Wild Love Episode 56
Pikiranku untuk memasukinya lagi
Royal Win Indonesia Entertainment – Wild Love Episode 56, Aku memegang kedua pantat ibu yang montok dan besar ini. kulihat lubang anus yang merekah yang pernah aku masuki, timbul dalam pikiranku untuk memasukinya lagi. Tapi pertama aku harus membuat ibu ke puncak terlebih dahulu.
“Owh bu… bolehkah arya memasuki ini lagi, dulu arya pernah janji satu kali tapi arya kepingin lagi”
ucapku sambil memasukan jempol tangan kananku ke dalam anusnya.
“Arghh… terserah kamu sayang… oughhh… terserah… yang penting kamu puas dengan tubuh tua ini”
ucap ibu.
“Ibu memang sudah tua tapi tubuh ibu serasa 20 tahun yeah… menjepit banget tempik ibu”
racauku.
“Terserah owh… hajar terus sayang… hajar tempik ibu ouwh yahh begitu goyang lebih keras lagi… emmmhh… lebih dalam lagi sayangkuwh owh….”
racaunya.
Aku terus menggoyang tubuh dan pinggulku. Ibu meracau tak karuan ketika dek arya menghujam lebih dalam dan lebih keras dari sebelumnya. Tubuh bagian depannya ambruk tak kuat menahan hentakan demi hentakan yang aku berikan. Kepalanya menunduk mencoba melihat dedek arya yang menghujami vaginanya.
“Lebih cepat… ibu mauh…. owh… ke lu… ar…. aaaaaaaaaaaaaa”
teriaknya.
Dan kuhujamkan dedek arya lebih dalam dan kudiamkan. Menikmati sensasi cairannya keluar membasahi batang dedek arya. tubuh ibu tampak mengejang sebentar dan nafasnya yang semula tidak teratur menjadi teratur. Ku cabut dedek arya dan ku buka anus ibu dengan kedua jempolku. Kumasukan dedek arya secara perlahan.
“pelaan arghhhh… itu jarang kamu masuhki owh…. pelan sayang…”
ucapnya.
“Iya bu ini pelan, enak ndak bu?”
ucapku.
“Sakit tapi teruskan sayangh ouwh.. emmhhh…”
ucapnya, tubuhnya kembali terangkat menikmati tusukan dedek arya di anusnya.
“masuk semua bu, digoyang ndak bu?”
ucapku.
“Digoyang sayang biar kamu keluar, yang pelan dulu sayang jarang kamu masuki itu…”
ucapnya.
Aku kemudian menggoyang perlahan pinggulku. Semakin lama semakin cepat kepala ibu tampak mendongak keatas. Setelah ritme goyanganku stabil, aku peluk tubuh ibu. sempit dan lebih sempit dari vaginanya. Kupeluk tubuhnya, tangan kiriku kugunakan untuk menopang tubuhku dan tangan kananku kugunakan untuk memainkan susu ibu. kepala ibu menoleh kebelakang dan kami saling berciuman. Ciuman antara ibu dan aku semakin lama semakin panas membuatku semakin cepat menggoyang pinggulku. Saking kerasnya menggoyang, pinggul ibu jatuh kelantai dengan kedua tangannya menekuk. Kini posisi ibu telengkup dengan tangan tertekuk sebagai tumpuan dan kedua tanganku masuk kedalam meremas susu ibu.
“ouwh bu… arya rasanya pengen keluar…”
racauku.
“keluarkan… pejuhin ibumu nak ouwh… ”
balasnya.
“owuh ibu tempikmu enak, anusmu enak susumu besar, arya mau keluar bu….”
ucapku.
“keluarkan sayang… pejuhin ibumu”
balasnya, langsung aku cabut dedek arya dan aku berlutut dibelakangnya.
Croot croot croot croot croot croot croot croot
Semburan spermaku tumpah dipunggung ada pula yang mengenai rambut ibu yang digelung. Setelah semua keluar, aku langsung duduk mengangkang disamping ibu. ibu kemudian berputar dan kepalanya berada dipahaku, dikulumnya dedek arya untuk membersihkan sisa-sisa cairan kenikmatanku.
