Istri Nakal Yang Suka Tantangan Episode 31
POV SUAMI
Bagiku, Erik tak ubahnya seperti saudara sendiri. Dia selalu ada di saat yang kubutuhkan. Itulah kenapa aku seperti tersambar petir ketika mendengar kepergiannya. Aku tak menunggu waktu lama untuk segera mengajak istriku menuju Semarang. Sayangnya aku tak sempat melihat wajahnya untuk terakhir kali karena Erik sudah langsung di makamkan. Sesampai di rumah Erik aku lihat hanya beberapa orang tetangga yang masih terlihat sibuk membereskan tenda, meja dan kursi. Aku yang sudah berdiri di depan pintu hanya bisa terdiam melihat Vita masih menangis sesenggukan meratapi kepergian Erik. Kuketuk pelan pintu rumah itu, sehingga membuat Vita menoleh.
“Permisi Vit.”
Kataku sambil melepas sepatuku dan melangkah masuk ke rumah.
Kupandangi wajah Vita yang sendu sambil menyalami tangannya.
“Maafin segala kesalahan suamiku semasa hidupnya ya mas.”
Kata Vita terisak.
“Aku yang minta maaf, tidak bisa membalas kebaikan suamimu. Dia selalu ada saat aku butuh bantuannya. Tapi aku malah tidak sempat melepas kepergiannya dengan benar.”
Kataku.
Sesaat suasana hening di antara kami. Aku baru menyadari jika ternyata para tetangga sudah pulang kembali ke rumah masing-masing setelah selesai beberes. Tenda sudah tidak terpasang, meja dan kursi pun sudah tidak nampak. Vita dan Erik memang tidak ada keluarga yang dekat dari rumahnya. Untungnya tetangga mau ikut membantu. Kebanyakan mereka ada di luar Jawa sehingga tidak memungkinkan untuk datang tepat waktu. Mungkin besok mereka baru sampai.
Pemakaman yang sudah hampir selesai
Kini hanya tinggal aku dan Vita di rumah ini. Kemudian aku ceritakan ke dia kalau saat ini istriku menunggu di salah satu hotel. Vita berinisiatif untuk mengundang istriku ke rumahnya. Namun aku tolak. Aku tawarkan ke dia agar ikut ke hotel saja sementara. Toh semua urusan pemakaman juga sudah selesai. Besok pagi tinggal kembali ke rumah kalau saudara mereka sudah datang.
Vita pun setuju. Akhirnya setelah 20 menit menunggu Vita berkemas, kami pun langsung menuju hotel menggunakan jasa taxi online. Sepanjang perjalanan kulihat pandangan Vita selalu menerawang kosong. Aku tak berani menanyakan secara langsung, pastinya dia masih terpukul dengan kepergian suaminya. Jam 9 malam lebih sedikit, aku sudah sampai di depan kamar hotel.
Kuketuk kamar 2 kali, dan akhirnya istriku pun kulihat mengintip dari balik kamar. Aku tanpa babibu langsung nyelonong masuk ke kamar, dan terperanjat melihat istriku yang ternyata telanjang bersembunyi di balik pintu. Aku yang teringat adanya Vita di belakangku pun tak sempat mencegah Vita untuk masuk. Yang tentunya membuat Vita ikut terkejut melihat istriku telanjang.
“Kyaaaaaaaaa…”
Keduanya sama-sama teriak melihat kondisi itu.
Istriku langsung menyilangkan tangannya ke dada dan berbalik.
“Kok ga bilang-bilang sih kalo ga pake baju, malu tau.”
Omelku pada istriku.
“Ga tahu juga kalo Vita ikut kesini.”
Katanya.
Mengobrol bersama
Untung saja Vita tak terlalu menganggap serius ketelanjangan istriku. Dia setelah mengunci pintu langsung menuju ke sofa di kamar hotel. Dan mendaratkan pantatnya ke sofa empuk itu. Istriku yang keheranan melihat ekspresi lanjutan Vita pun malah membuatnya tidak risih untuk telanjang dan mengambil tempat di sofa itu.
Kami yang berkumpul di kamar hotel itupun akhirnya mulai ngobrol ngalor ngidul, membahas tentang bisnis, kenangan dan bermacam topik lainnya. Kadang dalam kondisi serius, namun tak jarang pula diselingi joke untuk membangun canda tawa. Ya, obrolan kami bukan hanya sebatas teman, namun juga seperti keluarga. Tak ayal membuat kami malam itu sampai lupa waktu. Waktu yang menunjukkan sudah jam 11 malam membuat kami merasa harus mengakhiri obrolan malam ini.
Vita kemudian beranjak dari tempat duduknya mengambil tas makeup nya dan 2 potong pakaian atas bawah lalu berjalan ke kamar mandi. Aku dan istriku lantas mengambil tempat di salah satu ranjang yang tersedia. Sambil menunggu Vita keluar dari kamar mandi, kusempatkan untuk bercumbu dengannya. Saat Vita keluar dari kamar mandi, aku pun berpesan kepadanya untuk menaruh tasnya di lemari dan mengambil posisi di ranjang lainnya. Vita pun langsung melaksanakan instruksi dariku. Setelah itu kumatikan semua lampu kamar dan kemudian beringsut di dalam selimut bersama istriku. Kulirik Vita masih saja dengan tatapan kosongnya namun sudah merebahkan diri di ranjang.