Wild Love Episode 55

Operasi ibunya rani

Royal Win Indonesia Entertainment – Wild Love Episode 55, Rani membuat kami semakin lengkap hari ini. candanya membuat kami terpingkal-pingkal, apalagi setelah aku memberitahukan sebutan sahabat-sahabatku. Aku masih di kejar-kejar oleh motor dewo dan aris, terlihat ugal-ugalan namun bahagia. Bukan hanya aris, semua kena, aku juga. Ejekan-ejekan rani terus saja keluar sampai kita berada di rumah sakit Casino De Granny. Kami langsung berjalan menuju lantai di mana anton, udin, dan sudira sudah menunggu. Dan jelaslah ada tante asih di sana. Kami semua mendapat keterangan bahwa yang mengoperasi ibunya rani adalah Om Heri, adik tante asih yang sudah aku ceritakan sebelumnya.

“berdiri, baris yang lurus!”

bentak tante asih, membuat kami terkejut setengah mati. Tanpa bisa membantah, kami langsung berbaris lurus satu barisan.

“Maju satu persatu!”

bentak tante asih.

“ini lagi, keluyuran malem-malem”

ucap tante asih sambil menjewer telinga anton. Anton menggaduh dan langsung berjalan kebelakang tante asih.

“ini lagi, cowok bukan cewek bukan, mau cari pelanggan”

ucap tante asih menjewer sudira.

“Awwwwww… tante jangan keras-keras nanti dira tambah ndak cantik lho”

ucap dira yang langsung terdiam ketika melihat mata tante asih melotot. Dia kemudian berjalan kebelakang anton.

“kalian ndak usah maju”

ucap tante asih yang kemudian berjalan kesamping kami semua.

“ini juga. apalagi ini. kamu juga. ini tambah nakal lagi. dasar ndak bisa di atur. nakal kok ndak ketulungan ergh!. kapan tobatnya!. tambah kamu lagi. ini juga”

ucap tante asih yang berjalan di samping kami semua, setiap kata-kata yang keluar dari tante asih disertai jeweran.

“ganas!”

ucapku pelan.

“Apa kamu bilang ar?”

bentak tante asih.

“ndak tan endak kok”

ucapku.

“modaro (mati kamu)”

ucap dewo.

“sudah-sudah, pokoknya kalian kalau sedang mengerjakan sesuatu…. hati-hati, tante tidak ingin kehilangan kalian”

ucap tante yang membuat kami semua terharu.

“tanteeeeeeee eeee eee eee ee…”

ucap kami serempak.

“apa?! Apa?!”

bentak tante sambil mengepalkan tangan ketika kami hendak memeluknya.

“hi hi hi hi ternyata kakak-kakakku takut sama tante ya hi hi hi”

ucap rani.

“kamu juga?! Cewek keluar malam-malam, mau jadi apa?!”

ucap tante asih sedikit membentak rani.

“SUKURIIIIIIIIIIIIIIIINNNN!”

ucap kami bersama-sama.

“anu tan anu aaaaa… kak arya yang ngajak tan aaaaaaaaaaaaaa”

rengek rani, kami semua tertawa melihat tingkah rani.

Kami kemudian berkumpul, koplak semua duduk di lantai sedangkan tante asih duduk bersama rani di bangku. Tante memperkenalkan diri kepada rani dan kemudian mengatakan kepada kami jika operasi ibunya rani berhasil. Om heri menyarankan agar ibu rani menjalani rawat jalan Royal Win Indonesia.

“tapi tan itu anu…”

ucapku.

“Sudah tenang saja, anton sudah mengatakan semuanya. Itulah sebabnya om heri mau datang malam ini untuk mengoperasi. Dia sudah pulang sebelum kalian datang, dan tadi anton juga sudah bercerita mengenai apa yang kalian lakukan. Ingat kalian harus terus menyembunyikan identitas kalian. Jangan sampai ketahuan, dan kamu arya, hati-hati karena kamu paling dekat dengan mereka…”

ucap tante asih.

“Iya tan, hufffttttthh… tante sudah tahu semua mengenai dia?”

ucapku.

