Wild Love Episode 57
Wild Love (Episode57)
Royal Win Indonesia Entertainment – Wild Love Episode 57, Pagi menjelang, aku kemudian mandi bergegas menuju kampus. Mencari informasi tambahan mengenai kuliahku, mungkin saja ada mungkin saja tidak. Hitung-hitung sebagai mahasiswa aku tetap harus berangkat, walau sebenarnya kampus sedang dalam masa liburan akhir tahun. Tapi toh di sana ada penjaga juga, bahkan dosen dan karyawannya masih berangkat. Alasan lain aku ke kampus adalah ibu menyuruhku mengantarnya ke tante ratna, jadi mau ndak mau ya ke kampus. Sebelum pergi keluar rumah ibu memberikan ciuman mesra, lama kami berciuman seakan aku tidak ingin ke kampus. Namanya juga anak muda, jiwa muda dapat sesuatu yang indah pasti hawa di dalam diri tidak mau lepas. Tapi mau tidak mau harus berakhir juga.
Karena ibu memintaku untuk segera mengantarnya ke rumah tante ratna. Aku mengantarkan ibu terlebih dahulu ke rumah tante ratna, di rumah tante ratna cukup aman menurut penilaianku jadi kalau ada apa-apa di luar sana, ibu tetap aman. Kupacu REVIA dengan penuh kobaran semangat yang melempem. Kecepatan pengendara sepeda onthelpun tak bisa aku lewati ha ha ha. Sesampainya di kampus hanya ada informasi mengenai beasiswa di tata usaha fakultas. dan tak ada yang menarik selain informasi bea siswa. Selepas aku membaca informasi di tata usaha fakultas aku berjalan santai menuju warung yang biasa aku makan bersama rahman. Melewati gedung kuliah tercintaku, yang sebentar lagi aku tinggalkan.
“Rahman…. bagaimana kabarnya?”
bathinku.
Segera aku kirimkan BBM ke rahman menanyakan kabarnya sesampainya aku di warung. Aku duduk membelakangi pintu masuk warung.
Sewu kutho uwis tak lewati, sewu ati wes tak takoni (1000 kota sudah aku lewati, 1000 hati sudah aku tanyai). Ringtone Hpku. Rahman.
Woi ar, gimana kabarnya?
Lha kamu itu gimana, kalau aku baik-baik saja kang
Ane mah oke-oke saja ar
lagi dimana kok tidak pernah kelihatan di kampus
jangan bilang-bilang ya, ane sekarang pindah rumah, beberapa hari yang lalu mama ane bertengkar sama papa
HEH! Lha terus nasib kamu bagaimana?
tenang, ini lagi sidang, mama sudah ndak tahan sama perlakuan papa. Papa saja malah santai menanggapinya, dia malah senang asal pembagian hartanya 50:50
lha kamu kan belum kerja kang
Tenang brooooo… ane kan masih anaknya, dan aku dapat bagian dari papa ane
ouwh… emang masalah apa sih kang kok bisa sampai pisah?
Bajingan dia itu, waktu kemarin kapan aku lupa dia bawa cewek-ceweknya
terus?
ya ane sebenarnya dah tahu masalah kejiwaan papa ane, tapi ya ane kan diem. Kemarin ane titipin motor ane ke temen ane, terus pulang dan sembunyi dikamar. Papa ane ndak tahu kalau ane dirumah, ane intip dan ente tahu ar, dia benar-benar gila dan bajingan ar
kok bisa
ya bisa lah ar, dia main sama cewek-ceweknya dan mama ane diiket di depan mereka. Apa ndak gila itu
be be beneran itu kang?
beneran, makanya sekarang ane sama mama ane, honey moon bro ha ha ha
honey moon?
Ya kan ane dah pernah cerita ar, yang jelas sekarang ane dah ndak mau tahu urusan tuh bajingan. Kalau mati pun sukurin ha ha ha ha
hati-hati lho kang
Tenang, ndak ada yang tahu keberadaan kita ar. Oia masalah kuliah, ane sudah hampir skripsi ar
WEW cepet banget kang
Biasa… ane jatah tuh dosen eh ketagihan jadinya ya aku gampang lulus ar ha ha ha
Sialan kamu kang
Ha ha ha ha…. sudah dulu ar, nanti kalau suasana sudah reda ane kabari keberadaanku
okay kang
Tepuk jidat dah. Benar-benar orang tanpa beban hidup. Kumasukan telepon ke dalam saku jaketku.
