Istri Nakal Yang Suka Tantangan Episode 36
Di gosoknya dengan hati-hati
Kubiarkan saja dia dengan tingkahnya. Pelan-pelan saja pikirku. Aku memang penasaran dengan Handi, tapi toh aku juga nanti bisa mendapatkan kenikmatan dari para pria matang itu. Dia mulai menyalakan shower agar tubuhku basah seluruhnya oleh air. Dengan hati-hati di gosoknya tubuhku, namun bagian intim dan payudaraku di lewati olehnya.
“Han, semuanya dong, nanti ga bersih mandinya.”
Protesku.
Perlahan tangannya merayap di atas payudaraku. Kugenggam tangannya, dan kemudian membimbingnya untuk meremas payudaraku.
“Yang kuat gapapa Han, biar bersih.”
Kutarik juga tangan kirinya dan kutempatkan di area intimku.
Jadi praktis kini Handi seperti memelukku dari belakang. Tampaknya perbuatanku tadi sedikit meningkatkan nyali Handi, berasa memberikan kode bahwa aku siap di jamahnya.
Perlahan Handi mulai terbiasa untuk menyentuh tubuhku semua tanpa terkecuali. Di gosoknya kedua payudaraku, dan menggesek tangannya di belahan vaginaku. Aku melenguh merasakan belaian Handi, bersandar kepadanya.
Sekali lagi, tak ada niat Handi untuk curi-curi kesempatan, setelah di rasa badanku sudah basah seluruhnya oleh air, diambilnya shampoo untuk keramas aku, dan kemudian lanjut menyabuni seluruh tubuhku. Saat menyabuni area payudara dan vaginaku, terasa belaiannya begitu lembut. Setelah selesai, dipakaikannya kimono handuk ke tubuhku.
“Sudah mba.”
Kata Handi sambil tertunduk.
“Makasih ya Han.”
Ucapku sambil mencium pipinya.
Aku pun keluar kamar mandi meninggalkannya sendirian. Lalu aku lantas menghampiri om Ivan yang masih di sofa dan mengambil tempat di sampingnya.
“Uuuuh, ratuku udah mandi.”
Puji om Ivan padaku.
Aku yang tersanjung
Wanita ketika merasa tersanjung, maka sifat manjanya pun keluar. Aku bersender di dada om Ivan dengan tangan kanan kuletakkan tepat diatas kontolnya. Om Ivan membalas dengan memelukku lebih erat. Kulihat Handi keluar kamar mandi sudah berpakaian, namun menenteng boxernya yang basah.
“Loh, kenapa Han ?”
Belum sempat Handi menjawab, sudah kujawab pertanyaan om Ivan.
“Handi boxernya basah om, tadi udah di bilangin lepas semua aja biar ga basah, tapi katanya pake boxer aja.”
Ujarku.
“Handi, Handi… udah dibilangin dilepas kok ya malah dipake.”
Kata om Ivan sambil geleng-geleng.
Handi yang malu dan takut ngeloyor ke kamar sebelah tanpa berkata apapun.
“Hai semuanya….”
Sapa om Robert saat masuk ke kamar.
Ternyata om Robert sudah sampai, di belakangnya ada om David.
“Ooooii, masuk sini.”
Sambut om Ivan.
Om Robert dan om David pun masuk ke kamar dan bersalaman dengan kami. Lantas mengambil duduk di tempat yang kosong.
“Gimana perjalanan ?”
Tanya om Ivan.
Mendapatkan pertanyaan seperti itu om Robert langsung nyerocos menceritakan keluh kesah betapa macetnya jalanan Semarang menuju kesini. Om Ivan yang mendengarnya pun hanya geleng-geleng kepala.
“Udah ngerti jam pulang kantor.”
Ledeknya.
“Si David nih, pake acara molor segala.”
Kata om Robert mencari kambing hitam.
“Ya gimana, urusan duit nih bro. Kalian sih enak semuanya bisa jalan otomatis.”
Jawab Om David menjawab protes om Robert.
“Duit jangan terlalu dihemat, kalo bisa dihandle orang lain ya kasih ke orang lain, ngirit amat.”
Timpal om Ivan.
Aku ceritakan tentang om David ini ya. Umurnya kurang lebih sama dengan om Ivan, namun perawakannya tak segagah dan sebagus om Ivan. Tapi ga buncit juga sih, cuma mungkin badannya tidak setinggi om Ivan. Makanya terlihat biasa aja.
Seorang Pengusaha
Di lihat dari wajahnya, om David ini terkesan seperti orang Jawa asli, tapi sebetulnya keturunan Tionghoa. Istrinya seorang pengusaha tas mewah yang jarang di rumah, sementara kedua anaknya juga sudah memiliki rumah masing-masing setelah berumah tangga.
Om David sendiri seorang pengusaha dengan beberapa macam bisnis, namun yang terbesar adalah bisnis pariwisatanya. Dia memiliki beberapa objek wisata di seluruh Indonesia. Namun bisnis yang katanya masih membuat repot dirinya adalah bisnis berliannya. Wajar sih bila dia merasa sayang kalo di serahkan pada orang lain, takutnya nanti di bawa lari. Kalo ga di bawa lari berliannya, ya duit setorannya yang di bawa kabur.
“Mulai jam berapa nih ?”
Tanya om David.
“Mulai besok aja lah bego, udah mau gelap juga.”
Ledek om Ivan.
“Ya udah deh, maap yak.”
Jawab om David yang sepertinya merasa ga enak dengan om Ivan serta om Robert.
“Nanti malem aja survey tempatnya dulu, jadi besok udah dapet rencana konsepnya.”
Ujar om Robert.
“Emang ga gelap ?”
Tanya om Ivan.
“Tanggal segini harusnya dapet penerangan dari Bulan.”
Kata om Robert.
Om Ivan dan om David pun mengangguk-angguk bersamaan.
“Berenang dulu aja kali yak, gerah nih abis macet-macetan.”
Kata om Robert sembari bangkit dan menuju kamar sebelah.
“Vid, pinjem Citra ya…”
Teriak om Robert pada om David.
“Bawa deh…”
Jawab om David juga sambil teriak.
Heeeh, aku bingung mendengar nama Citra. Kupikir yang datang tadi hanya om Robert dan om David, lalu siapa Citra ? Aku tak menanyakan langsung pada om David, karena dia juga langsung bangkit dan menyusul om Robert.
“Ga mandi om ?”
Tanyaku pada om Ivan.
“Mandiin ya ?”
Pintanya sambil nyengir.
Aku langsung menariknya ke kamar mandi. Kulepaskan celananya sampai telanjang bulat, kini aku dapat melihat dengan jelas batang kejantanannya yang meskipun sedang terkulai, tak bisa menyembunyikan dimensinya yang memang istimewa. Kulepaskan kimono handukku secara perlahan untuk menampilkan sedikit erotisme padanya.