“Ketika kamu SD, tante sudah tahu kelakuannya… Aku tidak ingin mbak diah mendertia lagi. untuk tindakanmu malam ini dan seterusnya, tante akan mendukungmu”

ucap tante.

“Paling dekat? Dekat dengan siapa?”

tanya rani.

“Kamu belum cerita siapa kamu ar?”

ucap tante asih dan ku jawab menggeleng.

“Ran… Yang tadi kamu bakar…”

ucapku dengan senyuman.

“eh… iya kak…”

ucapnya.

“Satu komplotan dengan Ayahku, dan aku juga pasti akan menyingkirkan ayahku sendiri seperti kamu”

ucapku.

“Eh… tapi kakak tidak perlu melakukan hal yang rani lakukan tadi”

ucapnya tertunduk.

“Mungkin kamu melihat langsung penderitaan Ibu kamu, tapi aku tidak aku mengetahuinya dari sudut pandangku sebagai seorang anak, dan sudah ada beberapa yang menderita karenanya, dan aku tidak ingin itu semua berlanjut. Mungkin aku perlu belajar untuk lebih tegas lagi seperti kamu tadi”

ucapku, rani tersenyum memandangku.

“Wah masalah keluarga ini, kayaknya kita ndak perlu tahu… kita mau cari semoking areya, ada ndak tan?”

ucap hermawan.

“Di atap gedung, dan ingat puntungnya dibuang ke sampah kalau tidak, besok OB akan tante usulkan untuk libur”

ucap tante sambil menunjukan arah menuju ke atap gedung.

“lha? Apa kaitannya dengan kita tan?”

ucap dewo.

“Kalian yang akan menggantikannya”

ucap tante asih dengan pandangan yang sangat tajam.

“Hiiiiii… takuuuuut…. nanti dibersihkan bro, dulu rumah satu komplek sekarang satu rumah sakit ngeriiii… ganas”

ucap udin.

“Apa tadi yang kamu bilang?!”

bentak tante asih.

“lari bro…”

ucap wongso yang langsung lari dan diikuti oleh teman koplak yang lain. Kini tinggal aku, tante dan rani.

“Ran, nanti setelah ibu sedikit baikan. Akan tante bawa kerumah tante dan kamu juga tinggal bersama tante ya, masalah nanti kebutuhan kamu akan tante penuhi, okay?”

ucap tante asih.

“hiks terima kasih tanteee…. huuuuu… huuuuu… ndak nyangka akan bertemu keluarga sebaik ini hiks hiks hiks”

ucap rani sambil memeluk tante.

“sudah, kamu katanya dah jadi adiknya arya, berarti kan keponakan tante”

ucap tante asih.

“Iya tuh, lagian si arman anak pertama tante yang masih SD kan pengen banget punya kakak perempuan”

ucapku.

“he’em nanti kamu mainnya sama anak-anak tante ya ran”

ucap tante asih.

“He’em…”

ucap rani yang memandang tante asih sembari mengusap air matanya.

“Sudah, kamu sekarang boleh menemani Ibu kamu ya, tuh kasihan ibu kamu sendirian, tapi jangan dibangunin ya, biarkan ibu kamu istirahat”

ucap tante asih.

“iya, tan…”

ucap rani cipika-cipiki dan kemudian berdiri.

“Makasih kakak ehem.. cup”

ucap rani yang berjalan dan mengecup keningku yang sedang duduk di lantai.

“iya ngeng cengeng…”

ucapku, rani hanya menoleh tersenyum dan tetap berjalan ke arah ruang kamar ibunya.

Seandainya tidak ada dia pun langit masih biru

Setelahnya hanya tinggal aku dan tante asih. Tante memandangku dengan tatapan lembutnya, aku hanya menaikan bahuku. Tante kemudian tersenyum dan melambaikan tangannya agar aku mendekat. Aku pun mendekat kearahnya dan duduk dilantai membelakanginya, bersandar pada bangku tempat duduk tante asih. Aku duduk dengan kedua kakiku kutekuk ke atas Royal Win Indonesia 4.

“Ar…”

ucapnya.

“ya tan…”

balasku.

“hati-hati, dia terlalu berbahaya…”

ucapnya.

