Wild Love Episode 65
Lelaki di samping mobil kemudian melambaikan tangannya ke arahku
Royal Win Indonesia Entertainment – Wild Love Episode 65, Tiba-tiba sebuah mobil hitam yang aku kenal berhenti di seberang jalan, sedan berwarna hitam yang sudah tak asinng lagi bagiku. Dari mobil itu keluar seorang laki-laki berbaju serba hitam dari pintu dengan sebelah kanan mobil dengan tangan kirinya memegang telepon genggam, pastinya sedang menelepon seseorang. Aku masih dalam posisi jongkok dengan tidak melihat secara langsung orang yang berada di mobil tersebut. Lelaki di samping mobil kemudian melambaikan tangannya ke arahku, merasa lambaian itu mengarah kepadaku reflek tanganku hendak membalas lambaiannya tapi untunglah aku cepat sadar lambaian itu bukan untukku.
“Woi…”
suara seorang lelaki dari belakangku yang pernah aku dengar, aku menoleh kearah kebelakang. Ya, dia lelaki yang menelepon dari samping bilikku tadi.
“Sori bro, dari kamar mandi”
ucap lelaki tersebut dengan langkah cepatnya.
Sejurus kemudian lelaki tersebut mendatangi temannya yang berada di samping mobil. Tak lama kemudian mobil tersebut menghilang dari pandanganku. Dan tepat dugaanku, orang itu adalah orang suruhan Ayah dan komplotannya. Karena mobil sedan hitam itu adalah mobil milik om nico. Aku berdiri meninggalkan tempat ‘BAB’ yang nyaman tadi dan berjalan ke arah REVIA yang menungguku di sana. Segera aku pulang menuju kerumah dan ingin segera sampai di rumah, dalam perjalananku aku merasa lega dengan identifikasi dari lelaki tadi. Dan yang pasti, mereka mengira itu adalah murni kecelakaan bukan rekayasa.
“Yaelah lampu merah, 90 detik hufth…”
bathinku ketika melihat lampu menyala merah dari lampu lalu lintas dari kejauhan. Kuhentikan REVIA tepat di samping kanan sebuah mobil, selang beberapa saat setelah REVIA berhenti aku menyulut dunhill kembali. Tepat setelah aku memasukan korek api kedalam saku jaketku, pintu kaca mobil itu terbuka. Aku menoleh ke arah mobil tersebut.
“Bu Dian”
bathinku dengan dunhill nangkring di bibirku.
Aku dan dia saling bertatapan, matanya sendu berwarna sedikit merah.
“Jahat!”
ucapnya sedikit membentak dan hanya aku yang mampu mendengarnya dan langsung menutup kaca pintu mobilnya.
“Bu Dian… bu dian… ”
ucapku sambil mengetuk-ngetuk kaca mobilnya, semua orang melihat kearahku tapi aku tidak mempedulikannya. Tapi pintu kaca mobil itu tidak terbuka.
Detik-detik berjalan… aku melirik ke arah detik lampu lalu lintas… 10 detik, kaca pintu terbuka
“yes…”
bathinku.
“Hati-hati”
ucapnya dan langsung menutup pintu kaca mobilnya dan pergi meninggalkan aku.
“Woi mas, cepet maju!”
teriak seseorang, aku baru tersadar kalau lampu sudah berubah menjadi hijau.
Segera aku memacu REVIA dan mengejar mobil bu dian. kenapa aku tidak sadar jika mobil yang berada di sampingku adalah mobil milik bu dian. Aku terus mengejarnya posisiku masih di belakang bu dian. Tujuanku hanya satu, untuk mengetahui apa alasannya hingga dia bisa meneteskan air mata ketika aku menyodorkan kertas pegantian dosbing. Kulihat lampu belakang mobil bu dian menyala, sangat merah pertanda dia akan berhenti. Segera aku menghentikan laju motorku tepat di samping kanan mobil bu dian.
“Bu Dian… bu dian… tolong dibuka sebentar bu”
ucapku sambil mengetuk kaca pintu mobil tapi tak dibukanya. Kulihat samar bu dian hanya menoleh ke arahku sebentar kemudian membuang muka.
Ketika laki-laki itu membuka pintu mobil bu dian
Lama aku mengetuk pintu dan beberapa kali aku mendapatkan suara klakson dari beberapa pengemudi kendaraan bermotor. Dan akhirnya kaca pintu mobil terbuka tapi bu dian tidak menoleh ke arahku. Dia memperlihatkan seorang lelaki yang hendak masuk ke mobilnya dan masiih berada di luar mobil terlihat lelaki itu sedang menenteng seseuatu di tangan kanannya, dan dia adalah Anda. Tiba-tiba amarah menguasai diri ku. Ketika laki-laki itu membuka pintu mobil bu dian dan belum masuk ke dalam mobil.
“Sini nda, masuk sini, panas kalau diluar”
ucap bu dian yang terlihat memanjakan laki-laki itu dan dikeraskan seakan-akan dia ingin menunjukan kepadaku.
“Dasar suka pamer!”
ucapku sedikit keras dan dia langsung menoleh ke arahku.
Tanpa menunggu momen anjing, momen sialan, momen kampret momen apalah! Yang akan terjadi selanjutnya. Aku langsung menarik gas REVIA dengan sangat dalam. Setiap motor yang aku dahului tepat di sampingnya selalu aku tarik gas REVIA dalam dengan sedikit aku injak perseneleng motorku sehingga akan terdengar bunyi mesin motorku yang menderu-nderu. Aku sudah tak menghiraukan apa yang akan terjadi setelahnya, aku tancap gas tanpa melihat spion di belakangku. Hingga ketika aku berada di sebuah jalan menuju rumahku sebuah motor bertuliskan NINJA dengan dua orang di atasnya menghadangku di depan dan aku berhenti.
“BAJINGAN! MAU SOK JAGO KAMU!”
teriak seorang lelaki yang turun dari NINJA beserta seorang lagi, aku diam. Ketika dua orang itu semakin dekat, aku turun dari REVIA.
Langsung aku tendang perut lelaki tersebut dan aku beri dia lututku. Seorang lagi yang berada di belakang mencoba menyerangku dengan pukulan tangan kanan, segera aku hindari dan langsung aku beri upper cut tepat pada dagunya. Dua orang tersungkur, kulepas helmku ketika satu orang yang aku tendang tadi berdiri langsung aku beri ayunan helm SNI-ku. Dan seorang lagi aku beri telapak kakiku. Kulihat dua orang cecunguk ini kesakitan, aku tersenyum kemudian kembali ke REVIA. Kujalankan REVIA perlahan dan tepat di samping mereka.
“terima kasih untuk hiburannya, kalau mau cari aku, Arya Mahesa Wicaksono, si koplak”
ucapku dan kedua orang itu yang kesakitan sedikit terkejut ketika mendengar namaku.