Wild Love Episode 72D
Wild Love (Episode 72D)
Royal Win Indonesia Entertainment – Wild Love Episode 72D, malam semakin larut, aku semakin khawatir dengan keadaan eri. Argh… sialan kenapa juga harus mellibatkan banyak orang seperti ini. rembulan malam yang tidak sempurna tapi sudah bisa memperlihatkan cahaya terangnya mulai menemani langkah kami. aku, wongso, dewo dan anton yang berada di depan kami memimpin langkah kami. dengan mengendap-endap kami sudah memasuki ruang tamu. Terlihat dua orang lelaki yang tampak sedang mengelus-elus selangkanganya melihat kearah kolam renang dari kaca-kaca transparan yang menghubungkan ruang tengah dengan kolam renang. Terdengar percakapan mereka.
“gila bro… bodinya masih ketutup aja dah bagus kaya gitu bro… aseeeek… dapat sisa pun ndak masalah nih bro ha ha ha”
ucap seorang lelaki (lelaki 6).
“aku juga bro, pengen aku sumpal itu bibir seksinya dengan kontolku… udah cantik, manis, seksi lagi ndak rugi tuh si bos nggedein anaknya ha ha ha”
ucap seorang lelaki lagi (lelaki 7).
“dir… matikan lampu”
ucap pelan anton ke arah mikrophone.
Pet….
“ah sialan mati lampu!”
ucap lelaki 6.
“biarkan saja yang diluar yang ngurusi, toh disana juga rameeeeeehhhhh ughhhhhh…”
ucap lelaki 7 menimpali yang kemudian jatuh karena tusukan jarum suntik anton.
“heh bro… HAH, siap ughhhhhhh”
lelaki 7 jatuh tersungkur.
“tarik mereka kedalam kita kembali keposisi”
ucap anton, menyuruh kami kembali ke ruang tamu yang keadaannya lebih gelap.
“CEPAT NYALAKAN LAMPUNYA!”
teriak seseorang yang tak asing lagi si aspal.
Selang beberapa saat kemudian terdengar langkah kaki mendekati memasuki rumah dari pintu belakang yang menghubungkan rumah dan kolam renang. Kami di untungkan oleh cahaya rembulan, tempat kami gelap karena cahaya rembulan masuk dari kaca-kaca. Tampak dua orang lelaki yang masuk kedalam secara bersamaan dan berjalan ke arah ruang tamu. Cahaya rembulan yang menembus kaca di bagian belakang mereka membuat kami bisa mengawasi gerak-gerik mereka. semakin mereka mendekat kearah ruang tamu, semakin kami bersembunyi ke dalam. Dua orang lelaki itu sangat santai dalam melewati ruang tamu tanpa mengetahui keberadaan kami. tepat ketika mereka berdua berada di ambang pintu dan hendak membuka pintu, dengan sigap anton menancapkan dua buah suntikan ke punggung dua lelaki tersebut.
“arghh…”
dua orang lelaki jatuh tersungkur, sebut saja lelaki 8 dan 9.
“5 diluar, 4 didalam berarti tinggal empat orang plus si eri”
ucap anton.
Klek… klek… klekk…
“eh nton apaan tuh?”
ucap wongso.
“kontol, ya jelas senapan laras panjang”
ucap anton.
“dimana kamu nyimpennya, kan ndak bawa tas?”
ucap dewo.
“kamu masukin ke anus kamu nton?”
ucapku.
“gundulmu! Ini bisa ditekuk-tekuk tak masukan ke punggung dodol! Dah diem saja kalian… ayo ikuti aku”
ucap anton.