“Ough… masih linu bu pelan… uftthhh…. has has has”
ucapku tersengal.
“slurppp mmm… iya sayang… oia mau makan ndak? Itu sudah ibu siapin.. slurrrppp….”
ucapnya.
“Sebentar bu istirahat, habis sarapan dan makan siang tempe masalahnya he he he”
ucapku.
“Tapi belum mimik susu kan?”
ucap ibu yang kemudian bangkit dan duduk di pahaku.
“Dimimik susunya sayang…”
ucap ibu.
Dedek arya pun tertidur karena kelelahan
Aku kemudian mengenyot susu ibu secara bergantian, dedek arya pun tertidur karena kelelahan. Tapi posisi ibu yang duduk di pahaku berbuat sedikit nakal. Tubuhnya naik turun dan menggesek-gesekan vaginanya di dedek arya. awalnya tidak begitu terasa tapi setelah beberapa lama ibu melakukan itu, dedek arya menjadi bangkit kembali. Dengan cepat ibu memasukan kembali dedek arya ke dalam vagianya.
“Ibu ndak capek?”
ucapku.
“capek sih capek, tapi kasihan tuh kedinginan makanya ibu selimuti hi hi hi”
ucap ibu nakal.
“Bu makan yuk…”
ucapku.
“Ayuk”
ucap ibu yang kemudian berusaha bangkit tapi aku tahan, aku peluk tubuhnya dan aku angkat dengan posisi dedek arya tertancap di vaginanya.
“nakal ya sayangku”
ucap ibu.
Kami kemudian menuju meja makan, aku duduk dikursi dan ibu sedikit membalikan tubuhnya mengambil makanan. Ibu kemudian berusaha menyuapiku tapi aku tidak mau. Aku suruh ibu mengunyah terlebih dahulu dan disuapkan ke aku setelah mengunyahnya.
“Kalau begitu ambilnya lebih banyak, ibukan juga lapar”
ucap ibu dan aku hanya tersenyum kepadanya.
Begitulah hari ini, ibu menyuapiku dengan makanan yang telah dikunyahnya. Dan kadang ibu menyuruhku mengunyah makanan yang akan dia makan. Hingga akhirnya setelah makan kami kelelahan dan mandi bersama. Ibu kemudian berpakaian sopan karena mungkin saja ayah akan pulang. Kami tidur dikamarku dan kupeluk ibu dari belakang hingga sore menjelang.
Aku terbangun dengan kepala sedikit pusing, dengan malas aku bangun dan menuju kelantai bawah. Kulihat jam menunjukan pukul 18:00, dan aku dapati ibu dengan pakaian yang sopan duduk di ruang TV. disambutnya aku dengan bibir yang maju kedepan dan kubalas. Ibu kemudian menunjuk-nunjuk ke arah pekarangan rumah. Langsung aku melompat dari tangga dan duduk di samping Ibu.
“baru datang…”
ucap ibu.
“Ouh… ada informasi bu?”
ucapku, ibu hanya menggeleng.
Ibu kemudian mengecilkan suara televisi, dan kami kemudian diam mendengarkan ayah yang berada dibelakang.
“Benarkah itu dia?”
“APA?! Bagaimana mungkin?!”
“ARGH! Kenapa bisa seperti ini? bagaimana dengan anak perempuannya dan istrinya? Apa ada dirumah?”
