Wild Love Episode 61
Wild Love (Episode 61)
Royal Win Indonesia Entertainment – Wild Love Episode 61, aku kemudian melangkah masuk kedalam rumah. Diraihnya kembali tangan kiriku yang tadinya sudah terlepas dari pelukannya. Masih saja dan terus memeluk tangan kiriku. Kami berjalan beriringan seperti layaknya seorang kekasih. Namun hati ini masih sangat tidak tega ketika harus hidup bersamanya.
“bu, tangan ibu dilepas dulu ya… ndak enak”
ucapku.
“sama siapa?”
ucap bu dian.
“E… ndak tahu bu”
ucapku sambil berjalan ke arah ruang tamu, mendengar jawabanku kemudian melepaskan pelukan ditanganku.
Aku kemudian duduk di sofa panjang ruang tamu bu dian yang berada disebelah pintu masuk rumahnya, sedangkan bu dian duduk di kursi depanku. Posisi yang sama seperti saat aku pertama kali kerumahnya.
“Beneran sudah ngantuk mas?”
ucap bu dian, argh ‘mas’ kata-kata ini selalu saja membuatku bertanya-tanya. Ketika tadi dia terkejut dan kemudian aku membuka kacamataku, dia masih menyebutku dengan sebutan arya, kenapa sekarang jadi ‘mas’?
“Sebenarnya belum bu, tapi tadi di luar agak dingin. Kasihan bu dian nanti kalau sakit”
ucapku.
“Aku sudah biasa, malah pernah aku ditinggal sendirian malam-malam sama cowok yang ndak tanggung jawab, udah buat nangis bukannya didiemin malah ditinggal gitu saja”
ucapnya.
DUAGH! Rasanya seperti ditampar dengan tongkat kasti
“E… e…. itukan anu bu, suasananya eeeeee itu”
ucapku kebingungan.
dia bangkit dan melangkah ke arah belakang
Kulihat matanya ketika memandangku tak ada senyum yang terlukis dibibirnya. Kakinya di tumpuk dengan tangan kanannya yang bertumpu pada lututnya menyangga dagunya sedang tangan kirinya di simpannya diatara lekukan perut dan pahanya. Aku tidak habis pikir kenapa juga pada saat itu aku meninggalkannya dan tidak menemaninya pulang. Tapi jika waktu itu aku terus bersamanya pastinya aku akan merasa malu, sekarang pun aku hanya mampu melihat wajahnya sebentar. Dalam hening dia terus menatapku dengan datar. Kemudian dia bangkit dan melangkah ke arah belakang. Entah apa yang dia lakukan. Kemudian bu dian kembali lagi dengan membawa teh hangat dan asbak.
“Minum mas, dan kalau mau merokok ndak papa”
ucap bu dian, sembari meletakan gelas berisi teh hangat dan asbak itu. Tanpa memandangku dia kemudian berbalik lagi untuk menuju kebelakang.
“Bu, beneran boleh ngrokok?”
ucapku ketika bu dian baru akan melangkah.
Aku membuka jendela ruang tamu bu dian dan ku buka sedikit. Model jendela yang kuncinya ada dibagian bawah jendela royal win indonesia. Sedikit kusibak gorden jendela tampak sepi dan sedikit ada suara riuh keramaian tahun baru yang samar. Tahun baru bersama dengan wanita ini memang indah, mungkin. Namun lama sekali tak kulihat batang hidung wanita bak bidadari ini. setelah dua batang rokokku habis dan suasana penuh asap di ruang tamu mulai penuh dengan kabut asap. Teh hangat pun sudah mulai habis, beberapa menit berselang setelah suasana kabut asap tidak lagi berlarian di ruang tamu, bu dian datang.
“Minum lagi mas, pasti mas hauskan?”
ucap bu dian yang meletakan segelas teh hangat untuk kedua kalinya. Diletakannya minuman hangat itu dengan tangan kirinya menutupi hidung dan mulutnya, mencoba melarang asap rokokku masuk kedalamnya.
“terima kas…”
ucapku terpotong.
“Maem dulu gih, mas pasti lapar”
ucap bu dian yang begitu perhatian kepadaku seakan ingin meluluhkan tembok maluku dan tahu saja dia kalau aku mulai lapar mulai lapar.
