Wild Love Episode 62
Nafasnya tersengal-sengal
Royal Win Indonesia Entertainment – Wild Love Episode 62, Aku terkulai lemas di atas tubuh mbak erlina, tubuh mbak erlina masih sedikit mengejang. Kurasakan empuk payudaranya di dadaku. Nafasnya tersengal-sengal, ku usap lembut kerudungnya dan kucium kening mbak erlina. Dengan mata yang terpejam, bibirnya masih saja bisa memperlihatkan senyuman kepadaku. Kupeluk tubuh wanita yang memberiku ketenangan di hari ini, kucium bibirnya dan di balasnya hingga lelah menghilang dari tubuh kami. hingga akhirnya aku tinggalkan mbak erlina yang sedang beristirahat karena mungkin lelah, aku beranjak dan bersih-bersih. Setelah bersih-bersih aku keluar dari kamar mandi, ketika itu mbak erlina hanya mengenakan tank-topnya saja tanpa kerudung. Kami berciuman sebentar dan setelahnya mbak erlina masuk ke kamar mandi.
Aku menunggu di luar, dekat dengan jendela kamar kosnya. Dengan sebatang dunhill menyala di tangan kananku sedang tangan kiriku memegang sekaleng minuman bertuliskan W&A. Aku hanya mengenakan kaos oblong dan celana jeans yang aku kenakan tadi. Lama aku menunggu akhirnya mbak erlina keluar dari kamar mandi.
“ngrokok teruuuuuuuuuuuus! Udah dirokok masih saja ngrokok”
ucap mbak erlina judes.
“iya deh tak matikan tapi nanti kalau sudah tinggal filternya saja he he he”
ucapku.
“sama aja kaleee”
ucap mbak erlina.
“mbak, kok tadi tiba-tiba nubruk saja? Kengen berat sama adiknya ya?”
ucapku memandang mbak erlina yang mengenakan tank top putih serta celana pendek sepaha.
“iya dong, adik sich ndak pernah jenguk mbaknya hi hi hi”
ucap mbak erlina yang berjalan ke arah meja riasnya sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk.
“mbak tahu sendiri kan?”
ucapku santai.
“iya… iya…”
ucap mbak erlina.
“obat apaan itu mbak?”
ucapku.
“obat biar kamu ndak jadi bapak adikku sayang muach”
ucap mbak erlina.
“Pil KB?”
ucapku.
“Lha boleh ndak? Atau kamu mau jadi bapak?”
ucap mbak erlina.
“yah jangan dong mbak”
ucapku memelas.
“makanya… glek glek glek”
ucap mbak erlina yang langsung menelan pil tersebut.
“tanggal merah kok berangkat mbak?”
ucapku.
“namanya juga rumah sakit, ndak ada liburnya kecuali kalau ada yang mau gantian shift”
ucap mbak erlina yang berdiri dan berjalan ke arahku, dan kemudian duduk di bawahku.
“ndak enak ya kerja dirumah sakit, masa libur-libur berangkat?”
ucapku menggodanya.
“enak ndak enak ya enak, kan ada kamu yang ngenakin mbak hi hi hi”
goda mbak erlina, yang tak kuhiraukan karena pandanganku menjadi kosong.
“euy jangan melamum, mikirin apa?”
ucap mbak erlina menepuk pahaku.
“eh itu mbak…”
ucapku kemudian menceritakan mengenai si tukang, aspal dan juga pertemuan di malam tahun baru itu. Semua aku ceritakan secara detail hingga pertemuanku dengan bu dian.
“asyik tuh ketemu permaisurinya hi hi hi”
ucapnya.
“mbaaaaaaaaaak”
ucapku sambil memerosotkan tubuhku dan sekarang duduk bersebelahan dengan mbak erlina.
“hm… mbak komen masalah ceweknya nanti ya, tapi sebenarnya apa yang ingin kamu ketahui?”
ucap mbak erlina.
“tentang semuanya…”
ucapku.
“hmm…”
gumamnya kemudian menyandarkan kepalanya di bahu mereka.
