Wild Love Episode 60
Seorang wanita yang berjalan di sebelahnya
Royal WIn Indonesia Entertainment – Wild Love Episode 60, Ah, lagi-lagi Ingatanku kembali kepada janji itu tapi jujur saja ku belum bisa menepati janji itu. Janji seorang bocah kepada seorang wanita dewasa yang di selamatkannya. Bocah yang lugu dan polos yang berbicara semaunya sendiri tanpa melihat situasi serta kondisi waktu itu. Bocah yang dengan santainya bergembira karena ada seorang wanita yang berjalan di sebelahnya.
“Tapi bu… aku sudah mengatakan kepada bu dian kalau aku….”
ucapku terhenti.
“dan aku jujur akan semua itu…”
lanjutku.
“apakah bocah itu masih tetap sama?”
ucapnya.
“aku tidak tahu yang jelas di…”
ucapku terpotong.
“Dia ada didalam dirimu dan itu adalah kamu”
ucap bu dian membuat aku hanya tertegun dan diam. Kutarik kakiku hingga menekuk, kedua tanganku aku pangkukan di lututku. Ketika aku mencoba memegang keningku dengan tangan kananku.
“Auch…”
ucapku kesakitan karena tak ingat jika keningku terluka.
“Eh… sebentar mas, jangan disentuh lagi”
ucapnya yang langsung bangkit dan berlari ke dalam.
Aku hanya mampu memandang dengan pandangan kosong melihat dia begitu sangat khawatir. Selang beberapa menit bu dian keluar dari balik pintu belakang rumahnya dan langsung duduk bersimpuh di hadapanku dan mengusapkan kapas yang telah di basahi.
“ouch… pelan bu”
ucapku megaduh, dan baru aku tahu itu adalah alkohol yang membasahi kapas itu.
“eh… maaf, masih sakit?”
ucap bu dian.
“he’em…”
ucapku, tanpa bisa aku menolak perlakuan bu dian.
Dengan penuh kelembutan dia mengusap luka pada keningku. Luka pada kening yang sangat dekat dengan rambutku. Kulihat matanya sedikit berkaca-kaca ketika melihat lukaku, seakan ada kekhawatiran yang sangat besar di dalam mata itu.
“Bu… sudah bu, sudah ndak papa tenang saja”
ucapku pelan.
“kamu… hati-hati kenapa sich? Aku kan selalu bilang kepadamu mas! Agar hati-hati! Sekarang lihat kamu terluka tadi juga di kejar-kejar orang bersenjata… mana ada orang yang melihat itu semua bisa tenang?!”
ucap bu dian agak sedikit keras, matanya berkaca tapi tak ada air mata yang keluar. Dahinya mengrenyit, seakan aku kembali ke masa itu, dan aku tersenyum sendiri dihadapannya.
“tenang bu, saya masih hidup…”
ucapku pelan membuat bu dian terkejut seakan dia mengingat sesuatu.
“kamu masih tetap sama, itu juga yang dikatakan olehnya”
ucapnya, dibuangnya kapas itu, kedua tangannya kemudian bersedekap dan bibirnya maju. Bu dian kemudian beranjak dan duduk disebelah kiriku lagi. Diraihnya dengan keras tangan kiriku, dipeluknya erat.
Sama? Ah, lagi-lagi bocah itu, lagi-lagi bocah itu. Bocah yang ngomong dengan seenaknya saja setelah maut menghilang. Seperti saat ini bocah itu juga mengatakan hal yang sama kepada wanita yang sama. Ingatan-ingatan yang selalu kembali ke dalam pikiranku, pada saat ini ingatan-ingatan yang bangkit layaknya mayat hidup yang mulai menggerogoti pikiranku.
“Bu…”
ucapku pelan.
“Hmmm….”
jawabnya.
“Bolehkan aku menginap satu malam ini saja sampai esok hari?”
ucapku.
“He’em…”
balasnya.
“terima kasih…”
ucapku.
Langit kini tersenyum sangat lebar
Tak ada kata-kata lagi terucap dari mulut kami berdua. Hanya memandang langit yang warnanya berubah-ubah karena letusan kembang api yang masih terus terbang di langit. Walau tak terlihat, namun cahayanya masih bisa kami lihat. Langit kini tersenyum sangat lebar, menjadi saksi kebersamaanku setelah rembulan. Bintang-bintang, walau cahayanya redup karena cahaya kembang api tapi tak bisa mereka sembunyikan cahahayanya ketika melihatku bersama wanita ini. Kulirik wajah wanita ayu ini, dia tampak lelah dan ngantuk.
“Bu dian sudah ngantuk?”
tanyaku.
“belum”
balasnya yang semakin erat memeluk tanganku.
“tapi wajahnya sudah kelihatan ngantuk bu”
balasku.
“aku ngantuk kalau kamu ngantuk”
jawabnya terlihat judes, kuselonjorkan kaki kiriku dan kutekuk kaki kananku. Kurebahkan pipi kananku di lutut kananku, kupandang wajah wanita ayu yang selalu membuang wajahnya ketika aku memandangnya.
“Bu…”
ucapku pelan.
“Ngomong terus!”
ucapnya.
“Eh… boleh tanya lagi?”
ucapku, walau takut aku memberanikan diriku.
“APA?”
balasnya tanpa menoleh sedikitpun.
“Anda itu siapa?”
ucapku.
“bukan urusanmu!”
balasnya jutek.
“Eh… maaf…”
ucapku sedikit kecewa dengan jawabannya, kenapa juga aku harus menanyakan hal itu kepada wanita yang tidak akan aku pilih.
“Aku ngantuk bu, boleh aku tidur di sini?”
ucapku.
“Eh… jangan, disini dingin, dikamar belakang saja atau dikamarku”
ucapnya yang kemudian memandangku dengan rasa khawatir.
“Ndak usah bu, tubuhku kotor tidur disini juga sudah cukup atau kalau diperbolehkan, aku tidur diruang tamu saja”
ucapku.
“Dikamar saja nanti kamu sakit!”
ucapnya sedikit membentak.
“ndak bu, di ruang tamu saja”
ucapku yang kemudian bangkit berdiri dan diikuti oleh bu dian.
“ya sudah, tapi jangan ngrokok di ruang tamu!”
ucapnya.
“iya… bu”
balasku.