Wild Love Episode 12
Montoknya ibuku
Selesai kami berciuman Kuarahkan kepalaku ke susu Ibuku yang masih terbungkus Kaos longgarnya. Hanya sekedar menciuminya, sedikit aku tarik posisi Ibu kembali kedalam garasi tetapi masih di tengah-tengah pintu. Kucium kembali Ibu dan balasan dari Ibu lebih panas lagi.
“Dimaaaaaas, Dimaaaaas, Kang Mas buatkan minuman lagi ini sudah habis”
Teriak Ayahku yang mengagetkan kami berdua. Langsung dengan sigap aku dan Ibu melepaskan pelukan, aku kembali ke dalam garasi dan Ibu ke dapur. Tak lupa aku meremas susu Ibu dan pantat Ibu.
“Nakal ya”
Bisik Ibu.
“Iya kang mas, sebentar ini lagi nemani Arya”
Teriak pura-pura Ibu kemudian Ibu melangkah ke dapur.
Kulihat Ibu menoleh ke arahku dan melemparkan bibir monyongnya ke arahku dan pastinya aku membalasnya. Kubuka pintu garasi selanjutnya pintu gerbang rumah, segera aku menunggangi si REVI montok semok untuk pergi kuliah. Aku pun kemudian berteriak pamit kepada kedua Orang tua ku, terdengar balasan dari mereka berdua.
Kupacu Revi dengan sekuat tenaga bahkan motor merek AsPaNam (Astrea Delapan Enam) bisa aku salip dengan begitu mudahnya, para pengendara sepeda onthel dapat aku lalui dengan gampang, itulah kehebatan REVI the number one. Dengan gaya sepengalaman Mrs. Valentino Rossi dengan jiwa muda Marc Marquez ku lalui jalan-jalan pagi menuju Universitas tercinta dengan bayang-bayang tubuh wanita yang selalu melintas di pikiranku. Dan ditambah lagi pertanyaan yang menusuk jantung hatiku
“Ibu pakai kutang apa BH? Kelihatan menonjol sekali?”
Bathinku.
“hamppir saja nabrak mini Bis hufh gara-gara kutang dan BH ini”
Bathinku kembali.
Sesampai di Kampus
Sesampainya aku di tempat parkir kampus, kucelingukan biasanya Rahman sudah datang lebih dahulu di bandingkan dengan aku. Kulihat jam di telepon cerdasku menunjukan pukul 07.30 dan masih sangat lama untuk menuju jam kuliah di jam 10.00. Sambil nongkrong di tempat parkir dan membantu tukang parkir menata motor-motor yang parkir tidak benar kunyalakan Dunhill Mild isi 20 batang.
Melintaslah seorang wanita anggun nan seksi, dengan kulit putih dan dandanan selayaknya seorang wanita dewasa. Dengan rambut panjang yang terurai, tubuh yang di balut dengan kaos ketat warna putih di padukan dengan blazer warna krem dan bagian bawah mengenakan celana dengan sedikit Cutbray di hiasi sepatu warna hitam dibagian kakinya.
Cantik, seksi dan menggariahkan. Tiba-tiba wanita itu menoleh ke arahku dan tersenyum manis kepadaku. Bu Dian Rahmawati, Dosenku yang jutek sifatnya minta ampun tapi selalu cantik secara jasmani.
“Kakak, apa itu target kita selanjutnya? Kalau Iya aku mau kak, Please”
Ucap dedek arya dan ku jawab
“Gundulmu, bisa-bisa dihajar oleh massa universitas”
Perang batinku dengan batin dedek arya.
“Woi, kalau parkir yang benar”
“Tempat parkir kamu di Kuburan sebelah”
Teriakku, pengedara itu membuka helm yang dibelakangnya membonceng seorang perempuan cantik-LAH!
“Gundulmu Ar, lha emange aku wis modar isa-isane ning kuburan (Gundulmu Ar, memangnya aku sudah mati bisa-bisanya di kuburan)”
Teriak Rahman, yang kemudian memparkir motornya. Digandengnya perempuan itu, menuju kearahku yang sedang nongkrong di salah satu tempat teduh dekat dengan tempat parkir.
“Kemarin kenapa ente kagak berangkat?”
Ucap Rahman.
“Kecapekan, pusing kepala barbie”
Jawabku.
“Ya elah Ar Ar kecapekan ngapain? nyabun”
“Oh ya sarapan dulu”
Lanjutnya kepadaku.
“Gundulmu nyabun Kang kang, dilarang keras oleh UU persabunan”
“Aku temani tapi aku ngopi saja”
Jawabku sambil memandang mereka berdua.
“Gimana say, sarapan yuk”
Ucap rahman ke pacarnya itu.
“Iya”
Jawab pacar Rahman yang bernama Ajeng kusumawardani.