Wild Love Episode 44
Merasa sedikit aneh
Bu Dian lalu berdiri dan sedikit membungkukan badan ke arah Ibu, aku melihatnya hanya sedikit aneh saja dengan tingkahnya. Ibu dengan sedikit menggeser duduknya menarik tangan bu dian. Dengan senyuman khas Ibu, di tariknya dengan lembut tangan bu dian hingga dia duduk kembali.
“Sudah ndak papa, disini dulu, kamu takut aku putus sama arya ya yan? Gara-gara kamu ketemuan?”
ucap Ibu.
“Eh…”
bu dian yang kini duduk hanya mengangguk.
“Aku tidak bakalan putus sama arya yan”
ucap Ibu, bu dian hanya tersenyum dan mengangguk walau tidak memandang ibu.
“Karena aku punya hubungan lebih dari seorang pacar”
ucap Ibu.
“Eh, berarti mbak diyah sudah…?”
ucap Bu Dian dengan isyarat tangan yang memperlihatkan gerakan memasukan cincin ke jari manis kiri.
“ehm ehm ehm ehm”
ibu tertawa tertahan, Bu Dian hanya terheran-heran. Tiba-tiba, ibu bangkit dan duduk di dekat bu dian.
“Rambut kamu itu sering disisir ya yan, jelek kalau begini ini. terus, lipstiknya ndak usah tebal-tebal ya sayang”
ucap Ibu yang berlagak seperti tukang rias.
“Eh mbak..”
ucap bu dian.
“Kenapa? aku dulu sudah pengen banget punya anak cewek, tapi ya mau bagaimana lagi, setelah arya lahir, ayahnya ndak mau punya anak lagi”
ucap Ibu yang masih sibuk menata rambut bu dian.
“Jadi… mbak itu…”
ucap Bu Dian.
“Apa? Pacarnya? Makasih lho ya sudah panggil mbak, jadi merasa lebih muda lagi”
ucap Ibu santai sambil kedua tangannya memainkan pipi Bu Dian.
“Eh bukan, berati mbak itu ibunya arya?”
ucap bu dian yang tidak mempedulikan ibu merias wajahnya itu.
“iya sayangku hi …”
jawab ibu dengan sedikit terkekeh-kekeh.
“maaf mbak, eh tante…”
ucap bu dian.
“ndak papa lho dipanggil mbak hi hi hi, seneng banget masih ada yang melihat aku sebagai gadis muda”
ucap ibu terkekeh.
“iiih kamu itu cantik banget cup cup”
ucap ibu yang kemudian mencium pipi kanan dan kiri bu dian.
“eh iya mba… eh tante terima kasih”
ucap bu dian.
“Ya sudah aku pulang dulu yan cup cup cup”
ucap ibu yang kemudian menciumi pipi kiri, kanan dan kening bu dian.
“Sayang, pacarmu ini mau pulang dulu hi hi hi cup”
ucap Ibu yang kemudian mengecup keningku.
“Ibu apaan sih”
ucapku.
“dadah… ingat ar, jangan pulang malam kasihan dian”
ucap Ibu yang kemudian melangkah, tampak sebuah taksi sudah menunggu ibu.
setelahnya ibu naik taksi dan kemudian menghilang hanya tinggal kami berdua. Kami berdua tampak seperti orang yang terkena permainan tommy rafael (master hipnotis) memandang ibu dari awal hingga dia menghilang.
Kembali kami berdua disini, ditempat yang masih sama seperti sebelumnya. Dengan hiasan sinar rembulan malam bersama kami. kulirik wajah bu dian tampak sedikit tersenyum. Raut wajahnya 180 derajat berubah total jika dibandingkan sewaktu ibu hadir di awal tadi. Kenapa juga Ibu membongkar identitasnya, kalau begini kan jadi susah, aku ndak punya alasan lagi kalau ada apa-apa ke depannya.
“ternyata benar seperti yang aku duga… ehem…”
ucapnya sambil tersenyum yang masih memandang bulan tak sempurna itu.
