Wild Love Episode 68B
Wild Love (Episode 68B)
Royal Win Indonesia Entertainment – Wild Love Episode 68B, akhirnya setelah menunggu antrian karena muatan yang ambrol atau lebih tepatnya tumpah, aku bisa melewati jalan macet ini. aku lihat truk tersebut menumpahkan muatannya sangat banyak sekali, ya memang sangat jelas butuh waktu berjam-jam agar muatan tersebut bisa disingkirkan. Aku kembali menarik gasku dengan cepat. Sial, hampir satu setengah jam aku antri karena muatan yang tumpah tersebut dan matahari sudah mulai lelah menemaniku. Tante asih, ya dia yang telah membuatku sadar akan kebutuhan hatiku yang sebenarnya. Akhirnya aku sampai di perumahan ELITE royalwinindonesia, kuberhentikan REVIA disamping pos satpam.
“pak, saya mau ke…”
ucapku.
“dah jalan saja mas, langsung saja ndak usah ninggal KTP, dah sering lihat masnya”
ucap pak satpam.
“makasih pak”
ucapku kembali menarik gas REVIA.
Akhirnya aku sampai di depan rumah bu dian, kulepas helm tanpa menarik kunci motorku. aku turun dan langsung berlari kearah pintu gerbang rumah bu dian. Mobil bu dian tampak terparkir di samping rumahnya sama persis ketika aku dikejar-kejar oleh bodyguard ayahku.
Teng… teng… teng… ku ketuk-ketuk pintu gerbang rumah bu dian.
“BU DIAN… BU DIAN… AKU TAHU BU DIAN DI DALAM… BUKAKAN PINTU BU… AKU INGIN BICARA”
teriakku tapi tak ada jawaban.
Tanpa pikir panjang aku langsung menaiki pagar rumah bu dian dan langsung menuju pintu rumahnya.
“Bu Dian… Bu Dian… ini Arya bu, aku tahu bu dian didalam tolong bukakan pintu bu, maafkan aku bu… aku mohon bu, bukakan pintu…”
teriakku sambil mengetuk-ngetuk pintu ribuan kali tapi hasilnya nihil.
Aku lihat kedalam rumahnya dari kaca rumahnya, tampak sangat sepi. Dan aku jadi putus asa, kemana perginya dia? Aku duduk di kursi teras rumah bu dian, sambil berpikir kemana perginya aku sulut sebantang dunhill. Kulihat matahari yang mulai condong ke barat. Berbentuk bulat dan menyilaukan.
“eh bulan… aku tahu dimana kamu”
bathinku, segera aku bangkit dan melompat pagar rumah bu dian.
Ku naiki REVIA dan kutarik gas kembali, melewati pos satpam hanya dengan membunyikan klakson.
Kejadian sebelumnya…..
Setelah aku menerima telepon dari tante asih, aku melihat ibu tersenyum sumringah entah apa yang telah terjadi padanya. Tapi ada sedikit rasa gelisah dan takut di dalam senyuman itu. aku letakan gagang telepon di tempatnya.
“The time has come”
ucap ibu, aku terperangah ketika mendengar kata-kata itu.
“Eh… What do you mean mom?”
ucapku, sambil melangkah dan kemudian berlutut tepat dihadapan ibu yang duduk disofa.
“tadi bukan tetangga tapi dian”
ucap ibu.
“eh… dian”
ucapku.
“Iya, dian”
ucap ibu, kemudian menceritakan apa yang terjadi sebenarnya.
(Cerita ketika ibu arya (Diah) membukakan pintu karena ada bel)
Hari ini setelah aku membayar hutang di toko depan aku kembali kerumah. Kupangku kepala arya dipangkuanku, karena dia lelaki yang selama ini selalu melindungiku. Hingga ada suara bel, aku suruh arya membukakan pintu tapi dasar karena mungkin dia sedang banyak masalah dia hanya bermalas-malasan saja. Aku kemudian melangkah kedepan dan membukakan pintu, betapa terkejutnya aku ketika melihat wanita yang selama ini sering aku singgung ketika ngobrol bersama anak semata wayangku. Dia dian.
“Dian”
ucapku, dia hanya mengangguk kulihat matanya sembab mungkin karena menangis.
“Arya…”
teriakku dari depan.
“Iya bu!”
balas anakku, tiba-tiba dian memegang pergelangan tanganku dan menggelengkan kepala.
