Istri Nakal Yang Suka Tantangan Episode 43
Sambil mempersiapkan mental di mana aku harus memakai lingerie
Royal Win Indonesia Entertainment – Istri Nakal Yang Suka Tantangan Episode 43, Tak terasa kami sudah ada di pinggiran kota Jogja. Suamiku lantas bertanya pada yang lain, menu apa yang mereka inginkan. Hanya om Robert yang menjawab, untuk bebas memilih menu apa saja selama tempatnya masih buka. Tapi menyarankan untuk ke resto fast food saja yang jelas kualitas makanannya. Sementara om David dan om Ivan nampak acuh karena masih fokus “mengerjai” tubuhku.
Suamiku kini membelokkan ke mobilnya ke sebuah resto fastfood di dekat Malioboro yang memang buka 24 jam. Kami sampai di sana sudah sekitar jam 3 pagi lebih. Kurapikan lingerie ku yang pastinya sudah kucel karena tubuhku yang terus bergerak di rangsang oleh para pejantan tua itu. Aku turun dari mobil terakhir, sambil mempersiapkan mental di mana aku harus memakai lingerie di tempat umum seperti ini. Yang pastinya mengundang perhatian mata para pria, dan juga wanita yang pasti mencibir penampilanku.
Untungnya hanya terlihat seorang pemuda yang kutaksir masih seumuran mahasiswa semester awal, sendirian sambil menikmati sebatang rokok dan kopi yang ada di meja. Kami memasuki resto itu dengan aku yang di persilakan untuk berada di paling depan. Nampak sekali sorot mata cowok yang ada di depan itu sebenarnya ingin sekali terus menguntit gerak gerikku, tapi agak risih karena ada 4 pria yang mengawalku. Begitu juga dengan pramusaji yang ada di sana. Mereka nampak kikuk ketika aku sudah sampai di meja pemesanan.
Sengaja kugoda pramusaji yang menunggu kami memesan, sikuku bertumpu di meja agar kedua payudaraku lebih menyembul ke atas. Makin kikuk lah dia melihatku seperti ini. Apalagi melihat om Robert dengan nakalnya malah mengelus pantatku sampai bagian bawah lingerieku agak tertarik ke atas. Pastinya belahan pantatku bisa terlihat oleh cowo yang sedang merokok tadi. Tapi aku tak ingin membuatnya malu jika memang dia sedang memandangiku.
Om Robert memilih tempat yang pojok
Kami akhirnya memesan paket untuk 6 orang yang tersedia agar kami bisa segera menyantap makanan. Karena tenaga sudah cukup terkuras untuk memacu gairah kami selama di resort tadi. Selesai memesan, kami lantas mencari tempat duduk. Sengaja om Robert memilih tempat yang pojok, tidak terlihat dari area kasir, namun sangat terlihat oleh cowo yang ada di luar.
Om Robert dan suamiku yang tadi di mobil hanya bisa menghayati eranganku kini gantian mengapitku. Sementara om David dan om Ivan ada di depan kami. Ketika pesanan kami sudah lengkap terhidang di meja, om Robert mempersilakan om David dan om Ivan untuk segera menikmatinya, sementara om Robert berkelakar ingin menikmati “dada dan paha” yang lain. Yang itu tentunya adalah milikku.
Om Robert sedikit membaca situasi, pramusaji sudah kembali ke tempatnya. Artinya dia sudah “aman” untuk mengerjaiku. Di pelorotkannya bagian depan lingerieku dan berusaha mengeluarkan kedua payudaraku. Sambil di liriknya cowo yang ada di luar, yang jelas sekali bisa melihat ke dalam sini. Rasanya om Robert ingin memancing cowo tadi dengan menunjukkan kedua susuku di remas-remas olehnya. Sementara ketika susuku sudah keluar dari lingerieku, suamiku ikut mengerjaiku. Jadi sekarang om Robert meremasi susu kananku, dan susu kiri di remasi suamiku.
Rasanya pancingan om Robert berhasil, cowo itu melirik ke arah kami, dan terperangah melihat keadaanku sekarang. Agar suasana menjadi lebih cair, kucoba untuk mengerling nakal padanya, memberinya sinyal untuk terus saja melihat pemandangan ini, tanpa harus malu dengan para pria di sekitarku. Kugigiti bibir bawahku sambil terus menatap padanya. Sesekali tanganku meremasi kedua pria yang sedang menjamah susuku.
Di tuangkannya saos sambal di atas kedua payudaraku
Om David dan om Ivan masih dengan lahapnya menyantap makanan mereka. Sambil menikmati tontonan yang ada di hadapan mereka. Om Robert nampak puas dengan apa yang sudah di lakukannya dengan memamerkan kedua payudaraku ke cowo itu. Di ajaknya suamiku untuk ikut menyantap makanan, namun dengan “cara lain”.