“mungkin tan, tapi aku sudah tahu kebusukannya dan karena kebusukannya juga aku lahir”

ucapku.

“Ibumu cerita semuanya?”

ucapnya.

“He’em… dari awal hingga akhir”

ucapku.

“Kakekmu sebenarnya tidak setuju dengan pernikahan Ibumu tapi karena itu janji kakek buyutmu ya kakekmu mau bagaimana lagi, walau kakekmu tahu itu hanya akal-akalan keluarga ayahmu. Karena kakek menghormati kakek buyut dari ayahmu dan kakek buyut dari ibumu, kakekmu mau. Tapi ternyata laki-laki itu busuk sekali, kakek tahu setelah beberapa tahun ayahmu mulai menjabat”

ucap tante.

“aku sudah tahu, dan tante jangan salahkan kakek wicak dan nenek mahesa, mereka juga sama menderitanya karena ulah bajingan itu”

ucapku.

“Kamu kok tahu kakek dan nenek dari ayahmu?”

ucapnya.

“Aku mencarinya dan mereka menceritakan semua. Mereka ahhhh… setelah bercerita meninggal di pelukanku”

ucapku.

“Eh… jadi kamu sudah melakukan pencarian… hati-hati, dan jaga keluarga ini ar… semua bergantung padamu”

ucap tante.

“Eh… maksud tante?”

ucapku.

“Kita semua sudah tahu akan gerak-gerik Ayahmu, lambat laun dia pasti akan menyingkirkan keluarga kita. Semua sebenarnya sudah berusaha untuk menjatuhkan ayahmu tapi akar dia terlalu kuat jika dihadapi dengan face to face. Harapan kami ya kamu, karena dia tidak pernah tahu kamu”

ucap tante.

“hmmm… aku pasti bisa menghancurkannya…”

ucapku.

“kami selalu akan mendoakan dan mendukungmu, jaga ibu kamu ya?…”

ucap tante, aku hanya mengangguk pelan.

Keheningan dari kami berdua…

“bagaimana dian?”

ucap tante.

“Eh…”

aku hanya menunduk di sela-sela kakiku yang tertekuk.

“hari minggu malam, sekitar pukul 22:00 dia duduk diruang tunggu pasien lanta bawah…”

ucap tante.

“Eh….”

aku terkejut dan menoleh ke arahnya.

Malam ini aku mendapat shift jaga malam. Tepat dihari minggu, aku selalu berjalan-jalan memutari rumah sakit untuk sekedar menghilangkan penat dan kantuk. Tepat diruang tunggu lantai bawah aku melihat seorang wanita yang sudah tidak asing lagi bagiku. Dia Dian, dosen dari keponakanku. Dia duduk terus menatap ke arah mesin penjual makanan dan minuman. Aku berdiri disampingnya dengan jarak beberapa bangku kursi. Dia memandangku sebentar dan kemudian menoleh kembali ke arah mesin itu.

“bagaimana… ” ucapnya memecah keheningan

jika mesin itu rusak mbak, padahal ada seorang pembeli sangat menginginkannya?” ucap dian, aku sedikit terkejut ingin aku mendekat kearahnya namun aku tahan sebentar

“cari yang lain…” hanya itu yang terucap dari bibirku, dan sedikit aku meliriknya

“haruskan seperti itu?” ucapnya tanpa menoleh sedkitpun

“tidak juga, bisa juga kan dibeli dan diperbaiki” ucapku

“jika kerusakannya sangat parah…” ucapnya

“aku tidak mengerti maksudmu yan, sangat tidak mengerti…” ucapku heran, kemudian kami diam. Dari pandangan matanya aku bisa melihat sesuatu yang dia lihat. Aku kemudian tersenyum sendiri.

“huffffthhh…” hela nafas panjang dian, yang kemudian dia berdiri memandangku

“terima kasih” ucapnya sembari membungkukan badan dan meninggalkanku

“Hei….” ucapku memanggilnya.

“aku kemudian mengatakan sesuatu kepadanya, dan maafkan tante jika akan ada hasil yang ya bisa buruk bisa juga baik, tapi tante tidak tahu selebihnya…”

ucap tante.

