Wild Love Episode 21

Dalam Perjalanan

Tampak mata budhe sedikit berkaca-kaca walau di tutupi dengan kaca mata hitamnya. Perjalanan melewati kampusku dan aku meminta berhenti di kampus agar aku naik taksi, awalnya mereka tidak setuju tapi aku memaksanya. Ketika aku keluar dari mobil, aku membuka pintu depan mobil dan meminta pakdhe menemaniku hingga mendapatkan taksi. Kami duduk berdua di pinggir jalan dekat dengan kampusku dengan dunhill tersulut di tanganku dan sebuah Djarum tersulut di tangan pakdheku.

“Pak dhe”

ucapku.

“iya”

jawabnya.

“Arya berharap pakdhe tidak salah memilih”

ucapku sedikit membuat kaget pakdhe.

“Kamu jangan sok tahu dan menggurui pakdhe, kamu cukup diam saja karena ini semua adalah privasi pakdhe”

ucapnya dengan asap keluar dari hidungnya.

“Dulu ada seorang lelaki yang selalu aku anggap sebagai seorang ksatria, bahkan dia aku pandang lebih hebat dari Ayahku sendiri dan aku selalu ingin sepertinya, bahkan hingga sekarang dia adalah ksatria yang selalu aku banggakan, ada sebuah cerita menarik antara aku dan ksatria itu”

Dulu aku pernah bertanya pada ksatria itu

Wahai ksatria kenapa kamu masih menunggangi kuda besimu yang sudah tua itu? Gantilah dengan yang lebih gagah dan lebih kuat?

kemudian dia menjawab :

Wahai prajuritku, Bukan masalah baru atau lebih kuat, tapi kesetiaanya menemaniku, dan membawaku menjadi seorang kesatria

Aku kemudian bertanya kepadanya kembali :

Tapi dia kelihatan akan rusak dan akan hancur

Ksatria itu menjawab :

Itu yang kamu lihat cobalah kemari dan lilhatlah

Aku kemudian bergerak menuju kuda besinya itu, aku melihat bagaimana bersih dan kokohnya kuda besi itu. Benar-benar sangat terawat dan membuat orang yang melihatnya pasti ingin memilikinya.

Ksatria itu berkata kepadaku :

Kuda besi ini memang tua, tapi jika kamu tahu banyak sekali orang yang menginginkannya bahkan rela mengeluarkan puluhan juta untuk memilikinya tapi aku tidak memberikannya

Aku bertanya :

Kenapa? Padahal engkau bisa mencari penggantinya yang lebih indah, lebih bagus dan lebih kuat

Ksatria itu menjawab :

Aku sudah mengatakan kepadamu bukan masalah yang baru lebih kuat, lebih bagus ataupun lebih kuat, tapi kesetiaanya menemaniku dalam suka dan duka, menerimaku apa adanya dan mengantarkan aku ke puncak tertinggi seperti sekarang ini, bahkan dia adalah kuda terhebatku walau aku bisa memiliki kuda yang lainnya

Aku berkata :

Tetap saja ini kuda tua dan pasti akan hancur

Ksatria itu menjawab :

Jika suatu saat dia hancur dan mati, aku akan menemaninya itulah janji seorang ksatria

Kuda ini seharusnya sudah mati bertahun-bertahun yang lalu, maka dari itulah aku selalu merawatnya, menyayanginya dan mencintainya karena dia juga telah banyak berkorban untukku

Aku bertanya :

Kenapa? Kenapa engkau tidak memilih yang lainnya?

Kstaria itu menjawab :

Dalam hidup kita harus bisa memilih, Baik dan buruknya pilihan itu adalah sebuah rasa yang harus kita rasakan. Jika dalam pilihan itu ada rasa sakit maka ubahlah rasa itu menjadi rasa bahagia, ketika rasa itu adalah rasa bahagia maka pertahankanlah dan buat rasa bahagia itu semakin bertambah. Dengannya aku merasakan pahit dan manis hidup tapi dia tidak pernah mengeluh ketika menemaniku, ketika aku marah dia tetap tersenyum menemaniku, ketika aku bahagia dia hanya akan meminta sedikit dari kebahagiaan itu. Itulah kuda besiku

“begitulah ceritaku tentang ksatria itu pakdhe”

“Bagaimana dengan kuda besi itu sekarang ya? Apakah ksatria itu masih memakainya?”

tanyaku menerawang ke langit.

“Masih dan dia masih menemani ksatria itu”

jawabnya aku tersenyum mendengarnya.

“Apakah wanita di dalam mobil itu pernah mengeluh kepada ksatria itu ya?”

ucapku. Tiba-tiba pakdhe memandangku dengan tatapan tajam kemudian menunduk.

“Tidak, tidak pernah”

ucap pakdhe sembari menyulut sebatang Djarum kembali.

Aku melirik kearahnya kulihat sebuah pandangan dengan sedikit penyesalan terarah kebawa dari matanya. Terlihat taksi melintas tak jauh dari tempat kami berada.