Posisiku di buat bersandar, sehingga kedua payudaraku membentuk bidang yang rata. Di tuangkannya saos sambal di atas kedua payudaraku, dan dia pun mulai menyantap makanannya dengan sebelumnya mengoleskan ke sambal yang ada di payudaraku. Begitupun juga suamiku.
Aku bersandar dengan santainya karena om Robert dan suamiku bergantian menyuapi aku. Tugasku hanya memastikan sambalnya tidak meleleh ke bawah sehingga mengotori lingerieku. Dengan sesekali saat mengoleskan ayamnya ke sambal, di liriknya cowo yang ada di luar, berasa pamer punya piring sambal yang istimewa.
Sekitar 45 menit kami di situ, menunggu dan kemudian menghabiskan makanan pesanan kami. Tampak mereka juga sudah selesai dengan ritual khas para perokok, yaitu merokok setelah makan. Setelah di rasa cukup, suamiku mengajak kami untuk cabut dari situ. Si cowo yang ada di luar pun juga masih belum beranjak dari tempatnya.
Tepat saat kami keluar dan melewati cowo itu, om Robert pun dengan beraninya nyeletuk.
“bagus enggak mas ?”
Tanyanya pada cowo itu.
Tanpa berkata-kata, cowo itu dengan tatapan yang tegas mengacungkan kedua jempolnya ke arah kami. Yang menandakan dia menyukai tontonan yang tersaji saat kami makan tadi. Saking girangnya mendapatkan respon dari cowo tadi, om Robert menampar pantatku dengan keras.
“Aaaaaaaaaih… ”
Jeritku merasakan panasnya ditampar om Robert di pantatku.
Suamiku meminta om David menepikan mobil
Kami pun berlalu dan kemudian memasuki mobil. Suamiku mengajak om Robert untuk bertukar posisi dengan om Ivan dan om David. Sehingga kini om David yang pegang kemudi, om Ivan di sampingnya. Sementara om Robert dan suamiku mengapitku di baris kedua. Agaknya suamiku “tidak terima” jika hanya menjadi penonton saja seperti tadi.
Mungkin tak perlu di jelaskan detail perjalanan kami kembali ke resort karena pastinya kalian bisa memprediksi, bahwa om Robert dan suamiku melakukan hal yang sama seperti yang om David dan om Ivan lakukan tadi.
Hanya saja ada sedikit perbedaan. Beberapa kilometer sebelum sampai di resort Casino De Granny, saat kami melalui jalan yang disekitarnya hanya hamparan sawah, suamiku meminta om David menepikan mobil.
Beragam pose sesuai arahan om Robert kulakukan
Di bisikkan padaku tentang rencananya untuk memfotoku di pinggir jalan. Kusampaikan pula rencana itu pada om Robert. Sementara itu om David dan om Ivan hanya bengong ketika melihat kami bertiga turun. Karena jalanan yang memang sepi, hanya sesekali saja truk bermuatan sayur lewat, aku berpose di tengah jalan. Beragam pose sesuai arahan om Robert kulakukan, baik dengan ataupun tanpa lingerie. Ya benar, aku telanjang bulat saat di foto om Robert di tengah jalan. Meskipun hanya dengan HP milik om Robert, tapi hasilnya tak mengecewakan. Karena HP nya memang mahal, maka pastinya kualitas gambarnya juga bagus.
Entah sudah berapa puluh jepretan aku berpose, di situ ada mungkin sekitar setengah jam untuk mengambil foto erotisku. Setelah di rasa cukup, suamiku mengajak untuk kembali ke mobil. Om David dan om Ivan yang hanya jadi penonton nampak ikut puas melihat pose-pose nakalku.
Kami sampai di resort sudah hampir jam 6 pagi. Turun dari mobil, kami bersamaan menuju ke kamar. Saat aku ingin memasuki kamar yang suamiku pesan, suamiku malah mencegahku dan menyuruhku untuk tidur di kamar para pria tua itu. Dan gilanya lagi, aku di minta melepaskan lingerieku, dan telanjang bulat ke kamar satunya.
Menggodaku dari balik jendela
Demi menuruti keinginan suamiku, akhirnya aku lari ke kamar satunya sambil menutupi area intimku dengan kedua tangan. Kuketuk dengan tergesa-gesa kamar itu karena saat kucoba membuka pintu, ternyata di kunci dari dalam. Apesnya bagiku, om Ivan yang melihatku ingin masuk ke kamar dengan telanjang, bukannya segera membukakan pintu, malah menggodaku dari balik jendela.
