Wild Love Episode 32
Melaju diantara mereka
Aku melaju di antara mereka yang tampak memikul beban hidupnya. Ada yang tersenyum ada pula yang mengrenyitkan dahinya karena keramaian jalanan daerah ini. Sampailah aku di rumah dengan sedikit lelah pada tubuhku. Kulangkahkan kakiku menuju ke dalam rumah, kutemukan Ayahku dengan secangkir minuman entah itu kopi atau teh. Kukecup tangannya dan dia kemudian meninggalkanku menuju pekarangan rumah dengan asap yang berterbangan dari mulutnya. Kuletakan tas di sofa ruang keluarga, Kuhampiri Ibu yang masih asyik dengan pekerjaan mencuci piringnya. Kupeluk Ibu dari belakang.
“Kenapa kangen ya?”
Ucap Ibu.
“Ibu tidak kangen sama Arya?”
ucapku.
“Ya Kangen to ya”
ucap Ibu.
“Bu…”
ucapku dengan kedua tanganku hinggap di susunya, mungkin karena efek dari film yang baru aku tonton di warung tadi.
“erghhh… Iya…”
balasnya.
“pengen…”
ucapnya.
“Pengan apa? Yang jelas”
ucap Ibu.
“Bu, pengen dikulum”
ucapku.
“Apanya?”
ucap Ibu.
“Kontol Arya, ya bu”
ucapku dengan nada manja dan memohon. Ibu kemudian berbalik ke arahku dan mengecup bibirku.
“Sudah lama Ibu pengen denger kamu minta tanpa harus Ibu yang memulai sayang”
ucap Ibu kemudian berjongkok di hadapanku. Ibu lalu membuka resleting celanaku dan menurunkannya sedikit bersama celana dalamku. Di elus-elusnya batang dedek arya dengan kedua tangannya.
“DI kamar saja bu, nanti…”
ucapku terpotong.
“Ssssttt… ”
desis Ibu dengan menyilangkan jarinya di bibirnya.
Ibu kemudian mengulum dedek arya dengan lembutnya. Kuluman di sertai permainan lidahnya membuatku semakin bernafsu, jari-jari manisnya bermain-main di bawah buah zakarku membuat ku semakin tegang dan meledak-ledak. Dan yang membuatku semakin menjadi-jadi adalah permainan lidahnya di lubang pipisku, membuat sensasi yang sangat berbeda.
“Argh… bu enak banget… ehmmmmm… terus bu….”
desahku pelan.
“mmmm… mmm… slurppp…. enak ya sayang… buat kamu Ibu kasih yang paling enak… mmm slurp….”
desah pelan Ibu sambil mengulum dan menjilati lubang pipis dedek arya.
“Arghhh… Bu mau keluar, Arya mau keluarhhh… ssshhhh….”
desahku pelan.
“Keluarkan sayang mmmm…. slurp…. mmmm….”
ucap Ibu sembari mengulum dedek arya.
Crooot crooooot crooot crooot croooooot crooot crooooot crooot crooot
Dan di telannya spermaku tanpa bersisa, membuat pemandangan yang indah bagiku. Segera Ibu membersihkan sisa-sisa sperma yang masih tersisa dengan bibir indahnya.
“Nimaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaassss!”
teriak Ayahku dari pekarangan rumah.
Segera Ibu menyelesaikan kulumannya dan aku segera menarik kembali celanaku dan duduk di kursi meja makan. Ku dekatkan posisi dudukku hingga mepet dengan meja makan. Ibu kemudian berdiri dan berkumur di tempat cucian piring.
“Nimaaaaaasss”
teriak Ayahku semakin dekat.
“Ada apa kang mas? Kok teriak-teriak?”
ucap Ibu lembut.
“Buatkan aku teh lagi, dipanggil dari tadi tidak ada jawaban”
ucap Ayahku.
“Ya namanya juga lagi bersih-bersih, iya nanti nimas antarkan”
ucap Ibu.
“Kamu Arya, mandi dulu atau bantu Ibumu jangan Cuma malas-malasan di meja dapur”
ucap Ayahku.
