Wild Love Episode 34
Ciuman demi ciuman
Darahku semakin terbakar, ciumanku kemudian semakin turun ke susunya yang masih terbungkus oleh pakaiannya. Kedua tanganku meremas kedua susunya. Ciuman-ciuman aku daratkan di kedua susunya. Kedua tangan mbak erlina memeluk kepalaku dengan erat, kulirik wajahnya tampak kedua matanya terpejam menikmati perlakuan yang aku berikan. Tangan kananku kemudian turun kebawah, kuselipkan dibalik bajunya dan merayap ke atas menuju gunung indah yang lebih indah dari Mount Everest.
Remasan-remasan kecil pada susu kanannya membuat desahan mbak erlina semakin menjadi-jadi. Segera aku singkap kaosnya ke atas dan tersembulah sebuah gunung kembar nan indah. Segera aku tarik kaosnya hingga terlepas. Payudaranya tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil, sangat pas dan masih sekal. Payudara yang dihiasi dengan puting kecil ditengah-tengahnya. Kecil? Kenapa kecil kok berbeda dengan punya yang sebelum-sebelumnya aku mainkan? Bodoh Ah!
“Arghhh… Arya… emhhh….”
desahnya yang hanya mampu memanggil namaku.
Matanya masih terpejam, kuciumi sekitar puting susu kirinya dengan tangan kananku membelai lembut susu kanannya. Ciuman memutar mendekati puting susunya dan hap, kulumat habis dan ku jilati puting susunya dengan penuh nafus. Tangan kananku pun memainkan puting susu kanan mbak erlina.
“Ergh… Ar, kamu sudah pernah yah… emmmhhh”
desahnya pelan.
“Slurp slurp… iya mbak slurp slurp…”
jawabku.
“Ar, dikasur saja punggungku sakit”
ucapnya kemudian aku bangkit dan memandang wajahnya.
Mbak erlina kemudian menciumku, tanpa dikomando aku membopongnya dan aku dudukan di pinggir kasur dengan ranjang berkaki pendek. Ciumanku saling beradu dengannya, tangan kanan mbak erlina membelai lembut selangkanganku yang masih terbungkus oleh celana jeansku. Dengan kedua tangannya, mbak erlina membuka celana jeans beserta celana dalamku.
Tidak ada komentar apapun
Di kocoknya lembut dedek arya dengan tangan kanannya. Tak ada komentar apapun tentang dedek arya dari mbak erlina, aneh memang beberapa perempuan yang bermain denganku selalu memberikan komentarnya tentang dedek arya. Kususupkan tangan kiriku kedalam celana training mbak erlina hingga menyentuh bagian kewanitaannya.
“Ahhh… pelan ar… slurpp….”
desahnya mulutnya yang kemudian tersumpal kembali oleh mulutku.
Dengan segera aku menarik celana trainingnya hingga terlepas, kini mbak erlina telanjang tanpa sehelai benang. Kumainkan jariku di klitorisnya, kadang aku kocok pelan jari-jariku di vagina mbak erlina.
“Argghhh… Ar… pelan Ar… emmmmhhh… aishhhh ashhhh aahhhh….”
desahnya melepaskan ciumanku dengan kedua tanganya berpegang pada kedua bahuku.
“Enak mbak…”
ucapku.
“He….em…. Ar erghhhhhh…..”
desah mbak erlina.
Kumasukan jariku lebih kedalam lagi tampak becek dan sempit. Tapi baru masuk pada kedalaman sekian centimeter, mbak erlina menahan tanganku.
“Masukan Ar, aku sudah tidak tahan lagi…”
ucapnya dengan wajah sayu-nya.
Tanpa berkata-kata aku kemudian merebahkan tubuh telanjang mbak erlina di kasurnya. Sejenak aku pandangi tubuh indah berbelut kulit yang putih kekuningan ini. wajahnya Ayu nan eksotis, payudaranya tampak sangat kencang dan menjulang tinggi keatas dengan hiasan puting kecilnya. Segera aku posisikan tubuhku di tengah-tengah selangkangan mbak erlina.
“Mbak yakin?”
ucapku, dia hanya menjawab dengan anggukanku.
“Maaf ya mbak, aku benar-benar sudah tidak tahan”
ucapku. Segera aku arahkan dedek arya ke dalam vaginanya.
“Arghhhh… PELAAAAN AR… SAKIIIIITTT…. hiks hiks” d
esah tangisnya, aku sedikit heran kenapa mbak erlina kesakitan, mungkin ukuranku terlalu besar baginya. Aku berhenti sejenak dan kemudian aku coba dorong lagi.
“Arghhh… Aryaaaaa… pelaaaaaaan… sakiiiit sekali hiks hiks hiks”
ucapnya mengiba. aku tak tega melihatnya kemudian menarik mundur dedek arya dari vaginanya. Namun kedua tangan mbak erlina meraih tubuhku untuk tidak menghentikan tindakanku.
“Mbak…”
ucapku.
