Wild Love Episode 73B
Wild Love (Episode 73B)
Royal Win Indonesia Entertainment – Wild Love Episode 73B, malam semakin larut, setelah semua percakapan kami berakhir kami memutuskan pulang. Anton, mengatakan kepada kami, akan memberi kabar yang lain. Karena secara diplomatis dan penjelasan paling bagus hanya anton. Anton kemudian menyuruh wongso untuk mengantarku pulang tapi sebelumnya.
“aku harus memberitahu keluargaku mengenai ini semua, karena keluargaku merencanakan liburan. Aku harus segera menyuruh mereka berangkat”
ucapku.
“ya benar juga katamu ar, tapi tenang ar. Selama ini IN juga melindungi keluargamu jadi kamu tidak perlu khawatir berlebihan”
ucap anton.
“iya bener tuh kata anton, yang penting acara kita jangan sampai diganggu oleh anak buahmu nton”
ucap dewo.
“bener tuh, ntar ndak dapat jatah kan biasanya dira yang ada didepan hi hi hi”
ucap dira.
“kontol saja pikiranmu dir”
ucap wongso.
“sudah tenang saja, mereka hanya akan memback-up kita ketika kita butuh bantuan. Sampai sejauh ini aku masih memegang janjiku untuk tidak mengikutkan mereka. sudah lama bukan kita tidak pernah bersama, tapi jujur saja sebenarnya ini semua jauh dari permainan masa kecil kita. Ini seharusnya bukan kita yang menangani tapi mau bagaimana lagi, aku bagian dari koplak dan aku tahu bagaimana egoisnya, keras kepalanya koplak dan itulah yang aku suka”
ucap anton.
Kami pun tersenyum, kemudian tertawa seakan teringat pertama kali kami bertemu. Pertama kali kami berkumpul, dan pertama kali kami berkelahi. Semuanya akhirnya bubar jalan, aku meminta ijin terlebih dahulu ke asmi ‘istri’ wongso agar mengijinkan wongso mengantarku di tengah malam ini. akhirnya di perbolehkan, dan kami melanjutkan perjalanan.
“untung Ar, tadi kamu mintain ijin. Bisa-bisa aku ndak dapat jatah dari asmi nanti…”
ucap wongso yang memboncengkan aku.
“iya bro, aku juga sudah ngrasain bagaimana punya cewek. Oh ya aku tak telp ibuku dulu yo, pelan-pelan saja”
ucapku.
“seeeepz!”
ucap wongso, sambil aku membonceng aku menelepon ibu.
Halo sayang, kok belum tidur
Arya mau ke tempat ibu sekarang, ibu dimana? Ada yang penting
penting apa? Ibu dirumah kakek ini juga semua masih begadang, ngobrol belum pada tidur
Siapa saja?
semuanya, adik kakek juga disini, tante asih dan semuanya…
arya kesitu, tunggu arya…
lho ada apa sayang?
Sudah nanti saja bu, dah ya bu
iya iya
tuuut
Setelah telepon aku tutup, wongso langsun menarik gas yang ada di tangannya. Motor melaju lebih kencang, kuperhatikan jam pada sematponku menunjukan pukul 00:30 pagi. Tubuhku sebenarnya sudah merasa lelah, aku juga yakin wongso mengalami hal yang sama. Dari mata wongso juga sangat terlihat kalau dia sangat kelelahan.
“Wong, maaf ya merepotkan. Ngantukkan kamu?”
ucapku.
“Ha ha ha ha… matamu! Sudah tahu aku ngantuk, masih ditanya tapi ya mbok jangan kaya gitu to suuuuu su!”
teriaknya sambil tertawa.
Kami tertawa terbahak-bahak selama perjalanan melewati malam ini. malam yang dingin penuh dengan kengerian dalam hatiku, sekilas bayangan dian melintas dalam benakku. Ingin rasanya aku memelukknya malam ini dan mencium aroma rambutnya. Tanpa terasa perjalanan telah usai, aku dan wongso masuk ke dalam rumah kakek yang di sambut dengan ibu. ibu tersenyum pada kami berdua dan mempersilahkan kami masuk. Satu persatu aku dan wongso salim ke keluarga besarku ini, tak terlihat adik-adikku karena mungkin sudah pada tidur.
“Kakek..”
ucapku kepada kakek.
“sudah lama kakek ndak ketemu kamu, baik-baikah?”
balasnya.
“baik kek”
ucapku.
“nek…”
ucapku dan langsung dipeluk dan dicium pipi kiri dan kananku oleh nenek.
“ciyeee jomblo sekarang pacarnya cowok ya?”
ucap tante ratna.
“lho bu? Pemain sinteron kok disini?”
ucapku ketika salim dengan tante ratna.
“awas kami mblo ugh”
ucapnya.
