Wild Love Episode 57
Rasanya seperti tertikam sangat dalam
Royal Win Indonesia Entertainment– Wild Love Episode 57. Aku hanya mampu menunduk, kadang aku mencoba mencuri pandang ke arah bu dian. tapi dia sibuk dengan sematponnya. Tak ada percakapan antara kami berdua, tampak sepi ketika kami berhadapan. Anda, lelaki yang bersamanya tampaknya selalu tersenyum kepada bu dian. entah mengapa sekarang aku merasakan berada di posisi bu dian ketika aku mengacuhkannya. Rasanya seperti tertikam sangat dalam. Ah, masa bodohlah aku sudah putuskan untuk mundur. Makanan mereka pun datang, mereka tampak mengobrol dengan sangat akrab dihadapanku. Sialan, kenapa juga mereka duduk dihadapanku, mau aku hajar atau bagaimana itu laki. Hei! Kenapa aku cemburu? Terserah bu dian mau ngapain kan? Feel free arya… feel free.
Ciiiittt… klak… trap trap…
“Woi cat, tumben banget ke kampus”
ucap seorang yang menepuk bahuku, tak lain dia adalah wongso.
“eh… mbak dian, pa kabar mbak? Pacarnya ya?”
ucap wongso dengan tangan kiri tetap dibahuku dan tangan kanannya bersalaman dengan mereka berdua. Sambil berkenalan dengan anda.
“ni lagi makan siang”
ucap bu dian.
“Sial! Jawab bu jawab siapa dia? Pacar kamu atau bukan?! Arghhhh!”
bathinku membuat aku semakin tertunduk.
“Hei ******! Kamu itu sudah memutuskan untuk mundur, kenapa malah emosi!”
bathinku yang lain memarahiku.
“Cepet cat! Habiskan kalau perlu piringnya sekalian!”
ucap wongso.
“emang kuda lumping”
jawabku judes.
“kalau jawab biasa sajalah, ndak usah pake emosi cat ha ha ha ha”
ucap wongso terbahak.
“emang mau kemana?”
tanyaku.
“biasa, nongkrong”
balas wongso.
“kok kamu tahu aku disini”
ucapku.
“bau kamu jarak satu kilo tercium apalagi bau kamu yang lagi emosi ha ha ha ha”
canda wongso.
Aku hanya diam saja, bu dian yang aku lirik tak sedikitpun tertarik dengan percakapanku dengan wongso. Dia nampak lebih asyik dengan teman barunya itu. Wongso yang semula mencandaiku kini lebih memilih diam dan menungguku. Segera aku selesaikan makan siangku ini dan membayar.
“Nah gitu habis makan langsung bayar ha ha ha”
canda wongso.
“Ayo dah ditungu ma koplak”
ucap wongso.
“iya.. iya…”
balasku.
“bu dian, pak anda, saya pamit dulu”
ucapku kepada mereka berdua.
“iya mas, hati-hati”
ucap anda, bu dian tidak membalas kata-kataku.
Aku kemudian melangkah menuju wongso. Kuletakan tangan kiriku di bahu wongso dan berjalan di belakangnya. Sedikti canda kami berdua ketika menuju pintu keluar warung Casino De Granny.
“Ar…”
ucap bu dian.
“Eh…”
aku menoleh ke belakang.
“Hati-hati…”
lanjutnya.
Masih adakah kesempatan untukku
Langsung Aku tersenyum dan mengangguk ke arahnya. Sedikit dia melirikku namun dialihkan pandangannya ke makanan dan ke Anda lagi. Aku dan wongso kemudian berboncengan untuk menuju ke tempat parkir mengambil motorku. Entah, kenapa kata-kata itu yang selalu aku tunggu. Hanya dua kata ‘hati-hati’ dan itu sudah membuatku nyaman dalam melangkah, ada apa sebenarnya aku ini? apakah aku ingin membuatnya kembali lebih sakit dari biasanya? Atau masih adakah kesempatan untukku dan dia kembali bersama? Setibanya di tempat parkir, wongso malah tertawa ngakak.
