Wild Love Episode 48

Wild Love (Episode 48)

Royal Win Indonesia Entertainment – Wild Love Episode 48, dengan langkah tegapku mencoba untuk bertahan dan mencoba untuk tetap tegar atas apa yang aku lihat. Masih di sini aku melangkah keluar dari gedung jurusan. Seakan tak ingin memperlama waktu kaki ini kemudian mulai berlari dengan sendirinya. Tak ada tempat yang terindah bagiku di kampus kecuali belakang gedung kuliahku. Aku duduk dengan kaki lurus ke depan, tatapan mataku memandang langit biru

“Bodoh kamu ar bodoh kenapa kamu bisa jatuh cinta dengan wanita seperti itu hiks hiks hiks”

ucapku pelan.

Kakiku dengan sendirinya mulai menekuk, tanganku memeluk kedua kakiku. Wajahku terbenam di antaranya, air mata mulai menghiasi keheninganku. Sebuah ketidak adilan, memang semua ini harus terjadi kepadaku yang selama ini selalu bermain-main hati. Aku jadi ingat ajeng dan mbak erlina, bagaimana perasaan mereka ketika hanya aku anggap sebagai seorang sahabat padahal mereka menyayangiku.

Hingga detik ini aku masih tidak percaya dengan yang aku lihat entah darimana air mata ini mengalir lebih deras dari sebelumnya. Untuk kedua kalinya aku merasa seperti burung yang terbang tinggi dan untuk kedua kalinya pula aku di tarik jatuh hingga ke dalam palung laut. Lama aku berdiam hingga air mata ini berhenti mengalir, selama itu pula matahari lelah menemaniku. Senja datang dengan warna langit menguning. Ku luruskan kembali kakiku, kuambil sebatang dunhill dari saku celanaku.

“sssssss aaaaaaaaah…. Kamu memang bodoh ar, kenapa kamu harus menangisi wanita seperti itu? Ha ha ha ha ******! ”

ucapku dengan nada sedikit keras dengan ditemani asap dunhill.

Kuhabiskan sebatang dunhill dan segera aku berjalan menuju kamar mandi dan membasuh mukaku. Kulihat wajahku di dalam cermin itu, Aku hanya mampu menatapnya dan kemudian aku tertawa terbahak-bahak sendiri. Menertawakan kebodohanku, menertawakan cinta yang mulai tumbuh kembali. Benar-benar hal bodoh telah aku lakukan kenapa aku harus mencintai wanita yang sama sekali tidak mencintaiku. Aku bisa tertawa namun hati terasa lebih sakit, semakin aku tertawa semakin aku merasakan emosi yang terbakar oleh Royal Win Indonesia 4.

Baru saja aku sampai di tempat parkir

Di luar kamar mandi kusulut sebatang dunhill, kadang ketika teringat kejadian yang baru saja terjadi aku tertawa sendiri seperti orang gila. Dengan langkah tegap dan senyum kesedihanku aku melangkah menuju tempat parkir yang sudah mulai gelap ini. benar-benar bodoh, dia itu bukan apa-apaku, kenapa juga aku menangisinya? Dia mau di lamar, di cium, bahkan mau ngeseks di tempat umum pun bukan urusanku kan. Seharusnya aku paham tentang hal ini, Arya… aryaaa. Baru saja aku sampai di tempat parkir, hanya REVIA yang berdiri di sana. Berdiri dengan setia menanti kedatanganku. Ya, masih di pinggir tempat parkir yang dekat dengan gedung jurusan lain.

“Ar….”

tiba-tiba suara seorang wanita memegang tangan kiriku, aku menoleh ke arahnya. Bu Dian.

“aku mohon apa yang kamu lihat tidak seperti yang kamu pikirkan”

ucapnya lembut dengan mata sedikit berkaca.

“Eh Ibu Dian, Maaf bu, saya mau pulang dulu”

ucapku tersenyum memandangnya dengan menghempaskan keras tangan kiriku agar lepas pegangan tangannya.

“Arya, aku mohon dengarkan aku dulu ar, jangan pergi ar”

ucapnya dengan kedua tangannya meraih kembali tangan kiriku.

Sebelumnya aku sudah mencoba untuk tenang, tapi ego dalam diriku menguasaiku, seperti halnya api yang mulai membakar kepalaku.

“Apa?! Mau apa lagi??? Mau mengancamku TA-ku lagi, iya begitu? Kalau perlu bakar saja TA-ku, aku masih bisa mencari dosbing lain selain kamu, masih banyak yang mau membimbingku dengan hati mereka, tidak seperti kamu!”

bentakku yang kehilangan kendali pada logikaku sendiri.