“Sudah, tekan tapi pelan-pelan saja Ar…”
ucapnya dengan kening mengrenyit dan raut wajah kesakitan.
Aku tekan perlahan, kepala mbak erlina mendongak keatas menahan sakit. Kupeluk tubuhnya dan kucium leher jenjangnya itu. Dengan perlahan aku tekan lagi, namun ada sesuatu yang menghalangi pergerakan ujung dedek arya. Setiap aku mencoba menekannya, mbak erlina mengaduh keras, sangat keras membuat tubuhnya terangkat namun tetap aku tahan dengan pelukanku. Aku tidak habis pikir kenapa mbak erlina sangat kesakitan, sudah kepalang tanggung aku bangkit dan aku bertumpu pada kedua tanganku. Ku hentakan sangat keras untuk menerobos penghalang itu.
“Arghhhhh…. Sakiiiiiiiiit hiks hiks hiks hiks”
teriak mbak erlina dengan tubuh melengking keatas bertumpu pada kedua siku tangannya. Spontan, aku langsung memeluknya, kuraih kepalanya dengan tangan kananku dan ku cium bibirnya.
“Sakit banget ar… hiks hiks hiks”
ucapnya terisak.
“Kita hentikan saja mbak, mbak kelihatan kesakitan”
ucapku.
“Pelan-pelan saja Ar… hiks hiks”
ucapnya.
Semakin panas rintihan
Ku maju mundurkan pinggulku perlahan, rintihan sakit dari mbak erlina semakin menjadi-jadi. Namun selang beberapa lama, setiap gerakan pinggulku membuatnya merasakan kenikmatan. Mulutnya membentuk huruf O dan kedua tangannya memegang kedua lenganku. Vaginanya terasa sangat menjepit dedek arya, setiap gesekan dengan dinding vaginanya sangat terasa sekali.
“Erhmmm… terus ar, aku sudah bisa menikmatinya owhhh…. lebih keras sedikit ar. Lebih dalam lagi Ar, arghhh… asssshhhh… penismu menyentuh rahimku…”
desahnya lembut.
“Iya mbak…”
ucapku.
Aku menaikan tempo goyangan pinggulku secara perlahan. Semakin lama semakin cepat goyangan pinggulku. Tampak kenikmatan mulai di dapatkannya, tubuhnya bergoyang ke kanan dan ke kiri. Kepalanya menggeleng-geleng, wajahnya tampak sekali kepuasan. Suasana redup dalam kamar membuatku semakin cepat menggoyang pinggulku. Semakin cepat aku menggoyang semakin sensitif dedek arya. Benar-benar perasaan yang berbeda dari sebelum-sebelumnya. Vaginanya walau sangat becek tetap bisa mencengkram dedek arya.
“Ar… aku mau pipis.. ergghhhh…. Terus ar… erghhhh erghhhh erghhhh….”
ucapnya.
“Aku juga mbak, vagina mbak sangat nikmat, sempit sekalihhh owhhhhhhhh…”
desahku.
Aku semakin cepat menggoyang pinggulku, kurasakan spermaku sudah berada di ujung dedek arya. Payudara mbak erlina nampak bergoyang tapi tidak seperti payudara sebelum-sebelumnya yang dapat bergoyang naik turun. Payudaranya bergoyang namun tetap tegak menjulang.
“mba, aku hampir keluar… Aku keluar mbak, arghhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh”
teriakku.
“Aku juga Aryaaaaaaaaaaaaa….. aku pipissssss…..”
teriaknya.
Crooot croot croot crooooot croot croooooot croot croot croooooooot croot croot
Tubuhnya melengking keatas, dan langsung aku tangkap dengan pelukanku. Cairan hangat mengalir di batang dedek arya. Kupeluk tubuhnya dan aku ciumi seluruh wajahnya. Matanya terpejam menikmati sensasi yang baru saja dia nikmati.
“Ash ash ash ash ash….”
desah nafas mbak erlina.
“emmmm…..”
desahku yang membenamkan wajahku di susunya.
Sambutan hangat dari sebuah ciuman
Setelah nafasnya teratur aku kemudian mengangkat kepalaku dan kudaratkan ciuman di bibirnya. Dibalasnya ciumanku dengan sambutan hangat. Kami berpelukan dan berciuman sangat lama. Hingga akhirnya dia merasa lelah dan tertidur. Aku posisikan tubuhku di sampingnya dan kupeluk tubuhnya. Ku ambil selimut yang masih terlipat di bawah kakiku dan kututupi tubuhku dan tubuhnya. Jujur saja aku ingin menambah lagi tapi dengan melihatnya sangat kelelahan aku tak tega. Akhirnya aku ikut tertidur disampingnya. Plup… dedek arya keluar dari sarang barunya.
Malam sekitar pukul 02.00 aku terbangun dari tidurku. Aku kemudian duduk di samping mbak erlina yang masih terlelap dalam kelelahannya. Kupandangi wajahnya dan kukecup keningnya. Aku kemudian bangkit dan mengenakan celana jeansku dan kaosku, ku ambil minuman teh sisa dari makan nasi gorengku tadi. Aku kemudian keluar dari kamar dan duduk bersama sematponku, kusulut dunhil mild. Centung… BBM. Mbak erlina.