“APA?! Tidak ada sama sekali?!Pasti ada mata-mata disekitar kita, kita harus lebih hati-hati lagi”
“Oke reng (nico), kamu suruh orang awasi rumahnya”
(Suara televisi kemudian aku keraskan sedikit agar tidak menimbulkan curiga)
“Nanti aku akan ke sana, jam 10 aku belum istirahat setelah tadi malam”
“oia, jika nanti kamu melihat anaknya, langsung kamu bawa saja”
“Dan ingat… beberapa hari lagi, di cermin darat rembulan”
(Deg, ketika aku mendengarnya aku serasa telah melupakan itu semua)
“Dan… lewat email, sematpon itu (milik KS) kelihatannya menjadi sumber malapetaka kita”
Aku candai Ayah
Setelah percakapan itu, ayah kemudian masuk dengan wajah penuh rasa takut. Entah apa yang ada di dalam pikirannya tapi yang ada dalam pikiranku adalah sebentar lagi pasti aku akan menjatuhkanmu. Ayah kemudian duduk sebentar bersamaku dan ibu, kemudian aku candai Ayah. Ayah pun sedikit membalas, aku tidak berani membahas masalah yang baru saja aku dengar. Wajahnya tampak begitu suram dan kelam. Ayah kemudian beranjak pergi dan masuk ke kamar, setelah kurang lebih satu jam terdengar dengkur ayah.
Ibu kemudian memberitahuku mengenai berita di TV tentang orang yang terbakar dalam mobil. Ada 5 orang. 1 orang terbakar di dalam mobil yang tertabrak truk, 2 orang terbakar di dalam jurang, dan 2 orang lagi terbakar setelah menabrak monumen. Aku hanya tersenyum dan tiba-tiba ibu menciumku. Aku dan ibu kemudian bercumbu di ruang TV, tidak sampai main karena jujur saja habis tenagaku. Kami saling berpelukan dan aku juga meremas susunya. kami bercumbu di depan TV hingga ayah kembali bangun dari tidurnya. Kami berdua bersikap biasa saja. Ayah kemudian pamit keluar. Mungkin besok aku akan bermain lebih keras lagi.
Aku dan ibu kemudian kembali ke kamar masing-masinng untuk menghindari permainan selanjutnya. Aku masuk ke dalam kamar dan duduk didepan komputerku. Lama aku termenung memikirkan apa yang selanjutnya aku lakukan. Kubuka email dari om nico tapi juga tidak ada kabar berita. Aku bersandar sambil menguap di meja komputerku. Ku tumpuk kedua tanganku di meja komputerku dan kubenamkan wajahku ke dalamnya.
“Sial tak ada informasi, dan aku harus menuggu hingga malam tahun baru, tapi apa yang harus aku lakukan besok?”
bathinku.
Aku angkat wajahku dan kulihat kalung monel dengan gantungan cincin. Kuraih kalung itu, mencoba mengingat siapa pemilik kalung ini sebenarnya. Aku jadi ingat dengan kalung pemberian nenek mahesawati, kuambil kalung milik nenek. Ku letakan berjajar kedua kalung itu.
“ini punya nenek, ini punya siapa?”
ucapku sendirian.
Aku lingkarkan kalung itu
Ku ambil kalung nenek dan kuletakan ditempat dimana aku menyembunyikannya bersama sematpon KS. Ku pandangi kalung monel itu kembali, dan terus mencoba mengingatnya. Kuputar-putar kalung itu, terus aku putar-putar dihadapan kedua mata ini. Lalu aku lingkarkan kalung itu di pergelangan tanganku, jadi aku pakai seperti gelang.
“Ah… ternyata ini…”
bathinku yang kemudian tersenyum sendiri teringat akan pemilik kalung ini.
“Sudahlah… mungkin hanya akan menjadi kenangan saja”
ucapku perlahan. Kuletakan kalung itu di dalam saku dompetku dan kemudian kembali ke kasur empuk dan terlelap dalam lelahnya malam.
Mungkin sebagian manusia memiliki masa lalu yang indah
Mungkin sebagian manusia memiliki masa lalu yang buruk
masa lalu adalah sebuah catatan kenangan
Namun masa lalu adalah sebuah kenangan
Itulah mengapa kita bisa dihari ini
Itu juga karena masa lalu
Esok adalah sebuah misteri yang tak pernah kita ketahui
Misteri yang belum pernah kita hadapi
Hari ini, ya hari ini lakukan yang terbaik agar esok tidak menjadi buruk
Aku yakin esok selalu indah