“Arya, kamu tidak seharusnya bicara seperti itu kepadaku, tolong dengarkan aku”

ucapnya.

“Oh iya ya kamu itu dosenku harusnya aku itu lebih sopan lagi ya kepadamu, lebih ramah lagi ya ha ha sudah lepaskan aku mau pulang bu doseeeeeen”

ucapku dengan nada sinis kepadanya, tanganku aku hempaskan lagi lebih keras dari sebelumnya dan mulai melangkah ke tempat parkir.

“Arya, apa yang kamu lihat tidak seperti yang kamu kira, mengertilah Ar!, aku dipak….”

ucapnya dengan nada sedikit keras.

“Mengerti? Memangnya kamu itu siapa aku? Pacar bukan? gebetan juga bukan? Kenapa aku harus mengerti?”

ucapku seketika itu berhenti dan setengah berbalik memandangnya, masih dengan nada sinis dan benci kepadanya.

“Ar… itu…”

ucapnya terpotong.

“Kenapa Bu? Ayo dong jelaskan! Kenapa saya harus mengerti ibu? ibu mau ciuman, mau ngapain terserah ibu dan ibu tidak perlu memikirkan perasaan saya, saya kan hanya mahasiswa tanpa penghasilan, mahasiswa bodoh yang kenapa harus menyukai dosen pembimbingnya sendiri! Dan itu adalah hal terbodoh yang pernah aku lakukan!”

ucapku membentaknya.

“Arya, kita bicarakan baik-baik ar, kita bisa bicara ditempat lain atau….”

ucapnya kembali terpotong.

“Apa? Mau memperlihatkan ke aku sesuatu yang lain lagi bu? Kemarin tunangan sudah, sekarang ciuman, nanti ibu mau memperlihatkan tontonan gratis ke aku ketika ibu bermadu kasih dengan kekasih ibu, felix itu? Wah ter….”

ucapku tepotong.

PLAK…. sebuah tamparan mendarat di pipi kiriku dan refles tangan kiriku memegang pipi kiriku.

“Maaf Ar aku… aku tidak bermaksud menamp…”

ucapnya kembali terpotong.

“Ha ha ha santai saja bu, lha wong di pukul sama botol saja saya masih bisa berdiri apalagi Cuma ditampar, ndak masalah bu. Lebih baik ibu jangan disini, ditunggu tuh paling sama pak felix di jurusan, saya tak pulang dulu”

ucapku, masih sinis.

“Aku bukan wanita murahan seperti yang kamu kira ar, aku tidak menyangka kamu bisa berpikir seperti itu, bahkan kamu tidak mau mendengarkan penjelasanku sama sekali, kamu benar-benar laki-laki egois ar, dan….”

ucapnya terpotong.

Ha ha ha… terus ada yang salah dengan lelaki egois ini bu? Kenapa ibu sebegitunya mencari dan menunggu lelaki egois yang selalu ibu sakiti perasaanya. Enak lho bu diajak terbang tinggiiiiiiii sekali, dua kali saya diajak terbang tinggi dan dua kali itu sayapku dipatahkan hingga harus TERJATUH DAN TERTATIH!”

ucapku dengan nada pelan santai dengan senyuman dan diakhiri dengan bentakan.

“Maafkan ar aku tidak bermaksud untuk…”

ucapnya kembali terpotong.

“Sudahlah bu, kita ini hanya mahasiswa dan dosen, Ibu itu dosennya dengan gelar S2 yang nyentrik penghasilan yang wah, penelitian dimana-mana, prestasinya segudang dan aku hanya mahasiswa yang egois! terima kasih saya pulang!”

ucapku dengan segera berjalan cepat menuju motorku.

“Arya… arya tunggu arya, aku ingin bicara denganmu jangan pergi dulu, aku mohon, aku ingin mengatakan sesuatu, arya…”

ucapnya yang berjalan serta sambil mecoba meraih tanganku kembali. Aku masih berjalan tanpa menghiraukannya. Hingga aku naik motor dan memakai helm, wanita ini masih saja mencoba menahanku.

“Ibu doseeeeen yang cantik, baik, dan penuh pengertian. Saya undur diri dulu dan mohon untuk tidak menghalangi saya”

ucapku yang langsung memundurkan motor dan menghidupkan motorku, segera aku mengarahkan motorku ke arah keluar tempat parkir. Tiba-tiba wanita itu berdiri di depanku dengan tangan terbuka lebar.