Tanpa berpikir panjang aku berlari ke arah kolam renang
Kami berempat melangkah mendekati kaca-kaca yang menghubungkan ruang tengah. Mataku terbelalak ketika melihat keindahan tubuh eri yang sudah telanjang, dengan dua buah susu yang menggantung indah, masih sekal layaknya perawan. Ah… memang sempurna tubuhnya tapi kalau di ingat-ingat lagi, eri dan rani memang memiliki kelebihan pada bodi tapi wajah oke juga. Kami berjarak kurang lebih satu meter dari kaca itu agar tidak terllihat dari luar, anton dengan senapan laras panjangnya membuka sedikit kaca, mengarahkan moncong senapan ke arah dua orang lelaki yang membelakangi kami. ya, di tengahnya ada seorang yang biasa aku sebut aspal dan seorang wanita yang sedang menari dengan air mata mengalir itu adalah eri.
Slugh…
Slugh…
Dua kali suara pelan tembakan yang terdengar lirih dengan jarak waktu beberapa detik, karena aku melihat anton harus memasukan kembali peluru kedalam senapan itu. Dua orang terjatuh, si aspal kemudian berdiri dengan tubuh hanya bertutupkan celana dalam itu. Dia sangat kebingungan berteriak-teriak memanggil anak buahnya, kulihat eri terduduk bersimpuh dengan tubuh bugilnya. Tangisnya terdengar walau suara ayahnya lebih keras dari tangisnya. Tanpa berpikir panjang aku berlari ke arah kolam renang, aspal menyadari kehadiranku dan langsung mengambil pistol yang ada di meja dekat dengan kursi yang dia duduki. Dengan cepat dia mendekati eri dan menarik eri kearahnya. Di peluknya leher eri dari belakang dan mengarahkan moncong pistol kepelipis eri.
“Siapa kalian?!”
teriak aspal, jelas dia tidak mengenalliku karena penyamaranku. Aku terhenti sejenak karena kecerobohanku mendekat terlebih dahulu.
“Lepaskan dia…”
ucapku berdiri dengan dewo dan wongso yang berada di tangga.
“Apa mau kalian?”
ucap aspal.
“Dia, wanita itu berikan pada kami… kamu bisa mencari yang lain yang lebih darinya”
ucap wongso aku berdiri dengan kaki sedikit gemetar lihat eri dalam ambang kematian, air matanya deras mengalir.
“ha ha ha… aku bukan orang bodoh, yang dengan mudah kalian bohongi!… lebih baik kalian mati dulu saja”
ucap aspal.
“bodoh… kamu itu sendiri, sedangkan anak buahmu sudah mati semua! Mau apa kamu dengan pistol itu? kalaupun kamu menembak satu diantara kami jelas dua orang diantara kami akan bergerak menghajarmu, paling tidak satu orang diantara kami bisa membunuhmu”
ucap wongso.
“apa? Tidak mungkin! Kalianlah yang akan ma… argh!”
ucapnya terpotong berbarengan dengan suara tembakan.
Dhuar… klak… sreeeek… pistol terjatuh dari tangan aspal
“arghh…”
rintih aspal ketika tangan yang mengacungkan tangan ke arah ku ditembak oleh anton.
“arghhh… dasar perempuan jalang!”
ucap aspal ketika tangan kirinya digigit oleh Eri.
Eri terlepas dari cengkraman aspal, dengan tubuh telanjangnya Eri berlari dia sembari mengambil pistol Aspal yang terjatuh. Dia langsung memelukku dan aku pun memeluknya dengan tujuan untuk menutupi tubuh telanjangnya.
“sudah dibilangin kalau kamu itu sendirian masih saja berlagak”
ucap dewo.
“sekarang kamu mau ngapain, sekali saja kamu teriak… MATI!”
ucap wongso.
“ayolah aku hanya bercanda tadi, kalian ingin uang? Aku ada banyak… akan aku berikan ke kalian semua asal lepaskan aku. Kalau kalian ingin anakku itu silahkan nikmati tubuhnya… ayolah, kita bisa buat deal-kan? Kita bisa berbisnis kawan…”
ucap aspal yang nampak kesakitan karena tangannya tertembak.
“siapa bilang kita butuh uang dan wanita? Kami sudah punya semuanya”
ucapku.
“orang kaya kamu kasih uang buat apa?”
ucap wongso.