“Apakah dia menceritakan tentang aku?”

ucapku.

“ya, hanya saja tidak semuanya ada yang dia sembunyikan dari cerita tentang kamu”

ucap tante.

“Aku terlalu kotor untuknya…”

ucapku.

“Makanya pakai deterjen, direndam dan dibersihkan…”

ucap tante dengan canda.

“Semua tergantung kalian berdua. Sudah, tante mau menemani rani. Pagi nanti, jika ibu rani sudah siuman akan langsung tante bawa kerumah. Administrasinya sudah tante palsukan jadi kamu tenang saja, pihak rumah sakit sudah tante atur”

ucapnya sambil meninggalkan aku.

“Atur?”

ucapku.

“kan ada om kamu, tante, dan pak dhe Anas sahabat pak dhemu, jadi everything will be fine, urus tuh cinta kamu hi hi hi”

ucapnya, aku hanya memandang tante asih berlalu.

Aku menerawang ke atas kembali, setelah semua aku lalui hari ini nampaknya akan menjadi sangat rumit hubunganku dengan bu dian. masa bodohlah, seandainya tidak ada dia pun langit masih biru dan daunpun masih hijau kecuali yang sudah layu atau mati. Aku bangkit dengan langkah yang malas ke arah atap gedung. Dalam langkah ingatanku kembali ke masa-masa dimana semua masih indah, masa-masa dimana semua masih lugu. Masa dimana aku bersama mereka kembali koplak, rasanya aku ingin sekali kembali ke masa SMA Royalwin.

“Weh weh weh… surem banget wajahmu ar?”

ucap udin.

“Sini dira peluk biar ndak surem lagi?”

ucap dira sambil membuka kedua tangannya.

“O… lha kenthir (Gila), teman sendiri mau diembat juga?!”

ucap dewo.

“Hayah, sudah bro, yang surem itu juga siapa. Rokok!”

ucapku dengan gerak tangan meminta rokok.

Wongso dan anton yang kemudan berdiri dan melangkah menjauh dari rombongan melambaikan tangan mengajakku untuk mengobrol. Dia kemudian duduk di lantai atap gedung. Aku menyusulnya, entah apa yang akan dia katakan kepadaku.

“Sini ar, aku mau bicara dulu”

ucap anton.

“Ada apa?”

ucapku sembari duduk di depan mereka berdua.

“Dia akan tinggal bersama tante asih, dan aktifitas sebagai mahasiswinya untuk sementara di tinggalkan dulu. Lagian ini libur semester 7, besok semester 8, rani hanya tinggal bimbingan. Jadi tidak masalah jika dia tidak bimbingan terlebih dahulu, dia bisa bimbingan kalau situasinya sudah mulai reda dan tenang. Masalah registrasi kuliah di semester genap (8) akan diurus oleh tanteku, jadi sekarang rani dipingit”

ucapku.

“baguslah kalau begitu… Oia ar, bagaimana ayahmu?”

ucap anton.

“Iya bagaimana dengan dia?”

ucap wongso.

“Sementara ini, selama Ayahku dirumah tidak ada percakapakan atau pergerakan yang mencurigakan. Rumah baginya hanya terminal pemberhentian bus sementara, habis masuk rumah 1-2 jam kemudian keluar lagi”

ucapku.

“Lha ibumu ndak papa ar?”

Ucap wongso.

“Ibu, begitu juga aku malah lebih bahagia ketika dia tidak ada dirumah”

ucapku.

“Ada informasi tambahan?”

ucap anton.

“Tidak ada nton, mungkin kita menunggu reaksi mereka setelah kematian tukang”

ucapku.

“benar, kita tunggu saja…”

ucap anton.

“Ton…”

ucapku, dia menoleh kearahku.

“Jangan beritahukan ke teman-temanmu mengenai aksi kita, aku tidak ingin IN mengambil bagian dari kesenanganku yang berbahaya ini”

ucapku.

“Kesenanganmu? Kesenangan kita kali”

ucap wongso dan anton bersamaan.

“Eh…”

aku terkejut dengan jawaban mereka, anton kemudian berdiri.

