Misi Balas Dendam Episode 18
Memikirkan karir yang akan hancur
Kuputuskan hubungan telponku, aku segera duduk di kursi kemudiku. Ku benturkan kepalaku kestir beberapa kali. Bagaimanaa tidak aku bingung dua orang bodoh itu main pergi saja dari rumahku, berarti aku hanya akan tinggal dengan para wanita. Kenapa aku bilang para wanita karena mereka sekarang ada tiga orang. Hari ini karirku sebagai orang baik akan hancur di mata Tiaku.
Bagaimana tidak, tadi pagi aku malah bersetubuh dengan Hera, masalah itu belum selesai sebentar lagi aku akan membawa Nura pulang ini akan jadi konflik besar membayangkannya saja sudah mengerikan. Aku lebih baik bertarung dengan 50 orang laki-laki dari pada harus menghadapi masalah seperti ini.
Kemudian aku berpikir bagaimana agar Tia tidak marah saat aku membawa Nura kesana, otakku benar-benar buntu hari ini tak muncul ide apapun dari otakku.
“Aleex tenang tenang”
Ucapku menenangkan hati yang berkecamuk, keringat nerfes mulai mengucur.
Aku harus bisa mengendalikan semuannya anggap saja ini seperti sedang melakukan simulasi misiku. Tak terasa lebih dari satu jam aku duduk di kursi kemudiku ini memikirkan apa yang akan terjadi, lamunanku dibuyar karena suara wanita yang kukenal. Kulihat seseorang wanita sedang di ganggu oleh beberapa orang di basement toserba menuju ke arah mobilku, aku langsung keluar dari mobil.
“Cewek mau dibantuin sama abang tidak”
Ucap salah satu pria penggangu itu.
Nura tetap melaju dengan semua barang bawaannya yang cukup banyak. Salah satu dari penggangu itu sedikit lebih nekat dengan menarik tangan nura kuat hingga tubuhnya ikut berbalik ke arah penggangunya.
Laki-laki itu tak ada niat melepas
“Sombong kali wanita ini”
ucap pria yang memegang tangannya.
“Maaf bang, aku buru-buru”
Ucap nura singkat.
“Memang ditunggu siapa sih”
Ucap pria itu lagi.
“Ditunggu suamiku”
Jawab Nura sambil mencoba melepaskan tangannya yang dicengkram keras.
Tapi sepertinya laki-laki itu tak ada niat ingin melepas tangannya dari Nura, teman-teman pria penggangu mulai berdatangan mereka berjumlah 5 orang.
“Sudah, suaminya biar tunggu dulu kita senang-senang aja bentar”
Ucap pria bertubuh tinggi.
“Cantik juga ini cewek”
Ucap pria berkulit hitam mendekat.
Nura makin ketakutan ketika mereka mulai mengepungnya dari segala arah.
“Maaf bang bisa minggir sebentar”
Ucapku sambil menarik Nura mendekatiku.
“Jadi ini toh suaminya”
Teriak pria yang dari tadi hanya duduk dan menggunakan kacamatan hitam.
Ternyata pria yang duduk itu adalah salah satu dari 4 orang kepercayaan dari goldrich Company, dia bernama Horizon. Pria ini mengendalikan perusahaan konstruktor dan pertambangan milik goldrich Company. Pria yang melakukan banyak penculikan hingga pembunuhan musuh-musuh dari goldrich Company.
“Hmmm petinggi Goldrich Company ada disini”
Sapaku.
“Anak singa yang kehilangan induknya, pemilik dari As Company musuh utama kami”
Ucap Horizon santai mendekati kami.
Emosiku meningkat setelah hinaannya padaku, ingin aku membunuhnya sekarang, tapi ini area umum. Terlalu terbuka untuk membunuhnya langsung disini.
“Aku bukan anak singa aku terlahir sebagai beruang dan beruang tak butuh teman untuk membunuh”
Ucapku membalasnya.
“Berani juga kau anak ingusan, kau menantangku”
Ucap harizon.
“Apa kau tak takut mati dengan anak ingusan ini”
Ucapku menantangnya.
“Bangsat kau”
Teriaknya mencoba meninju wajahku tapi terhenti, ketika suara wanita menghentikan laju tinjunya.
“Hentikan Horizon”
Ucapnya.
“Maaf kan saya nyonya”
Ucap Horizon pada wanita itu.
“Jadi wanita ini yang membuatmu membuangku, aku makin muak denganmu”
Ucap Meliliana ,elangkah pergi memasuki mobilnya, diikuti dengan horizon dan anak buahnya.
“Lain kali kau tak akan seberuntung hari ini”
Teriak Horizon.
Kulihat Nura mengengam tanganku erat dan berdiri mendekat di punggungku, aku tahu dia pasti ketakutan sekali.
“Mereka sudah pergi”
Bisikku.
Kulihat Nura tetap memeluk erat tanganku, kuambil barang belanja Nura.
“Sekarang kita pulang”
Ucapku.
“Ya bos siapa mereka??”
Tanya Nura gugup sambil mengikuti ke mobil.
“Sudah jangan di pikirkan”
Ucapku.