“Ha ha ha ha ha kamu kelihatan cupu cat tadi”
ejek wongso di atas motornya tepat disampingku yang juga sudah naik di motorku.
“woi bocah aneh! Ada apa to sebenernya? Katanya ngajak kumpul”
ucapku.
“Siapa juga yang ngajak kumpul? Pakai nalar dong bro, ini masih siang anak-anak mana mungkin ada waktu longgar apalagi ini menjelang akhir tahun”
ucap wongso.
“Lha maksud kamu tadi ngajak aku keluar cepat-cepat waktu makan mmmm”
ucapku terpotong ketika wongso menyumpalkan sebatang rokok ke mulutku.
“aku tadi berangkat ke kampus, ke jurusan ngurus nilai, waktu pulang ditempat parkir ada motor kamu. Aku langsung punya piling kalau kamu pasti ke warung makan langgananmu. Aku terus kesana jalan kaki fyuuuhhhhh”
ucap wongso sambil menyemburkan asap dunhill-nya.
“lha tadi kamu pakai motor”
ucapku sambil menyulut api rokokku.
“Ya jelaslah, aku tadi pas sudah dekat lihat mbak dian masuk. Terus sedikit melongok ke dalam ada kamu”
ucap wongso.
“Lha apa maksudnya kamu ngajak aku cepat-cepat”
ucapku.
“yeee harusnya kamu berterima kasih sama aku, kalau kelamaan didalam bisa-bisa seisi warung kamu bakar, apalagi mbak dian bawa laki lain. Panas tuh hati kamu ha ha ha ha”
ucap wongso.
“Ah sialan kamu wong”
ucapku.
“begini ar, aku ndak tahu posisi kalian berdua seperti apa tapi paling tidak ketika aku melihat sebentar ketika mbak dian sudah di dalam aku lihat kamu salah tingkah, makanya aku jemput kamu”
ucap wongso.
“eh bentar-bentar… dari tadi kamu manggil bu dian pakai sebutan mbak?”
ucapku.
“Cemburu nih yeee. Ha ha ha… dia sendiri kok nyuruh aku manggil mbak, waktu dia main ke warung, bahkan koplak sekarang kalau manggil juga pakai sebutan mbak kecuali kamu jadian sama dia, mungkin aku akan manggil namanya saja”
ucap wongso santai.
“ndak mungkin wong… dia dosenku”
ucapku.
“Dulu aku juga berpikir sama dengan kamu ar”
ucapnya.
“maksud kamu?”
ucapku melihat wongso menghidupkan mesin motornya yang sudah mati.
“Aku dulu berpikir aku tidak mungkin menerobos api yang membakar rumahku untuk menyelamatkan ibuku. tapi ada laki-laki seumuranku yang tiba-tiba saja berlari masuk ke dalam rumahku itu dan membawa ibuku dengan susah payah…”
ucap wongso yang memandangku tajam.
“Fyuuuuuuuuuuuuh….”
disemburkannya asap dunhill ke arahku.
“itu beda wong….”
ucapku.
“sama saja cat, ketika aku berpikiran tidak mungkin ada orang lain yang berpikiran mungkin berarti semua itu mungkin untuk dilewati. Dan ketika kamu berpikiran bahwa itu mustahil dan orang lain berpikiran ada jalan, berarti ada jalan. Jangan terpaku pada pikiranmu, kotor itu bisa dibersihkan asalkan kamu mau. Aku pulang dulu cat, Cuma satu pesanku”
ucap wongso, yang membuat aku hanya bisa melihatnya memundurkan motornya.
“apa?”
balasku.
“JOMBLO JANGAN DIPELIHARA! Ha ha ha ha”
teriak wongso yang kemudian meninggalkan aku.
“KAKEK ANE KOWE WONG!”
balasku berteriak (kakekĀane merupakan makian dan sudah dijelaskan didepan kalau nubie juga bingung artinya apa).