“Tenang bro, selama masih ada koplak, biarkan koplak yang menanganinya. Untuk rencana, kita bisa mengaturnya, selama kita masih punya keberanian terutama berani mati. Well… koplak will handle it”

ucap anton sembari melangkah pergi menuju ke kerumunan koplak yang lain, aku hanya memandangnya dengan tersenyum kecil.

“Cat…”

ucap wongso, aku menoleh ke arahnya.

“Kemarin dian ke warung, dia mengobrol denganku…”

ucap wongso.

“Eh…”

aku hanya tertunduk.

“Sudahlah… aku sudah tidak ingin mendengarnya lagi”

ucapku.

“tapi dia mendengarkan aku tentang seorang lelaki yang bukan apa-apa sekarang menjadi apa-apa untuk sahabat-sahabatnya”

ucap wongso.

“Ah…. terserah kamu mau cerita apa wong, aku sudah tidak peduli lagi”

ucapku, sembari menyulut dunhill dan melepaskan asapnya ke arah langit.

“Terserah kamu juga cat, mau mendengar atau tidak… Dia hanya bertanya kepadaku, tentang seorang lelaki, tentang masa lalunya, dan kemudian aku bercerita mengenai 11 orang yang egois!”

ucapnya dengan sedikit mengeraskan suaranya ketika mengatakan 11 orang egois.

“Keras kepala”

ucap dewo.

“sok jago”

ucap karyo.

“Pemarah”

ucap udin.

“suka menang sendiri”

ucap anton.

“Suka membully”

ucap tugiyo.

“Suka menindas”

ucap joko.

“Suka menghina”

ucap parjo.

“Suka memaksa ciiiin”

ucap dira.

“dan tak mau menerima pendapat orang lain”

ucap aris, ucap mereka secara bergantian dan aku hanya menoleh kearah mereka.

“tapi disatukan oleh satu orang, yang kemudian jumlah mereka menjadi 12 orang. sebenarnya ketika mereka menjadi satu belum ada namanya, hingga ketika ke-12 orang ini bersatu dan sedang berkumpul untuk sekedar nongkrong di nasi kucing. Tiba-tiba, sekelompok orang menamai diri mereka geng tato dengan jumlah lebih dari 20 orang, mengobrak-abrik nasi kucing tempat ke-12 orang itu nongkrong. Tapi dengan santai ke-12 orang itu menghajar mereka dan menjadikan mereka bahan banyolan di hadapan semua orang. hingga ada orang yag berteriak, ‘matur suwun geng koplak’ dan mulai saat itu, semua mengenal yang namanya geng koplak”

ucapnya aku hanya tersenyum kecil kepada wongso.

“dan ketika itu aku menceritakan bagaimana satu orang yang menyatukan ke-11 orang lainnya itu menolong ibuku dari kebakaran”

ucap wongso.

“bahkan mengambil BPKB dan STNK serta motor kakeknya untuk membayar biaya rumah sakit adikku”

ucap anton.

“Ada lho, yang ngambil perhiasan ibunya Cuma buat ngelunasi utang bapakku”

ucap joko.

“Bahkan sampai berdarah-darah nolongin adik perempuanku yang hampir diperkosa sama geng kemarin sore”

ucap dewo.

“dan sialnya lelaki itu juga bantu ngelunasi hutang ibuku di lintah darat, andai saja ndak dilunasi mungkin udah ndak punya rumah aku”

ucap karyo.

“ada juga yang setiap hari ngurusin kambing-kambingku ketika aku nungguin ibuku dirumah sakit, eh ditambah lagi pas keluar dari rumah sakit dan mau bayar, sudah lunas semua biayanya”

ucap aris.

“Bahkan ada yang bantu modal ibu dan bapakku buat jualan, agar aku bisa ngelanjutin sekolah dan ndak perlu kerja”

ucap udin.

“ada juga yang nolongin aku waktu aku dijebak cin sama mata keranjang, untung waktu itu ndak jadi mati cin, dibuang coba di tengah hutan, untung tuh ada yang nyariin aku setelah 2 hari aku ndak kelihatan”

ucap sudira.

