Wild Love Episode 4
Penyesalan
Menyesal mungkin mendengar jawabanku itu. Ketika beliau mulai beranjak berdiri aku langsung memeluk Ibuku dari belakang sehingga Ibuku duduk kembali. Kini posisiku berada tepat dibelakang Ibu.
“Ibu jangan marah gih. Arya tidak akan kemana-mana kok Bu, asal Ibu tersenyum ke Arya”
Rayuku.
Ibu menoleh ke kiri melihat wajahku yang sudah aku letakan di bahu kirinya. Kulihat senyuman Ibu dan Aku pun ikut tersenyum.
“Nah Ibu sudah senyum kamu jangan pergi ya.”
Tiba-tiba air mata menetes dari kedua mata indah yang ada di depanku.
“kalo kamu pergi Ibu sama siapa, Romomu juga sudah jarang pulang, kalau pulang juga cuma sebentar”
Air mata menetes dari matanya.
Aku yang kebingungan karena melihat Ibu menangis dan tiba-tiba ibu memegang kepala bagian belakangku dan mendorong kedepan sehingga keningku bersentuhan langsung dengan kening Ibuku.
“iya Bu. jangan menangis Ibu, Arya akan selalu ada buat Ibu, akan menjadi apapun yang Ibu inginkan”
Jawabku menenangkan Ibu.
Memulainya dengan ciuman langsung
Hampir aku menangis dan tapi air mata yang ingin menetes dari mataku seakan-akan kembali masuk kedalam mataku lagi karena kecupan dari mulut Ibuku yang langsung ke mulutku. Seakan-akan tak percaya tapi kenapa kecupan Ibu lama sekali? Aku tidak pernah merasakan ini sebelumnya.
“emmmmmmmmmmmmmmm… crup… emmmmm…”
Ibuku mulai mendesah.
Aku menarik kepalaku dan menatap Ibuku.
“Bu….”
Ucapku sederhana memanggilnya, dan aku kemudian kembali mencium bibir Ibuku.
Ibuku membalasnya dengan ciuman. Belum pernah aku berciuman bibir dengan seorang wanita yang aku tahu hanya ciuman seperti yang ada di Video milik Rahman? Video porno yang pernah aku lihat pertama kali dalam seumur hidupku. Tidak aku bukan orang yang berpengalaman dalam hal bercinta. Kami hanya menempelkan bibir dan Ibu yang paling aktif menyedot bibirku.
Aku tidak bisa mengimbanginya karena aku perjaka tulen. Tiba-tiba Ibuku menjatuhkan tubuhnya di kasurku tempat tidurku, dengan cepat aku menggeser tubuhku dan langsung menempelkan kembali bibirku ke bibir Ibuku. Sekarang posisi Ibuku tepat di bawahku dan aku di atasnya tapi tidak mengangkanginya. Kaki Ibu ku masih berada dipinggir tempat tidur sehingga telapak kakinya tetap berada dilantai. Ya setengah di kasur setengahnya tidak. Kami masih terus berciuman, aku mulai melakukan sedotan-sedotan ke bibir Ibu.
“Emmmmmm oh emmmmmm…. bu emmmm…..”
Suaraku lirih.
Aku merasakan birahi yang meledak-ledak, tak pernah aku rasaakan sebelumnya dengan seorang perempuan. Perasaan ini baru aku rasakan baru pertama kali ini.
“Bu…ohmmmmm…..”
Aku merasakan sesuatu mengelus lembut bagian selangkanganku tempat dimana adikku “dedek Arya” bersemayam.
Dedek Arya bangun, mulai mengeras, mungkin jika bisa berbicara dedek Arya akan berbicara. “Keluarkan aku kakak aku pengin keluar”.