“Benar apanya bu?”
ucapku sedikit menoleh ke arahnya.
“tante diah bukan pacar kamu kan, tapi bolehkah aku tahu.. emmm… kenapa tante diah mengaku sebagai pacar kamu?”
ucap bu dian.
“itulah ibuku, dia selalu mengaku sebagai pacar aku bu setiap kali ada seorang cewek kerumah bersamaku, hanya untuk melihat keseriusan dari si cewek”
ucapku.
“maksudnya?”
ucap bu dian.
“ya, maksudnya kalau memang serius mau jadi mantunya ya harus berani face to face sama ibu, bicara ke ibu gitu”
ucapku yang mengingat kata-kata ibu, dimana ibu pernah berkata padaku jika aku punya pacar. Pacarku harus berhadapan dengan ibu dan berbicara langsung dengannya perihal hubungannya dengan aku.
“oh… begitu, tapi ibumu cantik dan menyenangkan ya?”
ucapnya.
“iya..”
jawabku singkat.
“Seandainya saja aku punya ibu seperti tante diah, hmmm… pasti menyenangkan”
ucapnya.
“Eh… Bu, sudah saja lebih baik kita pulang, karena kelihatannya sudah tidak ada lagi yang harus dibicarakan dan akan saya usahakan TA saya cepat selesai, agar mahasiswa ibu ini tidak membuat ibu pusing lagi”
ucapku menyela.
“Can we… Re-Starting all over again?”
ucapnya tiba-tiba tanpa menjawab pertanyaanku.
“Eh… maksud ibu apa?”
ucapku.
“Ya kembali memulai dari awal lagi”
ucapnya.
“Apa yang dimulai dari awal lagi bu?TA-nya? Jangan bu… kan TA saya sudah benar semua tinggal bimbingan dan ujian”
ucapku.
“bukan TA, ar…”
ucapnya.
“terus apa bu?”
ucapku.
“Aku ingin kita seperti awal lagi ar, seperti ketika kita pertama kali bekerja sama mengerjakan Karya tulis ilmiah hingga kita bisa makan malam bersama, dan… Aku harap kamu bisa melupakan semua kejadian setelah makan malam itu”
ucapnya yang kemudian berdiri dan bergerak kearahku.
“Cup…”
ciuman mendarat di pipi kiriku tapi tidak membuatku kaku seperti dulu lagi, kemudian Bu Dian melangkah bergerak meninggalkan aku.
“jujur saja bu, aku tidak mengerti bu….”
ucapku, bu dian lalu berbalik dan memandang ke arahku.
“Suatu saat kamu akan mengerti, tapi bukan sekarang. Aku ingin memperbaiki hubungan kita agar semuanya baik dari awal ar, dan aku berharap kamu bisa kembali seperti dulu lagi. Agar tidak terjadi kesalah pahaman lagi, dan…”
ucapnya terpotong, Bu Dian menghela nafas yang panjang.
“Dan apa bu?”
ucapku.
“Dan… aku harap kita bisa selalu membicarakan apapun itu jika suatu saat terjadi kesalah pahaman”
ucapnya.
“Bu Dian… Bu Dian… Ibu itu aneh sekali”
ucapku.
“Maksud kamu?”
ucapnya.
“Bu, coba ibu ingat-ingat lagi, kita itu dosen dan mahasiswa bu, sampai kapanpun juga seperti itu, kenapa juga kita harus memperbaiki hubungan kita, membicarakan kesalah pahaman dan lain-lain. Kalau kita pacaran terus balikan mungkin itu bisa kita lakukan, sedangkan saat ini saya bukan apa-apanya bu dian, kenapa harus seserius itu bu? Kan malah lebih baik, ibu sebagai dosen saya dan saya sebagai mahasiswa ibu, masing-masing dari kita menjalani kehidupan kita masing-masing. Hubungan dosen dan mahasiswa kita lanjutkan secara normal, dan tidak per…”
ucapku terpotong.