“auch! Sakit tan, kejam banget sama cowok ganteng kaya aku”
ucapku sambil mencium tangan tante ratna dan suaminya.
“lha pacarnya mana? Kok malah cowok yang diajak jangan-jangan kamu?”
tanya bu dhe ika.
“apaan sih budhe itu huh!”
ucapku ketika mencium tangannya. Ketika di pakdhe andi aku langsung dipeluknya erat.
Setelah salim dengan semua anggota keluarga dan juga adik kakekku dan keluarganya.
Kleeek….
“Lho sama wongso ya ar?”
ucap tante asih yang keluar dari kamar.
“Wadiyah…”
ucap wongso yang langsung melompat ke arahku, dan aku tangkap tubuhnya.
“apa wong?”
ucap tante asih.
“eh ndak tan… endak… arya yang ngajak, saya ndak ikut-ikutan pokoknya kalau suruh nyapu halaman rumah satu komplek, arya saja, aku ndak ikut-ikutan tan”
ucap wongso.
“ndak satu komplek tenang saja wong, Cuma satu kota saja, gimana?”
ucap tante asih.
“HAAAAH!”
teriakku bersama wongso, mereka semua terbahak-bahak mendengar jawaban kami berdua.
Semua pandangan tertuju kearahku
Sejenak kami saling tanya kabar, setelah sejenak itu kami kemudian hening karena tawaku yang terhenti. Wongso berada di belakangku juga menghentikan tawanya. Semua pandangan tertuju kearahku dan.
“aku ke depan dulu ar”
ucap wongso, dan hanya aku jawab dengan acungan jempol.
“Arya mohon, segeralah berangkat liburan sampai arya menyelesaikan masalah ini”
ucapku dengan tatapan tajam menyapu semua yang berada di dalam ruang keluarga.
“Ada apa sayang?”
ucap Ibu.
“Ayah…”
ucapku lirih dan semua mendengarkanku, pandangan mereka semua seakan mengerti apa yang sebenarnya terjadi dan semua tentnag ayahku.
“akan ada pertemuan ayah dengan beberapa orang dan itu tidak lama lagi, setelah pertemuan itu. kita akan dibantainya, jadi arya mohon untuk segera berangkat dan jangan kembali selama arya belum memberi kabar. Arya akan menyelesaikannya bersama sahabat-sahabat arya, sudah cukup baginya untuk bertualang dan saat arya menghentikannya…”
ucapku.
“Arya tidak ingin kehilangan keluarga yang arya cintai, jadi arya mohon…”
ucapku.
“kamu tidak bisa menyelesaikannya sendirian ar, terlalu berbahaya”
ucap Ibu.
“benar kata ibu sayang, lebih baik serahkan semuanya kepada pihak aparat keamanan”
ucap nenek.
“tidak… mereka sudah mengakar, bisa jadi laporan kita menjadi bumerang bagi kita sendiri”
ucapku.
“Apa yang telah kamu lakukan malam ini? kenapa Eri bisa bersamamu?”
ucap tante asih tiba-tiba keluar dari tema pembicaraan. Pandangannya heran penuh dengan pertanyaan.
“aku…”
ucapku tersenyum.
Perlahan dan pasti, aku menceritakan ketika mengambil eri dari dalam rumahnya. Cerita mengenai pembantaian yang akan di lakukan oleh ayah. Dan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi setelah kematian si aspal. Ibu tampak terkejut mendengar ceritaku dan langsung memelukku, tangisnya pecah. Tak ada yang mampu mengungkapkan pendapat mereka, pak dhe, buhde, tante-tante dan om-omku pun semua diam.
“jika masih tetap disini, dan ternyata arya gagal… maka semua yang berkaitan dengan kakek akan habis”
ucapku dalam pelukan ibu.
“ini semua salahku, jika saja dulu aku tidak menerimanya dlaam keluarga ini. mungkin semua ini tidak akan terjadi”
ucap kakek memecah keheningan.
“Seharusnya kakek tidak berbicara seperti itu, karena dia arya juga ada walau…”
ucap nenek terpotong.
“Emmm…. maaf kakek, nenek, pak dhe, budhe, om, tante… menyela walau sebenarnya saya tidak boleh menyela… saya harap yang terjadi biarlah terjadi, tinggal bagaimana menyelesaikannya. Tidak sepantasnya menyalahkan masa lalu, karena jika kejadian di masa lampau tidak terjadi. Mungkin sekarang Ibu saya sudah menjadi abu…”
ucap wongso dari belakang, membuat semuanya memandang ke arah wongso.
“eh… ar… aku kedepan lagi,maaf maaf”
ucap wongso sambil merogoh saku jaketku mengambil rokok dan ngacir begitu saja.