“Oh… ndak jadi, dah kamu disitu saja. Ini sudah kok”
teriakku.
“Yaelah ibu, Arya tiduran lagi”
balas anakku dari dalam.
“Come ini?”
ucapku, dia hanya menggeleng kepala.
Aku kemudian duduk bersamanya di kursi depan rumah dan menutup pintu rumah.
“Ada apa?”
ucapku memandangnya, dia menunduk dengan nafas sedikit tersengal. Dia hanya diam.
Aku seorang wanita, begitupula dian. ketika aku melihatnya aku merasakan rasa sakit yang dia rasakan, rasa ingin memiliki namun tak bisa. Seketika itu aku merasa sangat bersalah kepadanya, melihatnya saja aku sebenarnya tak sanggup. Apalagi dia sudah mengetahui hubunganku dengan anakku sendiri. Jantungku berdebar, apakah dia akan marah kepadaku? Tapi tidak, dari cara dia datang, lukisan di wajahnya aku menangkap dia ingin menyampaikan sesuatu kepadaku.
“Can I…”
ucapnya terpotong.
“He’em”
jawabku mencoba untuk tenang.
“Can I…”
ucapnya terpotong lagi.
“He’em, iya…”
jawabku tak mampu aku memaksanya untuk berbicara, aku bisa melihatnya sedang mengumpulkan keberanian.
“Can I Replace your place?”
ucapnya, dan membuatku sedikit gugup.
“As his lover?”
lanjutnya sambil memandangku dengan aliran air mata dipipinya, seketika itu pula hatiku luluh melihat keberanian dia menerima anakku yang telah melakukan hubungan yang salah.
“Saya tahu, tante adalah Ibu yang cantik dan baik untuk arya, dan aku sudah tahu hubungan ibu dengan arya lebih dari hubungan ibu dan anak. Tapi bisakah ibu memberiku kesempatan kepadaku, hiks hiks…”
ucapnya terpotong, kutahan air mataku mendengar keberaniannya.
“untuk menjadi kekasihnya, saya sangat mencintai anak ibu, saya mohon berikanlah satu tempat itu untukku. Aku juga ingin menjadi anakmu, aku ingin menjaga anakmu, merubahnya menjadi seperti seharusnya. Aku tidak akan merebutnya hanya ingin bersamanya, mencintainya dan mengembalikannya kepada tante sebagaimana mestinya sebagai seorang anak. Biarkan dia menjadi milikku, saya mohon hiks hiks hiks… saya benar-benar mencintainya, sangat mencintainya sebagai seorang lelaki yang selama ini selalu dalam benak dan hatiku… saya memang pernah menjalin hubungan dengan orang lain tapi anak ibu, arya selalu berada dalam hatiku tak bisa tergantikan. Saya mohon dengan amat sangat, berikanlah hiks hiks satu tempat itu kepadaku… tempat sebagai kekasihnya, tempat sebagai pasangan hidupnya hiks hisk”
ucapnya, aku berdiri dan berlutut dihadapannya, kupeluk erat dian, dangat erat. ingin rasanya aku menangis, tapi aku menahannya.
“Yes, you can… Maafkan tante karena telah mengambil tempatmu, maafkan tante sayang… tante akan mencoba mengakhirinya, tante sudah menunggu lama sekali kehadiranmu sayang… maafkan tante setelah ini dia pasti akan menjadi milikmu selamanya, dan menjadi anak tante, kita saling berusaha untuk bisa mengakhiri ini ya sayang”
ucapku di telingan kanannya, kutarik wajahku dan memandangnya. Dian mengangguk dan kuhapus air matanya.
“Tante akan berusaha menyampaikannya kepada arya, dan tante harap kamu juga bisa bersabar ya sayang… pasti bisa, semua kegilaan antara tante dan arya pasti bisa diakhiri, karena kuncinya adalah kamu, terima kasih telah datang sayang…”
ucapku, dian hanya mengangguk dan memelukku dengan erat.
“apakah kamu ingin menemuinya?”
tawarku kepada dian, dia hanya menggeleng.
“baiklah, biar tante yang bicara kepada arya”
ucapku.
“Dian sayang tante hiks hiks hiks”
ucapnya sambil memelukku erat, sangat erat sekali. Dari dulu hingga sekarang aku memang sangat merindukan seorang anak perempuan.
“tante juga sayang dengan dian”
ucapku.