From : mbak erlina
Kok keluar, kenapa?
To : mbak erlina
Ngrokok mbak
Kleeek… mbak erlina mengeluarkan kepalanya tampak hanya mengenakan kaos ketat tanpa bra.
“Masuk saja, ngrokok didalam, jendelanya dibuka…”
ucap mbak erlina.
“Disini saja mbak lebih rileks”
jawabku.
“MA… SUK…”
ucapnya dengan wajah garangnya.
Aku kemudian masuk kututup pintu, kulihat mbak erlina berjalan di hadapanku dengan sedikit kesulitan melangkah. Di lepaskannya selimut yang menutupi bagian bawahnya. Ahhh… ternyata dia tidak mengenakan apa-apa.
“Kalau ngrokoknya sudah, tidur sama aku lagi, aku ingin dipeluk”
ucapnya.
“Yah mbak, sebentar lah, ini rokoknya kan sayang…”
ucapku sambil membuka jendela.
“iya… iya.. erghhh…”
ucapnya sambil kesakitan ketika hendak duduk.
“Ada apa mbak?”
ucapku.
“sakit tahu!”
ucapnya dengan wajah meringis.
“Eh…”
aku terkejut.
“Kenapa sakit? Ada apa dengan vagina mbak erlina? Apakah ukuranku terlalu besar untuk vaginanya?”
bathinku.
“Sakit kenapa mbak?”
ucapku.
“Heh! Sini… lihat!”
ucap mbak erlina sambil menujuk pada sprei berwarna putihnya. Aku bangkit dan menuju ke arah mbak erlina.
“kok ada darah mbak?”
ucapku polos.
“pura-pura bodoh lagi”
ucapnya.
“beneran aku ndak tahu mbak”
ucapku.
“Duduk sini”
ucapnya, aku kemudian duduk disampingnya dan di merebahkan kepalanya di dadaku.
“kamu pernah melakukannya?”
ucap mbak erlina.
“pernah”
ucapku.
“sama siapa?”
ucapnya.
“ya ada deh”
ucapku.
“pernah lihat seperti itu erghhh… aduh…”
ucapnya ketika mencoba menyilangkan kakinya.
“ndak pernah mbak”
ucapku. Kemudian mbak erlina bangkit dan memandangku.
“memangnya kamu mainnya sama siapa sich Ar?”
ucapnya.
“ada pokoknya, mbak”
ucapku.
“jujur sama mbak, kamu pasti main sama cewek-cewek yang sudah pernah begituan kan?”
ucapnya dan aku hanya mengangguk.
“pantes…”
ucapnya sambil merebahkan kepalanya lagi.
“pantes kenapa mbak?”
ucapku polos.
“Pantes kamu ndak pernah lihat darah!”
ucapnya.
“Kan kalau gituan ndak perlu ada darah mbak, di film-film juga ndak ada mbak”
ucapku.
“Ya jelas di film ndak ada, apalagi cewek yang main sama kamu sebelumnya. karena mereka sudah ndak perawan lagi aryaaaaa”
ucapnya.
“Eh… perawan?”
ucapku.
“itu darah perawan, kamu itu nyebelin banget, udah ngambil perawanku masih pura-pura bodoh lagi, iiiiiiiiiiiiih…”
ucapnya sambil membetet hidungku. Dia kemudian berbaring lagi.
“Lepas baju sama celanamu kalau mau tidur”
lanjutnya.
Kulepas pakaianku, seperti kerbau yang di cocok hidungnya aku menuruti kemauannya. Aku tidur disampingnya dan kupeluk tubuhnya, kedua tangannya dan juga tubuhnya tenggelam dalam dekapanku.
“jika seorang wanita belum pernah melakukan hubungan seks, pasti akan keluar darah ar. Contohnya aku”
ucapnya dengan mata terpejam.
“berarti mbak masih perawan dan aku yang memerawani mbak”
ucapku.
“iya arya sayang, itu hadiah buat kamu, jangan kecewakan aku ar… tepati janjimu padaku…”
lanjutnya. Aku tak mampu menjawab pernyataannya, aku hanya memeluknya.
“Ah benar-benar gila, pengalaman pertamaku dengan yang tidak perawan ada dan pengalamanku dengan yang perawan ada. Sungguh berbeda”
bathinku.
“mbak…”
ucapku.
“Hmm…”
jawabnya.
“Boleh lagi ndak?”
ucapku.
“Ndak, besok lagi, masih sakit tahu!”
ucapnya sambil menggigit kulit dadaku.
“bobo..”
lanjutnya.
“iya mbak he he he”
balasku.
Mau bagaimana lagi, jujur saja sensasinya sangat berbeda ketika dengan mbak erlina. Aku peluk tubuhnya yang hangat itu dan aku ikut terlelap dalam gelapnya malam.