“mungkin di awal kita memulai kita dosen dan mahasiswa tapi kita tidak tahu di akhir”
ucapnya yang kemudian berbalik membelakangiku.
“Bersikaplah lebih dewasa lagi ar, karena aku yakin kita bisa membuat semuanya lebih baik lagi”
lanjutnya.
“Ibu suka sama saya?”
ucapku dengan PD-nya.
“kamu jadi laki-laki pede sekali ar, memang kalau aku menemuimu seperti ini, aku suka sama kamu?”
ucapnya sambil membalikan badannya lagi. Aku menjawab dengan mengangkat bahuku.
“Dasar cowok! Pikirannya pendek!”
ucapnya sambil membentak dan diakhiri senyuman.
“Ya ndak tahulah kan aku Cuma pengen tahu saja, memang kalau cewek tanya ke cowok masalah pacarnya berarti cewek itu suka sama cowok yang ditanya?”
ucapnya.
“Ah… bingung aku bu bu…”
ucapku.
“Makanya kalau mikir jangan kejauhan”
ucapnya.
“Mending aku ngobrol sama mbak erlin, lebih jelas dan tidak membingungkan”
ucapku.
“Owh… sekarang erlin yang akan kamu majukan kalau nanti aku ngeganggu kamu?”
ucapnya.
“Ndak, dia sudah aku anggap kakak perempuanku”
ucapku sambil membuang muka.
Trap trap trap… cup… aku langsung menoleh kembali ke arah bu dian yang kini sudah melangkah berbalik meninggalkan aku.
“Aku hanya berharap setelah ini sesuai dengan harapanku”
ucapnya meninggalkan aku.
“Semoga saja tidak ada acara lamaran segala”
ucapku yang kemudian berdiri dan membelanginya, kini posisi aku dan bu dian saling membelakangi.
“cemburu ya? Hi hi hi kamu suka sama aku ar?”
ucapnya.
“he he ngapain juga cemburu, mahasiswa cemburu kok sama dosen, kasihan dosennya, mahasiswa kan bukan levelnya dosen”
ucapku.
“Hmmm… kalau cemburu bilang saja kenapa?”
ucap bu dian.
“Dosennya mungkin yang cemburu, nanya-nanya mbak diah, eh… terus langsung pulang waktu ada mbak erlin. Lagian ngapain coba dosen ngajak ketemuan mahasiswanya?”
ucapku.
“Hmm… wah iya ya, apa mungkin dosennya cemburu ya? Kayaknya ndak deh, kan tadi ada yang bilang kasihan dosennya kalau cemburu, ndak level”
ucapnya.
“ergghhhh… sudah bu, aku kalah, aku mau pulang dulu”
ucapku.
“Hm… yang kalah berarti yang cemburu”
ucapnya, aku diam mematung sesaat.
Aku dengan seketika membalikan badanku dan kulihat bu dian sudah melangkah jauh meninggalkan aku. Kulihat langkah anggunnya meninggalkan aku. Cara melangkah yang sangat indah sekali, mungkin ada sedikit ingatan akan lagu pop jadul.
Lihat cara dia berjala oh mengagumkan oh mengagumkan
Ikutilah jalan pikirannya oh mengesankan oh mengesankan
Ingin sekali kutunjukkan betapa berarti senyumnya untukku
Ikutilah gerak jarinya, kau kan terkesan kau kan terkesan
Dengarlah dia bernyanyi, Kau kan terharu lalu membisu
Ingin sekali kukatakan, Betapa berarti tingkahnya bagikuKarna aku slalu pasti mengagumi dengan hati|
Di setiap jengkal indahnya, di setiap jengkal buruknya
Karna aku slalu pasti mengikuti lewat mimpi
Di setiap sudut terangnya, di setiap sudut gelapnya
Jika anda tertarik dengan cerita lainnya anda dapat terus membaca hanya di Royal Win Indonesia Entertainment.