Wild Love Episode 69A
Kedua tangannya memelukku dengan erat
Royal Win Indonesia Entertainment – Wild Love Episode 69A, Kedua tangannya yang semula berkumpul di dadaku, menelusup masuk di antara tangan dan dadaku. Dan kedua tangannya memelukku dengan erat.
“dasar bodoh laki-laki bodoh… hiks hiks hiks…”
ucapnya.
“I LOVE YOU”
ucapku mengulangi.
“bodoh hiks hiks”
pintanya.
“I LOVE YOU”
ucapku mengulangi.
“lagi….”
pintanya.
“katanya bodoh…”
sedikit godaku dalam haruku.
“cepetaaaaaaaaan! Hiks hiks hiks”
ucapnya dengan masih memelukku.
“I LOVE YOU”
ucapku mengulangi.
“ndak denger… masih benci…”
pintanya.
“I LOVE YOU”
ucapku mengulangi.
“masih benci hiks hiks…”
pintanya.
“benci… benar-benar cinta kan?”
ucapku.
“hiks hiks hu’um hiks hiks…”
pintanya.
“benar-benar cinta kamu…”
ucapku.
“bodoh!…”
ucapnya yang semakin manja.
“lagiiiiii pokoknya lagiiiiiii….”
pintanya.
“I LOVE YOU… I LOVE YOU… I LOVE YOU”
ucapku mengulangi.
“ndak dengger….”
pintanya.
“I LOOOOOOOOOOOOVE YOU”
ucapku panjang.
“ENGGAK DENGER! Who is ‘you’? hiks”
pintanya semakin manja.
“AKU CINTA DIAN RAHMAWATI”
ucapku keras.
“Aku siapa? hiks”
pintanya kembali semakin manja dengan sedikit tangis yang belum reda.
“ARYA MAHESA WICAKSONO CINTA DIAN RAHMAWATI”
ucapku kembali dengan pelukan semakin erat, aku mencium bahunya.
“Ndak denger…”
ucapnya datar kelihatan judesnya.
“HEIIIII SEMUANYA REMBULAN ANGIN MALAM LANGIT POHON-POHON …. AKU ARYA MAHESA WICAKSONO CINTA DAN SANGAT MENCINTAI DIAN RAHMAWATI DOSENKU SENDIRI”
teriakku dengan sedikit melepas pelukannya.
Kupegang kedua pipinya.
“sudah dengar?”
ucapku.
“ndak denger apa-apa…”
jawabnya sambil sedikit menggelengkan kepala.
“beneran belum dengar?”
ucapku kembali memandangnya dengan tatapan cinta.
“belummmhhhhh…. mffffhhhh….”
ucapnya.
seketika itu pula ketika dia menjawab aku memajukan bibirku dan menciumnya. Ya bibir kami saling melekat…. Hingga sebuah lagu dari firehouse royal win (I live my life for you) berhenti dan sebuah lagu lawas kembali berputar.
Kedua tangannya memeluk leherku, tubuhnya di jatuhkannya ke tubuhku. Di balasnya ciumanku, aku duduk terjatuh dan perlahan aku jatuhkan tubuhku kebelakang. Kedua kakiku terbuka lebar, tubuhnya berada di atasku. Kedua tanganku berpindah dan memeluknya dari bawah ketiaknya. Kupeluk erat tubuhnya, kedua tanganya yang masih berada di belakang kepalaku berpindah di atas dadaku. Kini wajahnya tepat berada di atas wajahku, dia tersenyum kepadaku dan aku membalasnya. Tiba-tiba saja sedikit air mataku mengalir.
“cengeng…”
begitu ucapku.
“hiks… jelek…”
ucapnya.
“biarin yang penting dapat dosennya sendiri”
ucapku menggodanya, dia hanya tersenyum dan sedikit mengangguk.
“Bodoh…”
ucapnya yang kemudian beringsut kebawah, pipinnya direbahkan di atas dadaku.
Ah wanita, memang sulit di mengerti. Sedikit kuangkat kepalaku untuk melihatnya kembali. Kulihat dia sangat nyaman berada di atas dadaku, aku pun begitu.
“bodoh bodoh bodoh bodoh bodoh bodoh bodoh bodoh bodo jelek jelek jelek jelek…”
ucapnya, sambil jari telunjuknya menekan-nekan di dadaku.
“cinta cinta cinta cinta cinta cinta cinta cinta cinta cinta cinta cinta cinta cinta cinta cinta…”
balasku sambil sedikit tersenyum, kuusap air mataku dan kembali memeluknya dengan pandangan ke langit atas.
“lagi…”
ucapnya manja.
“ndak mau…”
balasku sambil nyengir dan aku tahu dian tidak melihatku.
“auuuuch… iya aku cinta dian…”
ucapku karena kesakitan di cubit pada bagian dadaku.
“ndak denger…”
ucapnya lirih tapi aku merasa dian mengatakan dengan sedikit senyuman di bibirnya.
“arya cinta dian…”
lanjutku, tangan kananku perlahan berpindah ke kepalanya, kuelus rambut panjangnya yang terurai.
Hembusan nafasnya sangat terasa di dadaku
Aku merasakan remasan erat dari tangan kanannya tatkala tangan itu berada di pundakku. Deru tangisnya mereda seketika itu, hati kami seakan menjadi satu malam ini. ya menjadi satu kembali setelah beberapa tahun terpisah. Memang kebodohanku mungkin ketika orang yang dulu mmm tepatnya seorang perempuan yang dulu pernah aku temui aku campakan begitu saja. Rasa bersalahku kepadanya tetap masih ada walau sekarang mulai sedikit di tenangkan oleh hatinya. Hembusan nafasnya sangat terasa di dadaku, tubuhnya terasa hangat mungkin karena hatinya memang benar-benar hangat. Rembulan, ya rembulan itu masih sama dengan yang dulu ketika aku membuatnya benar-benar menangis. Argh… mungkin rembulan yang selama ini identik dengan keindahan perempuan tidak terima dengan apa yang aku lakukan padanya. Mungkin jika rembulan itu bisa berbicara kepadaku, dia akan memaki-makiku pada saat itu tapi kelihatannya dia sedang tersenyum kepadaku saat ini.