Wild Love Episode 14
Tiba-tiba tante menitihkan air mata
Entah apa yang di pikirkan tante, tiba-tiba tante kembali menitihkan air matanya ketika mengullum dedek arya. Ada sensasi tersendiri dalam diriku tapi aku tidak tega, kemudian menarik kepala tante hingga duduk bersimpuh di sampingku.
“Tante, kenapa?”
Tanyaku lembut sembari mengelus-elus kepalanya.
“Tante, keinget om kamu dan jengkel”
“Dia bukan hanya kasar, kadang kalau Rahman sedang ada acara menginap di kos temannya, dia mengajak perempuan lain kerumah ini dan melakukan hubungan seks”
“Dia mengunci tante di kamar Rahman sendirian”
Ucapnya kepadaku.
Gila benar-benar gila Om Nico, dia lebih berani ketimbang Ayahku. Ibuku saja yang tahu Ayahku melakukan hubungan dengan wanita lain di luar rumah saja sangat terpukul apalagi yang berada dalam rumah.
“Arya tante minta tolong”
Ucapnya.
“Apa tante?”
Jawabku heran.
“Tante ingin membalas, bajingan itu”
Ucapnya.
“Setubuhi tante di sampingnya, tante sudah tidak peduli lagi jika ketahuan, biar dia tahu rasa”
Ucapnya tersengal-sengal.
“Waduh tante, kalau om bangun, aku bisa dibunuhnya”
Jawabku.
“Tidak dia tidak bakalan bangun, dosis obat tidurnya sangat tinggi, dia tidak mungkin bangun sekalipun ada gempa begitu pula Rahman”
“Tante mohon”
Ucapnya, hal gila apa ini? bersetubuh dengannya di ruang keluarga saja sudah membuatku jantungan apa lagi di dekatnya. Tante ima, kemudian bangkit dari sofa menuju kamarnya.
“Tante tunggu”
Dengan senyuman penuh harap dia berkata padaku, aku bingung menghadapi ini semua.
Jika memang aku harus mati hari ini, aku benar-benar tidak ingin. Aku masih terlalu kangen dengan Ibu. Lama aku merenung kudengar panggilan tante ima dari dalam kamarnya. Aku melangkah menuju kamarnya dengan tubuh telanjangku, samar-samar aku mendengar dengkuran keras dari mulut om Nico.
Pemberian yang tidak bisa di lupakan
Kulihat seorang wanita ayu dengan kebaya warna hitam melekat di tubuhnya. Kebaya bagian atasnya tidak menutupi bagian pundak dan bahunya sehingga terlihatlah gundukan susunya yang terlipat. Kebaya hitam nan seksi dengan balutan jarik berwarna coklat bermotif batik tulis.
Rambut yang di kucir sanggul kebelakang kepalanya. Wanita itu sedang duduk dengan anggunnya di pinggir kasurnya, tampak seorang laki-laki setengah baya tertidur pulas di sampingnya. Pandangan ini membuatku terbuai, kembali ke masa di mana Ibu menyambutku dengan keanggunan akan kekhasan daerah ini.
“Tante”
Ucapku berdiri tertegun melihat kecantikan tante.
“Ini adalah pemberian paman kamu, dan tante menyimpannya sampai sekarang. Tante ingin kamu melakukannya seperti apa yang dilakukan pamanmu kepada tante”
Ucap tante kepadaku, kemudian tante ima menoleh kebelakang dan berteriak-teriak tak karuan. Berteriak sangat keras hingga membuat kuping telingaku berdengung.
“Lihatkan, dia tidak bangun?”
Ucap tante, segera aku keluar menoleh sebentar ke arah kamar Rahman dan berteriak memanggilnya.
Samar-samar hanya dengkuran Rahman yang aku dengar sama seperti yang aku dengar selama aku bersetubuh dengan Tante Ima. Kembali aku ke dalam kamar, tante dan aku yakin ini akan baik-baik saja. Kudekati tante, kemudian dengan cepat tante berdiri dan menariku dalam dekapannya. Kepalanya menengadah ke arahku lidah kami kembali bersatu.