Wild Love Episode 26
Aku yang diserang
Di tariknya tubuhku dengan kedua mataku yang sedikit pedih. Lelaki ini, Lucas, menarikku dan berteriak-teriak meminta semua orang yang berada di dalam cafe untuk menyingkir. Hingga di tempat parkir yang berada di depan cafe aku di lempar hingga jatuh tersungkur. Masih dalam posisi mengucek mataku, aku mencoba berdiri.
“HAJAR DIA! BERI DIA PELAJARAN!”
Teriak lucas.
Bugh… ku rasakan sebuah pukulan pada punggungku membuat aku jatuh tersungkur. Sempat kulihat dalam jatuhku orang-orang suruhan Lucas jumlahnya cukup banyak. Aku terjatuh miring, segera aku meringkuk, kedua kakiku kutarik kedalam dan kupeluk dengan kedua tangaku, wajahku kumasukan ke dalam pelukan tanganku itu. Tendangan keras dan injakan pada sekujur tubuhku dapat aku rasakan sangat kejam.
“HAJAR! JANGAN BERI AMPUN! JANGAN BERI AMPUN! DASAR PERUSAK HUBUNGAN ORANG!”
Teriak lucas yang suaranya mulai aku kenali.
“Lucas hentikan! Atau aku laporkan kamu ke polisi”
teriak Bu Dian, ya suara itu adalah suara Bu Dian.
“Mau lapor? Lapor saja, dan kamu akan mendapatkan mayat dia”
balas lucas dengan tawanya yang keras.
Tiba-tiba tangan halus kurasakan pada tubuhku, Mataku ku buka sedikit dan dapat kulihat Bu Dian yang mencoba mendorong dan menjauhkan para lelaki-lelaki itu dariku. Aku kini dapat melihat air matanya yang keluar mengalir di pipinya. Tapi itu tidak berlangsung lama, tubuh Bu Dian kemudian di tarik oleh Lucas menjauh dariku.
“Kamu tidak usah ikut campur! Ini urusan laki-laki”
bentak lucas dengan kasarnya.
“Kamu jangan Lucas! Lepaskan!”
ucap bu Dian kepada Lucas, yang kemudian mengalihkan pandanganya ke arahku.
“Hentikan hiks hiks hentikaaaaaaaaaaaan, Aryaaaaa”
teriak Bu Dian yang mencoba melepaskan genggaman Lucas pada lengan tangan kanannya.
Sial
Ah Sial, kenapa juga ini orang memukuliku. Aku kemudian menendang salah seorang dari mereka, mereka tampak terkejut. Aku kemudian mencoba bangkit, segera aku mendorong salah seorang dari mereka lagi. Bughhh… hantaman keras di punggungku membuat aku jatuh tersungkur kembali. Aku mencoba bangkit kembali, dari sudut pandang sempitku kulihat orang yang aku tendang sedang menenteng kursi dari dalam cafe. Aku yang mencoba membalikan badanku, dalam posisi setengah miring menghadap ke laki-laki itu aku terkejut.
“MATI KAU!”
teriak laki-laki itu sambil mengangkat sebuah kursi di atas kepalanya dan siap di hantamkan padaku yang sedang dalam posisi benar-benar tidak siap sama sekali.
“ARYAAAAAAAAAA!”
teriak seorang wanita, Bu Dian yang sedang meronta-ronta mencoba melepaskan tangannya dari genggaman lucas.
Jika kursi itu mengenai kepalaku, mungkin ini malam terakhir down hill update, eh salah mungkin ini malam terakhirku melihat Bu Dian. Ibu, bagaimana dengan Ibu? Ibu Bisa saja di permainkan oleh Ayah jika tidak ada aku. Kakek, Nenek, Pakdhe, Budhe, Om, Tante dan adik-adikku. Selamat tingg.
Dari posisiku aku dapat melihat sebuah kayu besar dan panjang jatuh di hadapanku, entah siapa yang melemparnya. Beberapa orang dari mereka nampak mundur karena adanya seseorang yang memukul mundur mereka.
“SIAPA KALIAN BERANI SEKALI MENGANGGU URUSAN ORANG!”
Bentak seorang laki-laki suruhan Lucas.
“BUKAN URUSAN KITA???”
ucap lelaku dihadapanku yang membelakangiku.
“Perkenalkan, nama saya WONGSO ALIAS WONG DOYAN MENUNGSO (Orang yang doyan manusia)”
Ucap lelaki dihadapanku, wongso. Bersyukurnya aku mereka datang tepat waktu, ternyata ini bukan hari terakhirku.
“Aku ANTON ALIAS AWAN KINTON”
ucap seseorang yang kemudian berdiri di samping kiri wongso dengan lagaknya yang sama sejak SMA, selalu menggoyangkan kedua bahunya, Anton.
“WOI AKU ARIS AHLI KERIS HO HO HO. Tangi cat, malah turu wae, makane nek meh geger ngejak-ngejak ojo dewean (Bangun cat, malah tidur saja, makanya kalau mau geger ajak-ajak jangan sendirian)”
Ucap seseorang yang memapah tubuhku dengan gayanya yang sok artis, Aris.
“DEWO Gede Lan Dowo (Besar dan panjang)”
ucap seseorang yang tingginya melebihi tinggiku dengan gagah dia berdiri di samping kanan wongso, dia satu-satunya sahabatku yang dari SMA memiliki tinggi lebih dariku.