“mungkin lebih baik kita bius dia dan kita masukan ke dalam penjara saja daripada banyak bicara…”
ucap anton yang muncul dari belakang dewo dan wongso sambil menenteng senapan anginnya.
“tidak hiks hiks hiks… erghh….”
ucap Eri yang berada dalam pelukanku.
“er, kita bisa pergi biar lelaki ini masuk dalam penjara saja, nanti akan ada yang bisa mengurus…”
ucapku.
“kakak… hiks hiks hiks…”
ucap eri tersenyum dan terisak kearahku.
Eri melepaskan pelukannya dan berbalik, kini dia membelakangiku.
“Halooo ayah apa kabar? Baikkah ayah? Lihat ayah ingin ini ya? apa yang ini ayah?”
ucap eri sambil menunjukan meremas buah dada kirinya, dan kemudian mengelus bagian vaginanya. Tangan kanannya masih erat memegang pistol ayahnya si aspal.
“Eri… maafkan ayah nak, ayah janji akan memperlakukanmu dengan baik”
ucap aspal.
“Lho ayah kok gitu, lihat yah… ayah pernah bilang kan sama anak ayah ini kan? ‘Eri kamu itu aku besarkan untuk aku nikmati tubuh kamu’ begitu kan kata ayah?”
ucap eri.
“eh… itu hanya bercanda sayang… sudah jangan diambil hati sayang…”
ucap aspal.
“lho, berari ayah beneran ndak mau ini? lihat ayah, ini kan juga hasil kerja keras ayah. Menyuruhku perawatan setiap minggu, biar kulit mulus, payudara besar, bokong juga kencang, lihat nih yah yang selalu ayah omongin, sekarang menggantung indah ayah tidak mau?”
ucap Eri, kita hanya bisa memandang dari belakang tubuh eri, sedangkan aku yang berada tepat di belakang eri benar-benar bisa melihat gerak-gerik eri.
“sayaaang… sudah sayang, ayah ndak mau kok sayang… sayang kan anak ayah yang baik”
ucap aspal.
“oh iya eri kan anak yang baik, yang selalu bantu ayah, tidak boleh buka-bukaan kan yah? Sekarang Eri buka untuk ayah.. kok ayah kelihatan sedih? Tadi Eri kan sudah nari, terus telanjang ini masih telanjang yah… ayah senyum dong…”
ucap Eri, sambil kedua tanganya memegang pistol dan diarahkannya ke Aspal.
“eri sayang maafkan ayah ya. kawan-kawan ayolah kita bisa buat deal, kita bisakan berunding”
lanjut aspal ke arah kami.
“Er… sudah er, biarkan polisi yang mengurus dia”
ucap Anton.
“Sudah hentikan saja…”
ucapku lirih.
“Kak…”
ucap eri.
“hmm…”
jawabku.
“kakak sayang eri kan?”
ucap eri, moncong pistolnya diturunkan.
“iya… kan eri adik kakak…”
ucapku.
“kalau sayang eri, kakak dan teman-teman kakak diam”
ucap eri, langsung saja membuatku terdiam dan juga yang lain.
“Eh Ayah, maaf ya yah eri nyuekin ayah, padahal eri anak yang baik ndak boleh nyuekin ayahnya… eh ayah masih ingat ndak dengan yang namanya… emmm siapa ya, pokoknya dia itu cewek terus ayah itu suka banget narik rambut sama nampar cewek itu, namanya Rika Widiastuti ayah. Ayah ingat ndak? Itu kan juga ada dinamaku lho yah, namaku kan Eri Rika Widiastuti. Ayo yah ingat tidak?”
ucap eri yang kemudian mengarahkan moncong pistolnya kembali ke arah ayahnya, Aspal.
“Eh… Eri iya ayah tahu ayah salah, tapi ayah mohon maafkan ayah eri… ya, waktu itu kan ayah sedang eh eh mabuk, jadi waktu itu ayah khilaf…”
ucap aspal.