Tentu saja aku tambah panik karena hari sudah terbilang terang, sementara pegawai hotel nampak terlihat sedang menyapu di kejauhan. Pintu baru di buka saat terlihat ada seorang pegawai hotel yang berjalan menuju ke arah kamar ini.
Dengan nafas yang memburu, aku bersandar di pintu saat om Ivan sudah membukakan pintu dan aku berhasil masuk. Melihatku telanjang, para pria itu pun segera melolosi celana mereka. Om Ivan menarikku ke atas kasur, mengapitku bersama om Robert. Sementara om David di suruh menunggu giliran. Keduanya kompak memilin-milin kedua putingku yang membuat gejolak birahiku naik kembali. Lagi-lagi aku di serang dari 2 arah yang membuat aku tak kuasa harus tenggelam dalam kenikmatan luar biasa.
Melihat om Robert dan om Ivan menikmati tubuhku, om David enggan menjadi penonton, melihat memekku yang terekspos bebas, dengan segera dia naik ke ranjang dan langsung melahap memekku dengan mulutnya. Diciuminya belahan vaginaku dikombinasikan dengan jilatan-jilatan serta gigitan kecil di klitorisku membuat aku tambah di mabuk kenikmatan.
Nafsu yang mereka tahan sejak berangkat sampai pulang sepertinya bakal di tuntaskan segera, tak berapa lama, om Ivan menarikku bangkit, memposisikanku di atas tubuhnya. Kusambut dengan genggaman batang kontolnya di tanganku dan kuarahkan agar masuk ke vaginaku. Dengan sekali hentakan saja, amblaslah batang itu.
Suamiku merelakan istrinya untuk merengkuh kenikmatan bersama pria lain
Tenaga yang baru saja di isi kembali, membuat mereka makin beringas. Apalagi ketika tahu bahwa suamiku merelakan istrinya untuk merengkuh kenikmatan bersama pria lain. Sementara itu om Robert dengan tergesa-gesa juga menempatkan batang kontolnya di depan liang anusku. Begitu juga om David yang kini berdiri mengangkangi om Ivan dan batang kontolnya mengacung tegak di depan wajahku.
“Ga nyangka, suaminya malah mempersilakan kita biar istrinya kita garap ya.”
Cetus om Ivan sambil menikmati gerakan tubuhku yang maju mundur memberikan kenikmatan di batang kontolnya.
“Iya nih, jadi makin siap buat produksi sperma untuk kamu.”
Timpal om Robert.
“Uuuuugghh… iya om, nikmati aja semuanya. Aku juga bakal kasih puas buat kalian.”
Kataku sambil terus bergerak mereguk kenikmatan.
Beberapa menit mereka berganti posisi untuk bisa mendapatkan kenikmatan dari setiap lubangku. Nafsu yang membuncah tak membuatku berpikir jijik ketika batang kontol yang sudah masuk ke anusku harus berpindah ke mulut.
Sampai pada titik di mana aku merasakan kontol mereka siap untuk memuntahkan laharnya, aku berkata pada mereka untuk stop. Kubuat mereka berjejer rapi telentang. Dan kemudian dengan tempo maksimal kugoyang mereka.
“Aaaaaarrrggghhh… suka banget om. Nodain istri lonte ini.”
Racauku.
Masing-masing orang hanya sanggup bertahan 2 – 3 menit saja saat kugoyang. Om Robert sudah menyemburkan 5 semprotan spermanya, sementara om David kurasa sampai 7 semprotan menghangat di lubang vaginaku. Sampai giliran terakhir, om Ivan kugoyang dengan lebih kasar karena aku juga ingin merasakan orgasme. Saat aku merasa sudah di ambang orgasme, kuhentak-hentakkan tubuhku maju mundur sampai bunyi kecipak liang vagina yang bertumbuk dengan pangkal paha om Ivan menggema di seluruh ruangan.
“Adduuuuuuh, om. Enaaaaaaaaakkkk…”
Tubuhku mengejang kuat, melenting ke belakang sampai beberapa menit. Kurasakan juga semprotan kuat sperma om Ivan menyembur di liang vaginaku.
Aku ambruk tertelungkup di atas tubuh om Ivan dengan dengusan nafas yang bertempo cepat. Pagi itu, aku berbaring di tengah om David dan om Ivan, sementara om Robert di ujung paling tepi. Indah sekali rasanya persenggamaan pagi itu. Ledakan orgasmeku menambah lemas tubuhku, sampai aku dengan pulasnya tertidur segera. Di peluk oleh om David dan om Ivan yang ada di sampingku.
“terima kasih suamiku…”