Mengenai kelakuan buruk ayahnya
Sejenak aku berpikir mengenai sepak terjang rahman yang notabene lebih dulu ketimbang aku. Tapi dilihat dari manapun dia tidak pernah terlihat mengalami kegalauan, kecuali ketika putus dengan ajeng dan pertama kali dengan ibunya. Selepas kedua kejadian itu eh malah dia dapet keberuntungan terus. Rahman juga sudah tahu mengenai kelakuan buruk ayahnya, ya itu baguslah kalau saja nanti akan terjadi sesuatu pada ayahnya aku tidak perlu sungkan lagi.
“Mbok, nasinysa satu”
ucapku kepada ibu penjaga warung, biasa kalau manggil seenaknya saja aku. Kadang mbok, mak, ibu dan lain sebagainya.
“Pakai lauk ndak? Apa Cuma nasi putih le (nak)”
balas simbok.
“Ya pakailah, masa putihan emang lagi puasa”
candaku.
“Ya mungkin saja nasi lauk piring”
canda ibu warung.
“emang kuda lumping, cepetan mak dah laper”
ucapku, langsung ibu penjaga warung mengambilkan aku makanan.
“lha temen kamu yang arab itu kok ndak pernah kelihatan”
ucap ibu warung.
“indehoi mak”
balasku.
“dolanan (mainan) apa itu?”
ucap ibu warung.
“yaelah masa indehoi ndak tahu mak”
ucapku.
“indehoi itu ssst ssst ssst sst”
bisik anak perempuannya yang membantu jualan ibu warung, aku hanya cengengesan.
“LHO LHO LHO dah nikah itu anak?”
tanya ibu warung.
“belum”
ucapkku.
“Lho gimana to kok sudah gituan, ndak boleh to ya”
balas ibu warung yang berjalan mengantar makanan ke arahku.
“namanya juga anak muda mak”
balas anak ibu warung.
“anak jaman sekarang ck ck ck ck”
ucap ibu warung geleng-geleng, aku hanya senyum meringis saja.
“lha minumnya mana mak?”
ucapku.
“tuh kobokan (air bekas cuci)”
balasnya sambil lalu.
“Emangnya sini buto (monster). es teh mbak”
ucapku kepada anak ibu warung.
Selang beberapa saat minuman pun datang. Sedikit aku meminumnya dan kemudian mulai makan. Dengan sangat lahap aku memakan makananku.
“Kalau makan pelan-pelan ar”
ucap seorang wanita di belakangku, aku menoleh ke arahnya dan kuikuti gerakannya hingga dia duduk didepanku.
“Eh… mmmslamat pagi bu….mmmm”
ucapku yang kemudian menundukan kepalaku.
Tak ada kata-kata keluar dari mulut kami berdua, dia hanya memandangku memperhatikan aku ketika makan. Aku sama sekali tak berani memandangnya. Setelah selesai makan.
“Bagaimana kabar kamu?”
ucapnya, aku angkat wajahku dan memandangnya. Kulihat wajah wanita ini sekarang menjadi sangat datar kepadaku, tak ada lagi wajah sayu ataupun sendu.
“baik-baik saja bu, bagaimana kabar bu dian?”
ucapku mencoba tersenyum walau kemudian menunduk lagi.
“baik”
balasnya, biasa dan datar.
“Nda, makan sini saja enak kok”
ucapnya memangggil seseorang.
“Disini ya yan, okey”
ucap lelaki itu yang kemudian masuk dan menghampiri kami berdua.
“Kenalkan ini mahasiswaku, arya”
ucap bu dian kepada lelaki itu.
“Anda”
ucap lelaki itu, yang kemudian aku tahu namanya Anda.
“Arya”
balasku, entah kenapa bathinku serasa sesak ketika melihat seorang laki-laki berkulit putih dan tinggi ini. rambutnya kaku dengan model potongan cepak.
“saya lanjutkan makan saya dulu bu”
ucapku.
“iya silahkan. Sini nda, duduk sebelahku tapi pesan dulu, aku ndak makan”
ucap bu dian.
“okey yan”
ucap lelaki itu.