Aku hanya tersenyum dan mengangguk kepadanya. Tak ada balasan senyum yang biasanya dia lempar ke aku. Segera kulahap mie kuah dengan telur serta sedikit sayuran yang ada di dalamnya. Seakan-akan aku teringat cerita-cerita teman kuliahku ketika mereka main ke kos pacarnya selalu di layani bak seorang raja. Sedikit aku melirik wajahnya yang terus memandangku dengan datar, membuat aku salah tingkah. Setelah selesai makan, aku berniat untuk membawa mangkuk kotor tersebut ke dapur casino de granny.
“ndak usah mas, biar aku saja yang nyuci, mas istirahat saja”
ucap bu dian yang kemudian merebut mangkuk tersebut dan membawa gelas teh hangat pertama yang sudah habis.
Aku merokok lagi di ruangan tamu
Aku hanya sanggup memandang wanita dengan kulit putih ini. tak berani aku merokok lagi di ruangan tamu, bisa kena semprot karena ku tahu lamanya bu dian tidak ke ruang tamu pasti karena asap rokokku tadi. Dan aku kemudian merebahkan tubuhku kursi panjang ruang tamu. Tak kupedulikan lagi situasi sekarang ini karena aku terlalu lelah malam ini.
“Capek mas? Bobo aja dulu nanti aku bangunkan”
ucap bu dian yang melangkah menuju ruang tamu dengan pandangan masih datar dan dingin.
“Eh… bu maaf, saya kira bu dian tadi langsung balik ke kamar untuk tidur”
ucapku sambil bangkit dan duduk lagi.
“Belum ngantuk. Mas bobo saja dulu, ndak papa kok”
ucapnya sambil duduk dengan kaki diangkat kekursi dan ditekuk terus dipeluknya. Dagunya diletakannya diantara kedua lutut yang ditekuk itu.
“ndak enak sama bu dian”
ucapku.
“ndak enak ya dikasih kecap apa MSG”
jawabnya ketus dan tak bisa aku membalasnya.
“Em…. bu…”
ucapku pelan.
“apa lagi?”
ucap bu dian.
“Eh… ndak jadi bu, maaf”
ucapku semakin salah tingkah.
“Kalau tanya yang jelas, jangan Cuma manggil! Dasar cowok nggak jelas”
balasnya ketus.
“hufffffftttthhhh….”
hela nafasku.
“kok tadi pulang malam bu? Habis tahun baruan sama teman-teman ya bu?”
ucapku mencoba mengalihkan pembicaraan.
“Iya… kenapa? nggak boleh? Lagian ngapain nglarang-nglarang? Aku tadi sama anda”
ucapnya, entah kenapa membuatku semakin panas tapi tak bisa aku luapkan.
“he he he… ya untung saja bu dian pulang malam, kalau tidak mungkin aku sudah…”
ucapku terpotong.
“kalau ngomong dipikir! Ngomong yang positif jangan negatif terus!”
jawabnya ketus membuat aku semakin tak mau berbicara kepadanya lagi.
“Bu… saya ijin tidur dulu, dan terima kasih sudah mengijinkan saya menginap”
ucapku dengan penuh kekesalan karena semua pertanyaanku dijawabnya dengan ketus dan judes.
‘Eh…. ya bobo saja mas, lagian dah mau pagi”
ucapnya sambil meletakan pipi kanannya di antara kedua lutut kakinya, pandangannya kemudian dibuang ke kiri.
Aku kemudian merebahkan tubuhku lagi. Tak kuhiarauku keberadaannya, kenapa juga aku harus berbicara baik kepadanya? Iya, memang kamu menolongku tapi bukan berarti sejudes itu kan? Tadi aja meluk-meluk tanganku, ngomong kek kalau kangen! Dasar cewek judes! Hufttth…. maaf bu, aku masih belum bisa menerima diri ku yang terlalu kotor ini. Maafkan aku, dalam lelah hatiku menggerutu dan kemudian terlelap dalam tidurku. Kumiringkan tubuhku memunggunginya, Hingga benar-benar aku tak sadarkan diri ku.
Pagi hari sedikit cahaya masuk kedalam rumah bu dian. Serasa malas sekali untukku bangun. Hanya menarik selimut yang menutupi tubuhku saat ini. kutarik lebih tinggi lagi hingga menutupi seluruh tubuhku kecuali kepalaku. Kupejamkan mata ini kembali dan.
“Eh… selimut? Dari mana datangnya selimut ini? semalam aku kan tidak memakai selimut?”
bathinku yang kemudian membuatku beranjak bangun dari tidurku.