Wild Love Episode 33
Suara Teriakan Wanita
Awan petang semakin petang, di hadapanku terdapat pertigaan jalan yang dimana kalau kita berbelok kekiri adalah gang buntu. Gang buntu ini biasa di gunakan para kawula muda untuk berpacaran sedangkan kalau berbelok ke kanan adalah jalan pulang. Ketika tepat di pertigaan itu aku mendengar suara teriakan seorang wanita.
“TOLOOOOOOONG!”
teriak wanita tersebut.
Aku menghentikan laju motorku dan segera aku arahkan motorku menuju suara teriakan.
“WOI! LEPASKAN DIA”
teriakku, sambil turun dari motor dan melepaskan helm yang masih ditangan kiriku.
Kulihat seorang perempuan berkerudung yang kepalanya tertutup oleh helm. Perempuan itu sedang di pegangi oleh dua orang laki-laki.
“SIALAN! NDAK USAH IKUT CAMPUR KAMU!”
ucap salah seorang dari mereka.
“MAU MATI KAMU?!”
ucap seorang lagi.
“LHA PO KOWE SING NENTOKE URIPE WONG SU! (Lha apa kamu yang menentukan hidupnya seseorang njing!)”
ucapku.
Salah seorang dari mereka maju mencoba menghantamku, aku menghindarinya dan segera aku melancarkan tinju tepat pada wajahnya. Ku ayunkan helm di tangan kiriku tepat di kepalanya. Laki-laki tersebut jatuh ke samping kananku dan segera aku injakan kakiku di kepalanya. Beberapa kali injakan pada kepalanya membuat dia meminta ampun. Tiba-tiba salah seorang lagi maju dan menendangku aku jatuh tersungkur ke belakang.
Laki-laki melompat hendak menginjakku, aku segera menghindar dengan berguling. Ku raih sebuah batu lumayan besar, pas segenggaman tanganku dan segera aku berdiri. Ketika posisi tubuh berbalik, laki-laki tersebut mengayunkan tangannya ke arahku dan aku menghindarinya dengan merunduk. Secepat kilat aku hantamkan batu tersebut ke kepalanya. Langsung orang tersebut jatuh tak sadarkan diri.
“Ampun mas ampun”
ucap laki-laki pertama yang melawanku.
“Sudah sana pergi!”
bentakku. Orang tersebut langsung membopong temannya dan berjalan menjauhiku.
“Awas kamu kalau ketemu lagi!’
teriak orang itu.
“Cari saja, namaku Arya, Arya Mahesa Wicaksono!”
teriakku.
“Heh, Arya?! Geng Koplak!”
ucap laki-laki tersebut yang jaraknya sudah agak jauh dariku.
“Ampun mas ampun ndak jadi mas”
ucap laki-laki tersebut dan lari terbirit-birit. Segera aku menoleh ke arah belakangku dan ku dekati perempuan tersebut.
“Mbak ndak kenapa-napa?”
ucapku.
“Aryaaaaaa aku takuuuuuut beneran takuuuuut”
ucap tangisnya sembari memelukku.
“eh eh eh mbak, mbak ini siapa, ditanya kok malah…”
ucapku.
“Ndak ingat sama aku”
ucap perempuan tersebut sambil membuka kaca helm hitamnya.
“Mbak Erlin?!”
ucapku.
“untung ada kamu, coba kalau ndak ada kamu, sudah diperkosa sama mereka”
ucapnya.
“Ya ndak papa yang penting dibiarin hidup mbak”
candaku.
“kamu itu tega banget”
ucap mbak erlina.
“Ya kan bercanda mbak, ya sudah cepet pulang”
ucapku.
“Anterin, kamu dibelakangku pokoknya!”
paksanya.
“Yaelah, penakut amat! Iya dech, tapi cepet ya aku dah laper mau cari makan”
ucapku.
“Ntar aku bikini makan, pokoknya anter aku sampai kos”
ucapnya.
“iya, iya”
ucapku.
Akupun mengantar mbak erlina ke kosnya. Aku membuntutinya dari belakang layaknya body guard. Entah mimpi apa aku ini sampai bisa ketemu dengan mbak erlina. Sesampainya di kos casino de granny, langit kemblai menangis seakan-akan tahu akan kesendirianku yang membutuhkan teman malam minggu.
“Kamu pulang nanti saja, atau nginep saja ndak papa”
ucap mbak erlina.
“Weiii??? Ntar di grebek sama bu kos”
ucapku.
“Ntar aku yang ngomong sama bu kos, lagian hujan kaya gini lama redanya, dah kamu masuk ke kamar kosku, aku tak menemui Ibu kos dulu”
ucapnya.