“benar apa kata nenek dan wongso, mungkin arya lahir dengan cara yang salah. Tapi arya lahir untuk kita semua, untuk menyelamatkan kita semua. Jadi jangan salahkan arya, karena arya juga diah jadi lebih bahagia hiks”
ucap Ibu dengan memandang ke kakek, sembari mengelus-elus kepalaku.
“maafkan kakek… tapi jika kamu melakukannya sendiri, semuanya terlalu berbahaya. Maafkan kakek pula karena tidak bisa mencegah ini semua terjadi”
ucap kakek.
“tapi arya mohon dengan amat sangat agar acara liburannya dipercepat, agar semuanya bisa dalam kondisi aman. Keluar negeri saja saran arya, agar mereka sulit mendeteksi keberadaan kakek dan semuanya. Jujur saja arya tidak tahu apa yang dilakukan oleh mereka setelah mendengar berita kematian salah satu komplotannya tapi arya yakin mereka tidak akan segegabah itu, jadi untuk menghindari mereka melakukan hal yang gegabah, arya memohon untuk segera berlibur”
ucapku.
“tapi bagaimana dengan kamu?”
ucap pak deh andi.
“apa kamu memang benar-benar bisa menyelesaikan semuanya?”
ucap tante asih.
“kamu ikut aja mblo”
ucap tante asih.
“iya ar, berbahaya jika kamu terus disini”
ucap bu dhe.
“kita semua pindah daerah saja dan mulai membangun kehidupan baru”
ucap suami tante asih.
“benar, mungkin itu jalan yang terbaik”
ucap om heri.
“tidak… aku tidak akan pergi begitu saja, aku tidak akan mengingkari janjiku kepada kakek wicaksono dan nenek mahesawati”
ucapkku membuat semuanya kembali terdiam. Kakek memandangku begitu tajam.
“mereka sudah meninggal kek, meninggal dalam pelukan cucunya. Mereka selalu menanti kehadiranku, dan baru ketika aku dewasa aku kembali bisa menemuinya namun hanya sesaat. Dan setelah sesaat itu pulalah mereka tiada”
ucapku.
Kakek nampak kehabisan kata-kata
Terjadi perdebatan panjang di antara kami semua. Mulai dari pakdhe dan om-omku yang memutuskan untuk tinggal dan membantuku. Tap aku menolaknya karena mereka mempunyai budhe dan tante yang masih membutuhkan mereka. kakek nampak kehabisan kata-kata ketika melawan keegoisanku, dan berhenti menentang pendapatku.
“baiklah, kita semua akan berangkat secepatnya. Dan menunggu kabar dari arya. jika tidak ada kabar dari arya, kita akan pindah tempat tinggal”
ucap kakek.
“terima kasih kek, arya akan berusaha semaksimal mungkin dan arya yakin bahwa semuanya akan bisa arya selelsaikan dengan sempurna”
ucapku.
Tak ada lagi tante ratna dan bu dhe ika yang menggodaku. Semua diam dan menyetujuinya, terakhir aku memohon kepada mereka agar benar-benar pergi dari tempat ini agar aku tidak terus mengkhawatirkan mereka. dan mereka semua menyetujuinya.
“Arya, ikut ibu ke kamar dulu, ibu mau bicara”
ucap ibu mengajakku masuk kedalam kamar. pintu kemudian ditutup ibu, ibu kemudian mengambil kotak yang berisi music box.
“ini hadiah buat dian, ibu membelikannya buat kalian berdua”
ucap ibu.
“eh… terima kasih bu”
ucapku.
Ibu kemudian memelukku dan mencium bibirku, secara reflek aku membalasnya.
“Ingat, ibu masih kekasihmu selama bajingan itu belum lenyap”
ucap ibu.
“Iya bu, arya akan selalu ingat”
ucapku.
“Love you beb”
ucap ibu.
“love you too beb”
balasku.
Kami kemudian keluar dari kamar dan menuju ruang keluarga kembali.
“Semuanya, tolong percaya pada arya dan doakan arya. dia datang satu paket dengan arya, dia adalah pemusnah dan arya adalah obatnya, anggap saja seperti itu”
ucapku tersenyum kepada mereka.
Ibu dan tante asih kemudian mengantarkan aku keluar menemui wongso yang sudah terlelap dalam tidurnya. Dengan sedikit ketegaan aku membangunkannya, tampak matanya merah karena lelah. Aku dan wongso kemudian melanjutkan perjalanan kembali, sebelum berangkat ibu dan tante asih titip salam kepada dian. aku mengiyakannya dan langsung kami perjalanan menuju kerumah royal win dian. sesampainya di rumah dian, tepat di depan rumahnya.
“Kamu yakin bisa pulang wong?”
ucapku khawatir.
“apapun akan aku lakukan, karena tadi pagi aku dapat BJ dari asmi, malam ini pasti akan lebih hot!”
ucap wongso.
“Kereeeeeen!”
balasku.