“Ada juga yang bayarin biaya operasi kakekku dan ayahku yang kecelakaan bersama waktu itu, ya walau akhirnya kakek meninggal tapi paling tidak aku masih bisa melihat ayahku sampai sekarang”

ucap tugiyo.

“Ada, waktu ruko ayahku dan ruko ayah hermawan terbakar ludes. Sudah ndak tahu mau kemana, ditambah lagi pak’e sama mbok’e semuanya ndak punya uang. Tapi tiba-tiba, selang satu minggu ruko itu sudah berdiri lagi di pasar besar”

ucap parjo.

“ya, aneh kan wong terbakar ludes, selang satu minggu ndak pernah tak lihat lagi. Eh dikasih tahu orang pasar, kalau rukoku dan ruko parjo dah siap untuk jualan. Barang dagangannya saja sudah lengkap didalam”

ucap hermawan mengiyakan parjo.

Aku sudah menganggap mereka keluarga

Mereka semua yang berkerumun memandangku dengan senyum. Aku hanya mampu tersenyum lebar setelah semua yang aku lakukan telah diketahui mereka semua. Ya, waktu masih SMA aku menyembunyikannya sebelum aku baru berkumpul dengan mereka, baru saja berkumpul dan belum mempunyai nama. Aku sudah menganggap mereka keluarga, karena mereka aku juga memiliki banyak teman. Kejadian itu semua sudah berlangsung sangat lama, dan ketika itu mereka belum tahu walau akhirnya mereka tahu.

“itu catatan masa lalu br…”

ucapku.

“masa lalu dengan tinta emas bagi kami semua”

ucap wongso.

“Dia tidak hanya datang kepadaku, tapi ke mereka semua. Bertanya tentang laki-laki itu”

ucap wongso sambil berdiri.

“Dan kemarin dia ngabisin satu plastik besar tisu dirumahku, belum dibayar lagi? He he he he”

ucap udin.

“Hei… semua orang pernah melakukan hal yang salah, tapi apa salahnya jika dibenarkan. Dia memang tidak bercerita secara detail mengenai lelaki itu, tapi sebenarnya teman-temannya ada yang pernah melakukan itu. Tapi karena ada bidadari datang dalam hidup mereka, mereka berhenti karena tidak ingin membuat sakit bidadarinya. Ada yang berhenti mabok, ngedrugs, nyabu, ngesek-ngesek dan masih banyak lagi, semua mereka lakukan agar bidadari yang datang tidak pergi lagi”

lanjut wongso yang membungkuk dengan kedua telapak tangannya meremas lututnya. Wajahnya tepat didepan wajahku.

“jika kamu merasa bersalah, jangan terlalu merendahkan diri kamu. Rendah hati boleh tapi rendah diri jangan. Bersikaplah sewajarnya kamu…”

ucap wongso meninggalkan aku dan berkumpul bersama mereka.

Aku termenung dengan ucapan wongso, entah apa yang ada dipikiranku saat ini. kosong dan tak menentu. Dian, kenapa kamu datang lagi, apakah kamu benar-benar ingin tahu aku sebenarnya? Masa bodohlah, aku akan mencari permaisuriku yang sebenarnya jika itu bukan kamu.

“Woi! Kumpul sini napa, biar kaya manusia”

ucap dewo dan karyo.

Aku kemudian berdiri dan berjalan kearah mereka. Mereka tersenyum kepadaku, ada yang mengacungkan jempol, jari tengah, jempol kecepit dan aku hanya bisa tersenyum memandang mereka. Tak ada pembicaraan mengenai apa yang terjadi malam ini, apa yang terjadi dengan dian. yang ada kami bercanda semalam suntuk hingga pagi menjelang.

Rembulan itu menjadi teman kami selama berkumpul
Rembulan yang sama ketika aku bersamamu
Namun apalah dayaku
Aku terlalu kotor untukmu
Maafkan aku wahai rembulan terang, saksi bisuku
Saksi bisu tentang kisah cinta yang gelap

Royal Win Indonesia Entertainment l Miku naruse 1 l Wild Love 55
Royal Win Indonesia Entertainment salah satu website entertainment yang menyajikan cerita dewasa terlengkap dan terpopuler
Pages: 1 2 3

You may also like...