Istri Nakal Yang Suka Tantangan Episode 36
Memakai Handuk Kimono
Kunyalakan shower, dan kemudian kugosok seluruh badannya. Tak lupa memberikan pijatan dan remasan hangat di bagian kontol dan bijinya. Sekaligus juga di selingi belaian di lubang anusnya. Aku yakin semua pria suka dengan perlakuan seperti ini. Aku sengaja tak memberikan kesempatan padanya untuk “muncrat” lagi. Kupikir mending di simpan dulu untuk momen dan tempat yang lebih nyaman. Kukeramasi dan kusabuni tubuhnya. Selesai mandi, aku pun memakaikan kimono handuk padanya, begitu juga aku memakai kimono handukku. Kami bersamaan keluar dari kamar mandi.
Kulihat sudah hampir jam 6 sore, dan langit mulai gelap. Tapi sepertinya om David dan om Robert belum kembali dari kolam renang.
“Aku bobo lagi ya om.”
Kataku pada om Ivan.
“Iya, nanti dibangunin kalo makan malem ya.”
Jawabnya.
Kukecup pipinya, lalu kemudian aku menuju ranjang. Kulepas kimono handukku, dan kemudian beringsut di bawah selimut. Nampaknya aku sedikit lelah, tak lama berbaring aku sudah langsung tertidur pulas. Aku terbangun ketika merasakan geli di puting payudaraku. Saat kubuka mata, ternyata om David dan om Robert berada di samping kanan kiriku, sedang mengenyot kedua payudaraku. Selimutku sudah tak lagi menutupi tubuhku. Mereka hanya nyengir saat melihatku sudah bangun.
“Makan dulu yuk. Pake baju.”
Ajak om Robert.
Tampak om Ivan tersenyum senang melihatku dibangunkan dengan cara seperti itu. Om David dan om Robert bangkit dari ranjang dan kemudian keluar kamar. Om Ivan memberi tahu kalo kita akan makan diluar. Di sebuah resto di Salatiga. “Pake ini ya.” Katanya sambil menyodorkan sebuah lingerie hitam yang ukurannya cukup mini nan seksi. Hanya dihiasi sebuah pita kecil berwarna pink, tepat di tengah belahan dada saat dipakai. Segera kupakai lingerie itu, dan kemudian kulapisi dengan gamis yang kubawa. Tak lupa sedikit make up agar terlihat menarik, siapa tahu ada pejantan baru yang tertarik. Hihihi…
Mengajakku langsung ke mobil
Saat aku keluar kamar, hanya ada Handi, om Ivan, om Robert dan om David. Tak kulihat keberadaan perempuan bernama Citra itu. Saat aku keluar kamar, mereka langsung bangkit dan mengajakku langsung menuju mobil. Om David menyetir, di dampingi Handi di barisan depan. Sementara aku duduk di barisan tengah bersama om Robert dan om Ivan.
Perjalanan ke Salatiga dari sini terbilang dekat, paling tidak sampai 30 menit. Itu menurutku ketika merasakan cara menyetir om David yang begitu gesit memacu mobil om Ivan. Mungkin acara makan malam tak kuceritakan detail ya, tidak ada yang menarik, apalagi erotis. Jadi cerita akan aku lanjutkan mulai saat kami kembali ke hotel. Kami menuju hotel sudah pukul 1 malam, karena setelah makan, kami sempat berkeliling kota terlebih dahulu.
Menyusuri jalan lingkar, terbilang sudah sangat sepi. Kendaraan yang berbarengan dengan kami bisa dihitung dengan jari. Om Robert langsung menyingkap gamisku, berusaha melepasnya dari tubuhku. Aku pun mengangkat pantat dan mengangkat tangan untuk memudahkan om Robert melolosi gamisku. Tak lupa dia juga melepas hijabku.
Aku yang merasa di apit
Kini aku sedang diapit pria tua hanya dengan di tutupi sebuah lingerie mini yang transparan. Bagian bawah jika aku duduk seperti ini saja, om Robert dan om Ivan bisa melihat jelas gundukan berjembut milikku. Om Robert dan Om Ivan serempak meraih payudaraku dan mengeluarkannya dari lingerie, dan tentu saja langsung mencaplok dengan mulut mereka untuk di hisap dan dikenyot.
Aku hanya terdongak keenakan menikmati perlakuan mereka. Sempat kulihat om David melirik dari kaca spion tengah. Aku yakin gairahnya bangkit melihat live show seperti ini. Om David ditempatkan sebagai pengemudi mungkin sebagai hukuman karena sedikit mengacaukan rencana mereka. Hanya Handi yang tampaknya tak berani mengintip ke belakang, meskipun harusnya mendengar desahanku.
Padahal kalaupun dia menoleh ke belakang om Ivan tak mungkin marah, kalah dengan nafsunya yang sudah di ubun-ubun. Tapi rasa hormatnya pada om Ivan mengalahkan rasa penasaran akan apa yang terjadi di belakang. Kedua kakiku sudah diangkat dan ditempatkan diatas kaki mereka berdua. Jadi sekarang posisiku mengangkang dengan kepala yang terdongak, sementara tanganku kanan kiri berpegangan pada bahu om Robert dan om Ivan.
Mereka tidak berhenti menyerangku
Kedua payudaraku sudah keluar dari lingerie dan bagian bawah sudah tersingkap, mengekspos gundukan vaginaku dengan jembut rindang yang menyejukkan. Hihihi… Mereka berdua tak henti-hentinya mengenyot dan menghisap kedua payudaraku, sampai-sampai seluruh payudaraku basah oleh liur mereka. Tangan-tangan mereka juga bergantian menggosok klitorisku.
Aku sangat terbuai dengan aksi mereka, tak peduli kalau mungkin ada orang dari luar yang melihat. Toh kaca mobil om Ivan terlihat gelap dari luar. Sayangnya setiap kali aku akan mencapai orgasme, mereka selalu saja berhasil menghentikan gesekannya tepat sebelum aku merasakan klimaks. Pangkal pahaku sampai basah oleh cairan cinta yang terus mengalir.
Di tengah perjalanan, om Robert meminta berhenti. Mobil lantas menepi di area yang cukup sepi. Dia turun setelah sebelumnya sempat mengambil kamera di tasnya.
“Foto dulu yuk.”
Kata om Robert kepadaku.
Aku segera menyusulnya. Tapi om David, Handi dan om Ivan tetap berada di dalam mobil. Jalanan terbilang sepi. Om Robert lantas memberikan pengarahan kepadaku. Bagaimana aku harus berpose. Setelah paham, aku langsung mengambil posisi. Walaupun sudah cukup sepi, namun ketika ada 1 – 2 kendaraan yang lewat, aku sembunyi di balik mobil. Dan ketika dirasa sudah tidak ada kendaraan lewat, aku kembali mengambil posisi untuk berpose.