Wild Love Episode 63B
Kebersamaan kami membuat kami lupa akan waktu
Royal win Indonesia Entertainment – Wild Love Episode 63B, Lama tak jumpa membuat kami rindu untuk bercengkrama kembali. Kami berkumpul beberapa piring dan gelas sudah berserakan di dekat kami. walaupun begitu kami tidak meninggalkan tanggung jawab kami untuk mencuci dan kadang kala membantu warung ketika pengunjung tambah ramai. Kebersamaan kami membuat kami lupa akan waktu, waktu mulali merangkak menuju malam hari. Waktu pula yang memisahkan kami semua, hingga akhirnya kami satu per satu pamit ke ibunya wongso.
“Pokoknya hati-hati, ndak usah ngebut!”
ucap ibunya wongso.
“Iya ibuuuuu…”
teriak kami.
Kami pulang hingga sampai pada tempat dimana kami biasa untuk tidur dan bercengkrama bersama keluarga. Dan aku? Masih sepi karena aku tahu ayah tak akan pulang, mungkin dia sedang menyusun rencana. Kini aku berada didalam kamarku, didalam kamar penuh dengan memori kenangan bersama ibu tapi sekarang ibu sedang berada jauh disana. Kemudian aku berganti pakaian dan kemudian merebahkan tubuhku, tangan kiriku memegan guling dan tangan kananku memegang sematpon royalwinindonesia. Kubuka pesan BBM yang masuk dari dia, dian. tak kubalas dan hanya aku baca. Tiba-tiba.
From : Bu Dian
Kenapa ndak dibalas? Saking puasnya diservis terus ndak bisa balas BBM ya?
(tak kubalas, hanya aku baca)
From : Bu Dian
Dasar bocah!
To : Bu Dian
Iya saya tahu, ndak perlu bu dian bilang saya juga tahu kalau saya itu bocah
From : Bu Dian
Bagus kalau sudah sadar diri!
To : Bu Dian
Iya bu, selamat malam
Selamat beristirahat
From : Bu Dian
Oooo… gitu ya?
Memang bocah aneh! Sudah skripsi ndak selesai-selesai, sukanya anu-anu saja!
To : Bu Dian
Bu dian kenapa to? Dari tadi pagi marah-marah sama saya terus?
Cublak cublak suweng… ringtone HP. Bu Dian. mau tidak mau aku angkat
Kamu tersinggung? Bagus kalau begitu, tersinggung dong, marah!
Bu maaf, saya tidak tahu alasan bu dian kenapa marah-marah ke saya
aku kan dah bilang kamu menggangguku tadi pagi, dan itu tidak bisa dimaafkan. Aku benar-benar kesal dengan keberadaan kamu tadi pagi, sudah skripsi ndak pernah diurus sukanya hanya senang-senang saja! dasar bocah!”
(sangat keras, terduduk dan satu tanganku mengusap wajahku)
Aku benar-benar kesal dengan kamu, kenapa juga aku harus membimbing bocah seperti kamu! Dasar bocah tak bisa tahu dirinya sendiri! Kamu itu bocah yang ergh… kenapa harus ada bocah seperti kamu! kenapa kamu tidak bimbingan dengan yang lain? Kenapa harus dengan aku? Aku benar-benar tidak ingin bertemu kamu lag… eh
(aku terperanjat ketika mendengar kata-kata terakhir itu)
terima kasih sudah mengatakan sebenarnya bu, anggap bocah itu
tunggu dulu mak…
(ucapnya mencoba memotong pembicaraanku tapi aku terus berbicara di telepon)
lupa akan janji-janjinya, anggap bocah itu sudah mati dan bu dan tidak perlu lagi bertemu dengan bocah itu. Akan aku usahakan bocah ini akan sesegera mungkin menjauhi bu dian, agar bu dian tidak merasa kesal dan terganggu lagi. Mohon maaf atas kesalahan sejak pertama kali bertemu bu dian dan hingga hari ini. terima kasih banyak
sebentar, aku…
tuuuuuut.
Segera aku langkahkan kakiku dan kurebahkan tubuhku
Segera aku buka aplikasi BBM, ada panggilan masuk dan langsung aku tolak. Ku cari nama Bu Dian dan.. Delete Bu Dian? Cancel…. Delete? Delete… dan tentunya juga dengan nomor kontak personnya juga. Kemudian aku sudah muak denganmu yan benar-benar muak! Aku letakan sematponku dan ku buat dalam mode diam, kuletakan di meja komputerku dan kusambungkan dengan charger. Aku berjalan menuju arah saklar lampu dan kumatikan. Tampak sekali LCD dari sematponku berkedip-kedip pertanda ada panggilan masuk. Tak kuhiraukan. Segera aku langkahkan kakiku dan kurebahkan tubuhku dalam tidurku. Itukah yang dia mau? Itukah yang dia inginkan? Mungkin memang dalam hidupku hanya butuh satu masalah saja, tidak lebih dan tidak kurang dan itu adalah Ayahku, Dian? mungkin harus segera diselesaikan!