Wild Love Episode 75A
Wild Love (Episode 75A)
Royal Win Indonesia Entertainment – Wild Love Episode 75A, alunan melody udara dingin dengan hiasan kicauan burung di pagi hari. Pagi dimana masih terlihat gelap seperti malam. Kulihat jam dinding yang semakin menertawakan aku untuk semua masalah-masalah yang semakin dekat dengan akhir. Good Ending atau bad ending, huft mata ini masih rabun untuk memikirkan akhir dari perjalananku. Kuraba tempat tidur disebelah kiriku tapi tak ada tubuh yang semalam setengah telanjang dalam pelukanku.
Segera aku bangkit dan beranjak ke kamar mandi luar, karena memang aku tidak pernah masuk kedalam kamar mandi dalam kamar dian. kupakai kaos dan celana pendekku, terdengar suara gemercik air yang terdengar di dalam kamar mandi dalam. Setelah dari kamar mandipun aku masih mendapati dian berada didalam kamar mandi, segera aku melaksanakan kewajibanku dan kemudian tidur lagi dengan posisi miring membelakangi kamar mandi.
Kleeek… terdengar langkah dian mendekatiku.
“sayaaaang, sudah jam setengah enam. Masa tidur lagi? Ntar rejekinya dipatok ayam lh”
bisik dian pelan.
“masih ngantuk…”
ucapku sambil memejamkan mata.
“sekali-kali ngampus sayang ketemu sama dosennya gitu…”
ucap dian.
“males ah, dosennya judes enakan dirumah sama pacar”
candaku masih mememjamkan mata.
“dosennya judes banget ya sayang? Sampe ndak mau ketemu sama dosennya?”
ucap dian sambil memelukku.
“ndak mau…”
ucapku sedikit manja.
“bangun, mandi sambil menunggu sarapan atauuuuuuu… hmmm… ntar malam bobo sambil ngelus-elus bantal saja ya…”
ucap dian langsung meninggalkan aku. WHAT! Bantal????
Aku segera bangun namun sudah tak kudapati dian di dalam kamar. segera bangkit dan berjalan kembali lagi ke dalam kamar mandi yang dingin sebagai syarat agar malam nanti tidak memeluk bantal ataupun guling. Ah, memang wanita sehebat apapaun karirnya tetap saja mereka tidak pernah melupakan tempat yang membuat mereka bertambah cantik, dapur. Kulihat dian sedang asyik membuat sarapan pagi, ketika dian menoleh matanya melotot menyuruhku untuk segera mandi. Ah, segaaaaaaaaaaaaaaaar dan dingin.
Seluruh tubuh sudah bersih, dan sudah berpakaian lengkap untuk berangkat ke kekampus. Dapur? Jelas untuk menemui dian, kudapati dirinya sedang menyiapkan makan pagi untuk kami berdua. Kudekati dian dan kupeluk dari belakang tubuhnya. Sedikit aku senggol bagian susunya.
“kok ndak pakai BH?”
ucapku nyleneh dipagi ini.
“iiih katanya ndak boleh pakai, sekarang malah diprotes? Apa sih maumu hmmmm”
ucapnya judes.
“yeee kalau bobo saja sayaaaang, kalau keseharian gini ya dipakai. Ntar kalau banyak yang sadar kamunya ndak pakai, ndak terima akunya!”
ucapku sedikit keras.
“kalau ndak terima terus mau diapain orangnya?”
tanyanya.
“ya gitu deh, paling banter ya UGD”
ucapku sombong.
“ndak boleh gitu sayang, iya ade pakai deh. dipakaikan ya?”
ucapnya manja.
“iiih pacarku udah gede minta dipakaikan baju”
ejekku.
“mau ndak? Kalau ndak mau ya sudah”
ucapnya sambil melepas pelukanku dan berjalan menuju kamar. dian berjalan dengan senyuman mengejek, dia tahu kalau aku pasti tidak akan menolaknya.
“mau…. mau….”
ah godaan yang tidak bisa ditolak, mungkin sebagian besar laki-laki pasti tidak akan menolak ketika harus memakaikan baju pacarnya (benarkan?)