“seperti yang kamu ketahui, tapi yang jelas semua yang aku ketahui tentang mereka sudah kamu ketahui. Komplotan mereka, korupsi uang negara, narkoba, dan pesta seks, bahkan aku tidak menyangka bahwa dua orang dari mereka akan menjadikan anak mereka sendiri sebagai pelayan mereka. hanya rekaman itu yang aku punya, dan ayahku hanya bercerita mengenai mereka tidak detail. Seperti yang sudah aku ceritakan kepadamu. Atau kamu ingin tahu si buku?”
ucap mbak erlina membuatku sedikit terkejut.
“eh… darimana mbak tahu mengenai si buku?”
ucapku terkejut.
“sudah… ndak papa ar, mbak sudah tahu mengenai komplotan mereka. mereka berjumlah lima orang, tapi salah satu dari mereka akan disingkirkan”
ucap mbak erlina santai.
“tapi darimana mbak tahu mengenai si buku?”
ucapku memaksa.
“dari percakapannya dengan anaknya”
ucapnya datar.
“eh… jadi mbak tahu kalau anak si buku adalah…”
ucapku terpotong.
“mbak ara, ara medita kan?”
ucap mbak erlina datar.
Aku hanya mampu terdiam, tak dapat berkata-kata lagi.
“selamatkan dia…”
ucapnya.
“eh…”
ucapku.
“mbak tahu ayahnya adalah komplotan mereka, tapi tidak seburuk mereka berempat. Mbak berterima kasih kalau salah satu dari mereka sudah mati, tinggal tiga lagi. Tapi mbak sarankan lebih baik kita pergi dari daerah ini, daripada kamu mati konyol. Semalam kamu hampir tertembak bagaimana kalau besok?”
ucap mbak erlina.
“tetap hidup. apa mbak menaruh dendam kepada mbak ara?”
ucapku.
“tidak… dia juga baik sama mbak, dia yang memberikan pekerjaan kepada mbak. Lagipula si buku bukan penjahat sepenuhnya seperti mereka dan…”
ucapnya terpotong.
“sebenarnya aku tidak ingin menolongnya mbak…”
ucapku.
“eh… kenapa?”
ucapnya terkejut.
“karena si buku adalah orang yang hampir memperkosa ibuku waktu aku SMA dulu, tapi entah mengapa aku mau menolongnya”
ucapku.
“ehem…”
mbak erlina tersenyum kepadaku.
“itulah namanya ksatria sayangku, sekalipun dulu pernah tersakiti tapi tetap mau memaafkan”
ucapnya.
“eh… mbak bisa saja, aku arya bukan ksatria”
balasku.
“adikku tambah ganteng deh kalau lagi serius gini hi hi hi”
ucapnya sambil mentowel pipiku.
“apaan sich mbak? Uh…”
ucapku judes.
“marah ni marah hi hi hi”
ucapnya.
“Dian bagaimana?”
lanjutnya.
“ya ndak bagaimana-bagaimana? Mbak cemburu kan?”
ucapku.
“ngapain coba cemburu, kan kamu sudah jadi adik mbak”
balasnya.
“kalau seandainya aku jadi sama cewek lain?”
ucapku
“Ndak papa sayangku, mbak sudah punya alan, dan sekalipun dia pergi mbak juga tidak akan mengejar kamu. kamu sebagai adik mbak sudah membuat mbak bahagia. Tapi…”
ucap mbak erlina.
“tapi apa mbak?”
ucapku.
“tapi sebelum ini jadi punya dian, mbak mau mainan ini dulu”
ucapnya sambil memaksa membuka celanan jeansku.
“mbak… mbak eh ufthhhhhhhhhhhhhh…”
akhirnya aku kalah juga, dedek arya langsung dikulumnya dengan ganas, kakiku berselonjor ke depan dan tangan kananku mengelus-elus rambutnya.
“mbak pengen lagi?”
ucapku tapi dijawabnya dengan menggelengkan kepala, bibirnya masih asyik mempermainkan dedek arya.