dalam rumah royalwin indonesia 1. Kleeeek.
“maaaaaaaaaaaaaas….”
ucap dian berjalan cepat kearahku.
“sudah dibilangin jangan berkelahi lagi, kenapa masih juga suka berkelahi! Ini wajah kenapa? iiihhhh cepetan duduk…”
ucap dian memegang wajahku sejurus kemudian ditariknya tubuhku dan duduk di sofa. secepat kilat dian mengambil kotak peralatan obat.
“sudahlah kan cuma luka kecil ndak papa kok, tenaaaang…”
ucapku santai.
“ndak papa-ndak papa, aku itu khawatir tahu gak sih kamu itu, dasar cowok sukanya main kekerasan!”
bentak dian yang berjalan kearahku.
“eh… iya maaf, bukan berkelahi. Ini hasil dari penelusuran informasi ke kampus rani sayang”
ucapku merayu.
“diam…”
ucapnya sambil berlutut dihadapanku dan membuka kotak obat.
Kulihat dengan telaten dian mengobatiku, setiap goresan luka di wajahku di obatinya dengan lembut. Terasa sakit dan perih memang namun tak membuat mataku beralih melihat wajahnya yang tampak sangat khawatir. Aku tersenyum namun wajah dian masih juga terus serius, jadi merasa bersalah.
“ade,kok tahu kalau mas terluka?”
ucapku mencoba merayu dengan panggilan mas-ade.
“dari felix…”
ucapnya judes.
“ketemu sama dia?”
ucapku.
“kenapa? cemburu?”
ucapnya masih terus mengobati lukaku.
“ndak, ngapain cemburu?”
balasku santai.
“beneran?”
ucapnya.
“iya beneran ndak suka kamu ketemu sama dia”
jawabku ngambek.
“itu namanya cemburu… berarti sayang dong sama dosennya”
godanya sedikit ada senyum, dengan membenahi kotak obat dan berdiri mengembalikan kota obat tersebut.
“ndak sayang…”
ucapku.
“terus kenapa dirumah ini? mending pergi saja sana!”
ucapnya dengan wajah marah ketika berbalik dan berdiri melihatku.
“aku sih ndak sayang sama kamu… Cuma cinta saja sama kamu”
jawabku santai sambil merebahkan punggungku bersandar pada sofa.
Brughhh….
“argh sakit sayaaaang….”
rintih sakitku ketika dian tiba-tiba saja duduk di atas pahaku.
“cinta ya?”
ucapnya sambil senyum.
“he’em…”
jawabku mengangkat tubuhku, mendekatkan wajahku ke wajahnya. Walau kepalaku sedikit menengadah ketika itu.
“jangan berkelahi lagi hiks hiks hiks…”
ucapnya sambil memeluk kepalaku, dan yuuut terbenam semua wajahku di dadanya.
“mmmm… mmmm… hah hah hah hah hah… ndak bisa nafas”
jawabku.
“sudah jangan nangis, selama urusanku belum selesai seperti yang aku ceritakan kepadamu. Mungkin aku masih tetap berkelahi, namun jika semuanya selesai aku pasti berhenti dari berkelahi kecuali kamu dalam bahaya”
jawabku.
“janji ya…”
ucapnya memandangku, kuhapus air matanya dengan kedua tanganku.
“sini ade peluk lagi…”
ucapnya.
“ndak bisa nafas ade”
jawabku.
“ndak suka ya?”
ucapnya sambil wajahnya sedikit mewek.
“suka… adeku suka apalagi dipeluk sama bu dosen”
ucapku dan tanpa dikomando kepalaku maju dan masuk kedalam gumpalan dada dian, setelahnya kumiringkan kepalaku dengan maksud untuk bernafas.
Dielusnya kepalaku dengan lembut dan sambil bibir tertutupnya menyanyikan alunan lagu. Entah lagu apa tapi aku merasa tenang di dekatnya. Kupeluk tubuhnya erat, dan tubuh kami bergoyang bersama.
“maem dulu yuk, ade beli makan siang tadi di luar…”
ucapnya.