“TAKSIIIIII! WOIIIIII!”

Teriakku memanggil taksi, taksi kemudian merapat, aku kemudian mendekati taksi itu dan ternyata bapaknya yang kemarin mengantarku. Lalu aku kearah mobil budhe.

“Budhe, Arya pulang dulu ya”

“Dadah budhe jeleeeeekk weeeeeeeekk”

pamitku kepada budhe sambil meledeknya. Budhe langsung mengeluarkan kepalanya melalui pintu depan kemudian masuk lagi.

“Awas ya nanti kalau ketemu lagi aku pukul kamu Arya berani sekali bilang budhe jelek HUH!”

ucap budhe. Aku hanya tertawa dan kuhampiri pakdhe kemudian salim kepadanya, tatapan matanya kepadaku menjadi tatapan mata dengan rasa malu. Aku kemudian melangkah menuju taksi.

“Pak dhe”

panggilku sembari berdiri membelakanginya.

“Bukan masalah yang baru lebih kuat, lebih bagus ataupun lebih kuat, tapi kesetiaanya menemaniku dalam suka dan duka, menerimaku apa adanya, maka dari itulah aku selalu merawatnya, menyayanginya dan mencintainya karena dia juga telah banyak berkorban untukku”

ucapku dengan mencuplik kata-kata ksatria yang aku ceritakan tadi. Aku kemudian masuk kedalam taksi, kubuka kaca jendela dan men-dadah-i mereka semua. Kuketik sebuah sms kepada pakdhe.

To : Pakdhe Andi

Aku berharap dan sangat berharap sekali

Ksatria itu tidak menghancurkan harapanku

Karena aku ingin sekali sepertinya

Dan Aku yakin Ksatria itu akan selalu

Mencintai yang telah menemaninya dengan cintanya

Sinar matahari yang menemani

Mobil taksi melaju dengan sangat nyaman, membuat aku sedikit mengantuk. Ku hilangkan kantukku dengan bercengkrama dengan pak sopir taksi. Dengan sedikit basa-basi aku meminta nomornya untuk berjaga-jaga mungkin suatu saat nanti aku akan membutuhkannya. Taksi melintas dengan sangat lihai, mendahului para pengendara motor dan pengendara mobil lainnya.

Sinar matahari menemaniku dalam perjalanan itu, hembusan angin dari kaca jendela yang aku buka ikut menghabiskan batang dunhill yang sulut. Tawa canda kami beriringan dengan deru suara mobil. Rasa kantuk kemudian menyelimutiku, kupasang earphone di telingaku dan kuputar lagu. Hingga sampailah aku di rumahku dan di bangunkan oleh pak sopir. Kumasukan telepon cerdasku ke dalam kantong lalu Ku bayar taksi, kemudian aku masuk kerumah yang tampak sepi ini. Aku kemudian berjalan menuju pintu utama rumah.

“Baru sampai ya?”

ucap Ibu.

Wanita ini entah kenapa selalu membuatku rindu akan belaian kasih sayangnya. Kupeluk Ibu yang berada tepat di depanku, Ibupun membalas pelukanku. Aku kemudian di tariknya kedalam secara perlahan, dengan menggunakan kakinya dia menutup pintu rumah.

“Mom, its Lust or Love?”

tanyaku lirih dan masih dalam dekapan pelukannya.

“Love”

“meskipun ini hanya sementara”

jawabnya lirih.

Aku semakin erat memeluknya dan mendekapnya dalam pelukanku, kedua tangan Ibu beralih kebelakang kepalaku. Kepalanya menengadah kearahku dan kudaratkan ciuman di bibirnya.

Layaknya sepasang kekasih kami berciuman dan saling memuaskan bibir kami. Mata kami terpejam mencoba menikmati ciuman ini. kupeluk tubuhnya semakin erat, pelukan di kepalaku pun semakin erat. Serasa tak ingin melepaskannya, telepon cerdasku yang aku kantongipun jatuh. Terlepaslah earphone-nya dan suara lagu mulai muncul dari sematpon-ku. Ciuman ini pun masih berlanjut dengan iringan lagu dari telepon cerdasku, lagu yang indah.

Simak juga cerita lainnya di Royal Win Indonesia Entertainment

Royal Win Indonesia Entertainment - Wild Love Episode 21 Gambar 21.5
Royal Win Indonesia Entertainment – Wild Love Episode 21 Gambar 21.5

Situs Entertainment Terlengkap

Kami merupakan salah satu situs hiburan yang menyediakan:

kalian dapat meng-click tautan disini MENDAFTAR ROYAL WIN INDONESIA ENTERTAINMENT!!

Royal Win Indonesia Merupakan salah satu Platform Entertainment Online dengan Provider Terlengkap, Terpercaya dan Terbaik di Indonesia.

Royal Win Indonesia Entertainment - Bonus New Member 300%+ 500x Free spin
Royal Win Indonesia Entertainment – Bonus New Member 300%+ 500x Free spin
Pages: 1 2 3 4 5

You may also like...