Aku hanya menoleh sedikit dan tersenyum mengangguk ke arah Ayahku. Posisiku memang tidak menguntungkan resleting celanaku belum aku tutup dan sedikit menjepit-jepit dedek arya, perihnya. Ayah kemudian kembali ke pekarangan rumah, beberapa menit kemuadian di susul Ibu yang membawa teh hangat. Sekembalinya Ibu, Ibu kemudian berada di tempat seperti semula. Segera aku hampiri Ibu dengan posisi dedek arya tegang mengarah kearahnya. Segera aku peluk Ibu dan kucium lehernya, tangan kananku kemudian turun keselangkangan Ibu.
“Sudah Basah ya bu”
ucapku.
“kamu erghhh tadi bikin ibu horni sayang emmmhhhh…”
ucap Ibu.
Bermain lembut
Aku tersenyum dan kusingkap rok selutut Ibu hingga pinggangnya. Kuturunkan celana dalam Ibu, kaki kanannya di angkat sehingga sekarang celana dalam Ibu tersangkut di paha kirinya. Sedikit kuangkat kaki kirinya dan kumajukan bibirku, kubuka bibir vagina Ibuku dengan tangan kananku. Kujulurkan lidahku dan kumainkan di bibir vaginanya.
“Arghhh… sayang… emhhhh…. pelan sayang…. nikmat sekali… lidahmuhhh sangat lembut”
ucap Ibuku.
“slurrpp… untuk slurpp… ibu, akan kuberikan slurrpp yang paling nikmathh….”
ucapku seraya menjilati vaginanya.
Jilatan lembutku bermain di bibir vaginanya. Klitorisnya tak luput dari jilatan lidahku. Kadang lidahku bermain-main di klitorisnya, telunjuk jari kananku kumasukan perlahan dan sedikit aku tekuk. Aku maju mundurkan jari telunjukku dan membuat ibu mengelinjang nikmat.
“Pelan sayaang… kocokanmuhh terlaluhhh sssh keras.. nanti ayahmuh tahu ssssh”
desah manja dan pelan Ibu. Namun tak kugubris dan aku terus menjilat dan mengcokan jari kananku di dalam vagina Ibuku.
“erghh,,,, mmmm shhhhh ibu hampi sampaihhh sssssshhhhh sayang emmmhhh….”
desah Ibu.
Tiba-tiba saja tubuh ibu mengejang beberapa kali, kedua tangannya tiba-tiba memegang kepalaku dengan sangat erat. kedua tangannya menahan kepalaku agar tetap berada di vaginanya. Kurasakan cairan hangat mengalir di jari tanganku dan sedikit di bibirku. Setelah tubuh Ibu tidak mengejang, aku kemudian berdiri berhadapan dengan ibu. Kuangkat kaki kanannya, dengan sedikit membuka kedua kakiku aku arahkan dedek arya ke dalam vagina Ibu. Kedua tangan Ibu di taruhnya di bahuku dan Ibu sedikit menjijitkan kedua kakinya. Bless… akhirnya masuk semua batangku dan agak sedikit linu dengan posisi berdiri ini. Aku mulai menggoyang.
“pelan sayanghhh… jangan sampai bunyinya terdengar oleh a….yah… muwh erghhhh…”
desah pelan Ibuku. segera aku sumpal bibirnya dengan bibirku. Aku terus menggoyang dan menggoyang pinggulku.
“clek clek clek…”
bunyi perpaduan alat kelamin kami berdua.
“erghhh.. kontol arya masuk di tempik Ibu…”
desah pelanku sembari melepas ciuman.
“he’emmmmhhh… masuk dan penuh sekali sayanghhh… keras…. ouwhggghhhh… nikmat sayang terus…”
ucap Ibu.
“Sempith sekalih buwh… tempikmu enak sekali… arya ngenthu ibu owghh….”
ucapku.
“erghhh… sayang jorok ischhh… oufth… terushhh kenthu Ibu, goyang lebih kerashhh sayanghhh erghhhh…”
racaunya dengan sangat pelan.
ucapku pelan.
Dengan posisi ini, dedek arya terasa sangat linu namun gesekan antara dinding vagina Ibu dengan batang dedek arya tetap memberi kenikmatan bagiku. Begitupula Ibu, semakin memelukku dengan sangat eratnya. Bibirnya di jatuhkan ke bahu kiriku dan sedikit mengigit bahuku. Aku semakin keras menggoyang, entah aku tidak tahu ayah mendengarnya atau tidak. Karena dari yang aku dengar ayah berbicara di telepon dengan seseorang.