Aku selalu menyuapinya karena memang sikap manjanya
Setelah setengah telanjang di dalam kamar, dian melotot melihatku yang terkesima dengan keindahan payudara ah susunya itu. Di jewernya telingaku karena terlalu lama tidak memakaikan baju ke tubuhnya. Canda tawa kami bersama di dalam kamar membuat hubungan kami semakin hangat. Makan pagi bersama dian, dan yang jelas aku selalu menyuapinya karena memang sikap manjanya tidak bisa aku tolak. Menolak menyuapi dian? sama saja menolak mendapat hadiah. Setelahnya aku berangkat, dian menggunakan mobil dan aku menggunakan REVIA-ku, pacar lamaku.
“ndak bareng mas sekalian?”
tawarku yang sebenarnya aku tahu jawaban dian.
“ade pakai mobil saja”
ucapnya.
“boleh ndak kalau mas bareng?”
godaku.
“eh… mmmm….”
ucapnya.
“iya, iya… sudah, ade berangkat dulu. Nanti mas yang tutup pintu gerbangnya”
ucapku, kulilhat dian berdiri mematung disamping pintu mobil yang terbuka, kemudian menoleh kearahku.
“mas lulus dulu ya, ade takut kalau mereka tahu kebersamaan kita. Nanti akan ada pembicaraan miring mas, nanti mereka mengira ade mempermudah kuliah mas”
ucapnya, kudekati dian.
“cup… iya mas tahu, mas kan masih mahasiswanya ade jadi memang seharusnya kalau dikampus ade bersikap seprofesional mungkin. Jadi kangen sama judesnya dosen mas yang cantik itu he he he”
ucapku, yang langsung berjalan mundur ketika tangan dian mencoba mencubitku.
Ke kampus? Ya kini adalah jalan kemana aku harus mencari informasi detail di kampus royalwinindonesia. Dian berangkat terlebih dahulu menggunakan mobilnya sedangkan aku menyusul dengan menggunakan REVIA. Sesampainya di kampus aku berjalan-jalan memutari kampus, sesekali aku bertemu dian yang sedang bersama bu erna. Well, sikap kami layaknya seorang mahasiswa dengan dosen. Aku suka dengan wajahnya ketika bertemu aku, judes hi hi hi tapi kalau di rumah brrrrrrr harus angkat sana-sini si dianya. Universitasku memang luas, jika harus memutari universitas ini harus menggunakan motor. Ku pilih dengan menggunakan kedua kakiku menuju ke kampus/ fakultas rani. Dengan bergaya seperti mahasiswa baru, aku duduk-duduk di taman bersama dengan mahasiswa-mahasiswi yang lain. Dan ketika kupasang eraphone di telingaku.
“eh… kenapa mereka ada disini? Apa yang mereka lakukan disini?”
bathinku ketika mata ini melihat sesosok dua orang yang sudah tidak asing lagi dimataku.
Aku bersikap cuek dengan memainkan sematponku, tak kuhiraukan mereka berdua. Ya, mereka adalah orang yang pernah menabrakku ketika aku berada di TKP kematian KS. Pikiranku semakin tidak tenang, ingin rasanya aku membuntuti mereka tapi jika itu aku lakukan bisa membuat kecurigaan terhadap mereka. sesekali aku melakukan selfie agar aku bisa memperhatikan pergerakan mereka. kulihat mereka menuju kantin kampus rani. Aku pun berjalan menuju ke kantin mengikuti mereka dengan gaya Ababil sambil mengenakan sematpon kesayanganku.
“bu, mie goreng satu sama es teh ya bu”
teriakku kepada ibu kantin yang tidak aku begitu kenal.
“ya, mas sebentar”
ucap ibu kantin, kulirik kedua pria itu sedang memesan makanan di kantin sebelahnya. Oh ya, kantin dikampus rani sama dengan dikampusku hampir mirip dengan pujasera jadi ada 5 kantin dalam satu tempat.