Wild Love Episode 64
Akhirnya aku dan anton mendekatkan kuping ketelepon yang diangkat dewo
Royal Win Indonesia Entertainment – Wild Love Episode 64, Terlambat… sekalipun kami sudah menarik dewo keluar tapi telepon sudah diangkat oleh dewo. Mau bagaimana lagi, akhirnya aku dan anton mendekatkan kuping ketelepon yang diangkat dewo. Dewo dengan santai membalas setiap pembicaraan dari dalam telepon.
“Haliyoooooo… sayangku….”
ucap dewo.
“Sayang-sayang gundulmu! Kalian sedang apa! Sudah beres atau belum?”
teriak seseorang dari dalam telepon.
“beres? Sebentar ya sayang, tak tanyakan duyu.. hyuk… sudah beres belum hei… sudah ya? Oh iya sudah ya? hyuk… beres ketes ketes”
ucap dewo yang sempat bertanya kepada kami semua dan kami hanya mengangguk.
“Kamu mabuk?”
ucap seorang dari dalam telepon.
“mabuk hyuk… ndak mabuk Cuma sedikit mimi hyuk… biar enyaaaaaaaaaaaaaaaaaaak… biar ndak stlessssss… hyuk… mimik cucu he he he he”
ucap dewo.
“Argh! Cepat kembali!”
ucap seseorang dari dalam telepon yang sedikit kesal.
“kembali kepadamu? Oh cintaku… hyuk cintaku…. hyuk…”
ucap dewo yang mulai tak sadarkan diri.
“ARGH! Dasar bodoh! Cepat kembali!”
teriak seseorang dari dalam telepon.
“bodoh? Kamu yang bodoh hyuk… aku mah pintar SMA aku ranking satu hyuk dari belakang bodoh hyuk…”
balas dewo.
“AKAN AKU HUKUM KALIAN, CEPAT KEMBALI!”
teriak seseorang kemudian menutup telepon.
Dewo kemudian hampir terjatuh dan aku tangkap tubuhnya. Aku dan anton serta wongso kemudian saling berpandangan. Koplak yang lainpun tahu kalau ada rencana busuk didalamnya. Kami segera angkut dewo dan kami tidurkan di bak terbuka mobil. Anton kemudian memutarkan mobil tersebut dan berjalan ke arah pulang, aku dan wongso serta karyo membuntuti dengan kedua motor bebek. Setelah sudah agak jauh dari tempat kami berkumpul tadi anton, kemudian keluar dengan pintu mobil masih terbuka. Anton tampak masih mengotak-atik sesuatu karena tubuhnya sebagian berada didalam mobil. Tiba-tiba mobil berjalan anton langsung menarik tubuhnya
Aku dan tiga orang temanku kemudian berdiri di atas jurang melihat kebawah jurang dimana sebuah mobil terbakar. Pemandangan yang lumayan indah untuk malam yang dingin ini. Aku dan mereka bertiga kembali ketempat kami berkumpul tadi di Casino de Granny.
“Gimana?”
ucap parjo sambil mengipas-ngipas wajah dewo.
“Sip!”
ucap anton.
“untung saja”
ucap aris dan tugiyo.
“iya, kalau bukan karena dewa mabuk ini mungkin kita bakal buntu”
ucap udin.
“TUMBEN BISA NGOMONG YANG LAIN!”
teriak kami meneriaki udin.
“Celeng (babi hutan)”
umpat udin.
“Terima kasih… terima kasih… hiks hiks hiks…”
teriak seseorang yang berlutut di belakangku, kami semua kemudian berbalik dan melihat kearahnya.
Aku hanya mendekatinya dan mengangkat tubuhnya serta menahannya agar tidak kembali berlutut dihadapan kami. Laki-laki ini, laki-laki yang dulu pernah hampir memperkosa ibuku kini sedang menangis dihadapanku. Kupandangi lelaki setengah baya dengan wajah yang masih dihujani air mata ini.