Wild Love Episode 72D
Kami di jemput oleh taksi pak Wan
Royal Win Indonesia Entertainment – Wild Love Episode 72D, Aku dan eri keluar dari kamar, malah di tertawakan oleh para koplak mengenai apa yang aku bawa. Dua tas koper yang sangat besar, seakan-akan mau pindah. Wongso kemudian membantuku membawa, kami kemudian keluar dan dira sedang asyik mainan kontol penjaga aspal yang terkulai pingsan. Anton dan dewo kemudian membantu dira mengikat bawahan aspal, sejenak aku menjelaskan ke Eri mengenai siapa dira. Setelah semuanya beres, kami di jemput oleh taksi pak wan. Eri di depan dan kami berempat di belakang, sedangkan dewo asyik tiduran sambil merokok di bagasi royal win. Eri nampak tersenyum ketika dira mulai menakali kami bertiga. Bahkan eri tak sungkan-sungkan untuk menyentuh payudara dira dalam perjalanan menuju pos satpam.
“aku manggilnya mbak apa kak nih?”
ucap eri.
“a mbak ding masa kak? Kak kan buat cowok, akyu cewek”
ucap dira.
“ih, gede banget mbak”
ucap eri sambil meremas susu dira.
“iiih mbak mau lesbian sama akyu, ndak papa sih… akyu juga mau kok kalau sama cewek daripada cowok-cowok kaya gini, jantan tapi ndak ada yang berani”
ucap dira.
“WEGAH! (NDAK MAU!) kamu cewek jadi-jadian”
teriak kami bertiga yang membuat kami tertawa terbahak-bahak, tawa canda kami hingga pos satpam.
“Mas, pokoknya atur bagaimana caranya mas tidak tahu apa-apa, okay?”
ucap pak wan.
“inggih pak, niku mawon CCTV pun kulo risak, kagem alasan yen menawi mangkih di takeni kalihan polisi (iya pak, itu saja CCTV sudah saya rusak, untuk alasan kalau saja nanti ditanya oleh polisi)”
ucap satpam.
“Sip mas”
ucap kami semua.
Dok dok dok dok….
“Den wicak… den wicak….”
teriak seorang satpam, aku membuka kaca taksi belakang. Dengan cepat setalah kaca mobil terbuka, tanganku ditarik oleh mereka.
“Akhirnya saya bisa salim sama turunannya Ndoro Wicak”
ucap satpam itu dan kemudian satu satpam juga mengambil inisiatif yang sama.
“walah mas sudah, mas… yang hebat itu kakek saya bukan saya”
ucapku, tapi mereka hanya tersenyum.
“pokoke atos-atos gih den, kawulo siap ngrewangi aden (pokoknya hati-hati ya den, kami siap membantu aden)”
ucap mereka berdua.
“terima kasih mas, saya ndak bakal lupa sama kalian”
ucapku.
Setelah basa-basi sebentar, taksi kembali berjalan menuju motor yang kami parkir. Sebenarnya motor itu disediakan jika terjadi kejar mengejar lagi, tapi karena ini tidak ada di tambah bawaan Eri yang sangat banyak akhirnya aku tetap bersama pak wan. Aku kemudian menelepon tante asih.
halo…
tante, ni arya, mau nitip lagi
nitip apaan
Eri…
dasar, kamu habis! ERGH! Kamu ndak papa?
ndak papa, tenang saja tan
ya sudah langsung antar kerumah saja, kunci rumah ada di pot depan gerbang, dibawahnya pot ya… om kamu sama adik-adik kamu sedang dirumah kakek kamu bareng sama ayah tante (adik kakek) sekarang ini
iya tan, makasih
biarkan eri didalam rumah jangan suruh keluar, untuk malam ini tante tidak bisa menemani eri, karena tante nanti pulangnya ke rumah kakek
Iya tan
tuuuut
Aku menutup telepon dan kemudian berbicara sebentar kepada koplak. Di putuskan Dewo dan Dira kembali warung wongso sedangkan anton dan wongso dengan dua kendaraan mengikuti taksi menuju rumah tante asih. Perjalanan, Sesekali Eri memandangku kebelakang, dan aku tersenyum kepadanya. Sesampainya di rumah tante asih, aku mengambil kunci rumah tante asih. Setelah barang-barang eri di keluarkan, Pak wan kemudian pamit terlebih dahulu karena sudah sangat lelah, dan selalu berpesan agar besok lebih berhati-hati lagi dan tidak gegabah. Anton kemudian memasukan satu motor di tinggalkan untukku.
“Aku tunggu dirumah wongso, oh ya sematponya kamu bawakan… mau kamu pegang atau aku saja?”
ucap anton.
“kamu saja nton”
ucapku sambil menyerahkan sematpon milik aspal.
“hei, jaga itu adik kamu, suruh dia bobo dulu sudah malam. Nanti kamu kerumahku, ada informasi penting”
ucap wongso.
“okay…”
ucapku.
“tapi ditungguin dulu itu adik kamu, informasinya masih bisa diundur 1 sampai dua jam jadi tenang saja. Lagian kita bakalan ngalong (begadang) malam ini”
ucap anton.
“yoi broooow…”
ucapku.
Aku antar Eri ke kamar tamu belakang
Anton dan wongso kemudian pergi meninggalkan aku dan Eri. Setelah masuk ke dalam rumah, aku kirim BBM ke tante asih mengenai kamar yang di pakai oleh Eri, tante asih kemudian menjawab kamar tamu belakang. Aku antar Eri ke kamar tamu belakang. Sesampainya di kamar tamu, aku masukan semua koper.
“Kak…”
ucap Eri.
“iya…”
jawabku sambil berbalik.
Tiba-tiba Eri memelukku hingga ku terjatuh di kasur
“maafkan eri kak, Eri sudah memutuskan yang pertama adalah kakak…”
ucapnya.
“er… sudah, aku sudah ada Dian.. aku tidak ingin lagi melakukammmmmm….”
ucapku tertutup oleh bibirnya.
“Eri mohon kak, sekali saja kak… hanya untuk berterima kasih dan juga melepas semuanya kak, setelah ini Eri tidak akan minta lagi”
ucap Eri.
“tapi Er, aku tidak tega dengan kekasihku… sudahlah kamu menjadi adikku saja itu lebih dari cukup bagiku”
balasku.
“Eri sudah berjanji pada diri Eri, kalau kakak yang menyelamatkan aku… Eri akan meberikan Eri kepada kakak, jika Eri mengikari janji eri sendiri, lebih baik eri menyerahkan diri kepada mereka”
ucap eri.
“tapi er, dian er dian…”
ucapku.
“kak, mbak dian ndak bakalan tahu selama kakak ndak menceritakannya”
ucap eri yang kemudian menciumku untuk kedua kalinya.
“Hei…”
ucapku sambil menatapnya tajam kedalam matanya, kedua tangaku dengan kasar memegang kepala yang masih berkerudung itu. Tatapan mata eri menjadi tatapan mata sedikit ketakutan akan wajahnya.
“Rino…”
ucapku pelan.
“Eh…”
Eri tersentak ketika mendengar nama itu.