“Aku… Sudira Suka Jadi Waria emmmuaaaaaaaaaach…”
ucap seseorang yang memapahku lembut dan menggrepe-grepe tubuhku, Sudira, sahabat SMA yang doyan sekali memake-up dirinya menjadi wanita.
“Woi Ingat Ndes! Ini itu sobat sendiri jangan di embat juga kali!”
bentak Aris yang mencegah tangan dira.
“Iiiiiih mumpung ada kesempatan”
ucap dira khas dengan suara wanitanya.
Aku kemudian berdiri di belakang ketiga orang yang sudah sedari tadi berdiri dihadapanku. Aku tersenyum bahagia karena mereka datang tepat waktu. Kelima orang ini adalah sahabatku sejak SMA, sahabat yang membentuk Geng Koplak yang sampai sekarang tidak pernah pudar tali persahabatan kami. kulihat Bu Dian nampak menangis, air matanya mengalir di pipi indahnya, ingin sekali aku mengusapnya tapi aku harus menyelesaikan ini dulu.
“WOI KO! AWAS KALAU TELEPON POLISI! TAK POTONG-POTONG KONTOLMU!”
Teriak Dira dengan nada laki-lakinya. Aku menoleh ke dalam cafe tampak seorang lelaki tua berkulit putih sedikit ketakutan dengan teriakan dira.
“Ndak papa kamu cat?”
tanya Anton dan wongso bersamaan dengan masih menatap ke depan.
“Biasa saja, kaya tidak pernah tahu aku saja Bro”
jawabku santai.
“HAH! DASAR ORANG KOPLAK! HAJAR MEREKA!”
Teriak Lucas.
“Yaelah, memang kita ini Geng Koplak, ya jelas Koplak, Majuuuuuuuuuuuuu!”
teriak Dewo. Dengan senyum sumringah di bibirku aku kemudian ikut maju dan bertempur dengan mereka berlima. Memang kami kalah jumlah 5 : 10 dan itu selalu terjadi di setiap perkelahian kami.
Dia satu-satunya sahabatku
Wongso ahli beladiri taekwondo, Anton Ahli Judo, Dewo ahli karate, Aris ahli Wushu dan Aku masuk dalam kategori Karate bersama Dewo. Sudira? Jangan tanya ke dia, dia adalah satu-satunya sahabatku dengan teknik beladiri tingkat atas, bahkan bisa di katakan dialah yang terkuat di antara kami semua tapi karena sifatnya yang kewanita-wanitaan membuat dia di anggap lemah oleh musuh. Eitss…tapi kalau sudah marah, Rumah bisa dia robohkan. Masih ada beberapa sahabatku yang tidak hadir di sini mungkin mereka akan marah-marah ke aku karena tidak mengajak mereka berpesta!
Wongso tampak dengan santai menghajar 2 orang dari mereka tendangannya, 2 orang itu jatuh tersungkur. Anton membanting orang dengan teknik Judonya membuat dua orang kelabakan menghadapi Anton, Dewo memegang kepala dua orang dari mereka dan di benturkan ke satu sama lain. Aris dengan lihai menghajar 2 orang secara bersamaan. Dira bermain-main dengan seorang dari mereka, di kuncinya tubuh orang itu dan di remas-remasnya kontol orang itu oleh Dira. Aku hanya kebagian satu orang, ku majukan tendanganku ke arah perut membuat orang itu membungkuk dengan cepat kuraih kepalanya dengan kedua tanganku. Kulayangkan dengkul manisku kewajah orang itu.
Perkelahian berlangsung cukup lama, walau sebenarnya kami menikmatinya sebagai permainan masa SMA kami. satu persatu wajah mereka babak belur dan terjatuh di lantai bagaikan kayu bakar yang baru saja di ambil dari hutan. Wongso berdiri di atas 2 tubuh lelaki, Dewo berjongkok dengan kedua kakinya beralaskan dua kepala lelaki suruhan Lucas. Aris dan Anton menumpuk 4 orang dan di dudukinya mereka, sedangkan Dira mengunci seorang lelaki yang sudah tidak berdaya dan meremas-remas selangkangan lelaki tersebut. Aku berdiri di atas tubuh seorang lelaki.
Aku melihat Bu Dian meronta dan melepaskan genggaman Lucas, yang terbelalak terkejut dengan aksi kami. 10 orang suruhan dia hancur di hadapan kami. Bu Dian berlari ke arahku sambil menangis dia memegang kedua pipiku.
“Kamu ndak papa kan Ar?”
ucap bu Dian.
“Ndak papa bu, sudah biasa”
ucapku, kulihat Bu Dian akan memelukku tapi terkejut dengan teriakan Lucas.
“wah kontole mas’e cilik owk bro, ora doyan aku (Wah kontol mas-nya kecil, aku tidak doyan bro)”
ucap Dira yang tiba-tiba menghajar mainan itu lagi hingga tersungkur dilantai parkir.
“Dian, kembali kesini atau mereka semua aku tembak!”
teriak lucas yang menodongkan pistol, membuat kami sedikit terkejut. Bu Dian nampak terkejut pula menyaksikan Lucas menodongkan pistol kearah kami.