“Arya, aku mohon, maafkan aku , aku juga memiliki perasaan….”

ucapnya kembali terpotong dengan keegoisanku.

“Lho Ibu punya perasaan? Saya kira ndak punya bu ha ha ha lucu ya bu ha ha ha. Sudah bu, saya mau pulang, Ibu mau ngapain dengan dosen saya yang laki-laki itu ndak ada urusannya dengan saya bu. Mau salto, mau kayang, mau main lompat tali pun juga ndak ada urusannya dengan saya bu dan jangan perlihatkan ke saya lagi ya buuuuu karena saya tidak dibayar untuk nonton Ibu. dan ibu ndak perlu meminta maaf kan Ibu tidak salah, benar kan bu??”

ucapku yang mencoba meminggirkan motor.

“bisa minggir ndak bu! Dasar dosen ndak tahu aturan! Kalau berdiri jangan ditengah jalan woi! Denger tidaaaaaaaaak!”

ucapku kasar.

“Ar aku ndak nyangka kamu bisa mengatakan kata-kata kasar kepadaku ar, kamu…”

ucapnya terpotong dengan kedua tangan menutupi mulutnya.

“Dan saya juga tidak menyangka kalau saya bisa merasakan keindahan yang penuh dengan rasa sakit , PENUH DENGAN RACUN!”

ucapku sembari membelokan REVIA dan tancap gas meninggalkannya.

“Aryaaaaaa!”

teriaknya namun tak kuhiraukan.

air mataku juga mengalir di pipiku

Aku terus melanjutkan laju motorku, spion yang biasanya memperlihatkan kepadaku sesosok bidadari aku tekuk kebawa. Tak ingin lagi aku melihat ke belakang. Kenapa sih? Kenapa harus aku yang kamu terbangkan tinggi. Di pinggir pantai tempat dimana aku mengajak jalan-jala ajeng, aku duduk di bawah memandangi langit di sini menyesali semua yang telah aku lakukan. Membuang banyak sekali kesempatan yang sebenarnya indah untukku. Ajeng, Erlina dua wanita yang bisa saja aku jadikan tambatan hati, kenapa juga aku harus menyukainya? Dasar bodoh kamu ar.

Tik… tik… tik… tik… tik… tik… tik… tik… tik… tik… tik… tik… tik…

“Hai langit! Kenapa? jangan sok ikut campur perasaan orang! kenapa kamu juga menangis?”

ucapku kepada langit yang tak aku ketahui, ternyata gelapnya langit sekarang adalah gelap karena mendung.

Bersama dengan air mata langit jatuh membasahiku, air mataku juga mengalir di pipiku. Tak ada seorang yang tahu, mungkin aku yang bodoh karena menyalahkan langit. Sebenarnya dia bersimpati pada kesedihanku, mencoba menyembunyikan air mataku sendiri. Kenapa aku harus mengalami dua momen yang sangat menyakitkan? Melihat wanita yang aku sukai di lamar, dan yang terakhir sedang berciuman, apakah setelahnya aku harus melihatnya bermandikan keringat si atas ranjang?

Bodoh kamu ar, kamu memang bodoh. Kalau kamu suka kenapa tidak kamu nyatakan sejak awal. Kenapa kamu hanya diam dan mengaguminya? Sial, kenapa juga ada air mata? Kenapa tidak bisa berhenti? Dian, kenapa???

“AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA”

teriakku yang berdiri dari tempat aku duduk, berteriak sekerasnya dan sekencang mungkin dengan kedua tanganku terbuka lebar.

“Dian, kamu memang sangat indah, kamu memang sangat menakjudbkan, mengesankan bahkan kamulah yang paling indah diantara yang terindah. Tapi… tapi… AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA kamu racuuuuuuuuuuuun!”

teriakku.

“Arya… arya, dasar laki-laki bodoh! Banyak keindahan yang menginginkanmu tapi kamu malah memilih keindahan yang menyakitkan. He he he he Ha ha ha ha ha ha ha ha hiks hiks hiks hiks”

ucapku yang kemudian lututku tertekuk dan tubuh depanku jatuh ke depan seperti orang menyembah.
Royal win indonesia entertainment | yuuna suzuki | Wild Love
Royal Win Indonesia Entertainment salah satu website entertainment judi online & slot online yang menyajikan cerita dewasa terlengkap dan terpopuler.
Pages: 1 2 3 4

You may also like...