Wild Love Episode 32
Wild Love (Episode 32)
Royal Win Indonesia Entertainment – Wild Love Episode 32, Di Gedung jurusanku tercinta, gedung di mana aku mengurus segala administrasi mengenai kuliahku. Aku terpaku dan jengkel dengan kenyataan yang tertulis di amplop kedua. Amplop yang berada di tanganku sekarang. Ingin rasanya aku berteriak, kenapa? Kenapa aku tidak bisa lepas dari nama wanita ini? Arghhhhh….. semuanya menjadi sangat kacau bagiku, pasti akan ada pertanyaan ini itu dan lain sebagainya. Aku benar-benar ingin lepas tapi tidak bisa. Segera aku berbalik ke bagian tata usaha jurusanku.
“Bu maaf, kenapa DPL saya sama dengan dosbing TA saya, apa ndak bisa ganti yang lain?”
ucapku kepada pegawai TU.
“Itu yang menentukan kan ketua jurusan (Kajur), ya tanya sama kajurnya saja mas”
ucapnya.
“Kalau ganti bisa ndak bu?”
ucapku.
“ndak bisa”
ucap seorang wanita di belakangku, aku segera menoleh ke belakang. Ah sial, Bu Dian.
“Eh…”
Aku terkejut dengan kehadiran Bu Dian.
“Kenapa? Kan malah kamu lebih gampangkan? Selain mengurusi PKL, kamu juga bisa mengurusi TA kamu dan ndak perlu susah-susah nyari-nyari dosen”
ucapnya judes dan langsung meninggalkan aku menuju ruangannya.
“Benar tuh kata mbak Dian, kamu itu dikasih enak malah ndak mau”
ucap pegawai TU. Dengan langkah gontai aku menuju ke ruangan.
“Selamat siang Bu…”
ucapku kepada Bu Dian.
“Siang!”
ucapnya sedikit keras.
“Duduk!”
ucapnya, aku kemudian duduk dihadapannya.
“Bu, ini saya mau menyerahkan Surat Pengantar PKL saya”
ucapnya.
“Sudah tahu, kenapa kamu mau minta ganti segala? Kenapa?”
ucapnya.
“Ya itu kan… anu… bu… emmm”
ucapku gelagapan. Kleeeeeeek… masuklah Bu Erna.
“Eh, Arya, bimbingan TA Ar?”
ucap Bu Erna.
“Tidak, bu ini mau PKL, mau menyerahkan surat pengantar PKL ke DPL”
ucapku.
“Owh… asyik dong dapat Bu Dian lagi”
ucapnya. Aku Cuma menunduk.
“Kamu itu diajak bicara malah bicara sama orang lain!”
ucap Bu Dian kepadaku.
“Eh… itu… anu… ini…. ”
ucapku gelagapan.
“Yan, jangan kasar-kasar sama arya kalau kamu ndak mau biar aku saja jadi DPL-nya, kamu mau ndak Ar?”
ucapnya sambil meletakan tas dan menata buku-buku.
“mau bu, mau”
ucapku langsung menjawab pernyataan bu Erna.
“Owh… gitu iya? Kenapa ndak ganti dosbing sekalian saja, kalau perlu ganti universitasnya sekalian”
ucap Bu Dian judes sekali. Aku hanya menunduk tak bisa berkata-kata.
“Wah ar, ada yang ndak ikhlas, Bu erna takut ndak jadi aja ya, dah dian sayang”
ucap Bu Erna meninggalkan ruangan tanpa digurbis oleh Bu Dian, ruangan menjadi hening sesaat.
“Kenapa kamu mau ganti DPL?!”
ucap Bu Dian.
Percakapan panjang
“Jawab!”
ucap Bu Dian sedikit membentak, aku benar-benar mulai jengkel dengan Dosenku ini. kenapa masalah sepele seperti ini saja aku bisa kena marah?
“SSSShhhhh… Hufttttt….”
kuhela nafas yang panjang.
“Maaf Bu, jika saya membuat Bu Dian marah, hanya saja saya ingin mencari pengalaman baru dengan dosen yang lainnya, karena TA saya sudah bersama Bu Dian dan agar tidak terjadi kesalahpahaman yang berkelanjutan lagi. Di tambah saya merasa tidak enak sama pak felix, itu alasan saya bu, mohon maaf jika ada kata-kata yang salah”
ucapku datar.
“Eh…”
dia terkejut, tatapan matanya memperlihatkan kekecewaan. Kupandangi sejenak mata itu dan kemudian aku menunduk.
“Kamu dengan saya saja, nanti akan saya jenguk jika sudah ada surat turun dari jurusan. Sudah kamu langsung ke Perusahaan tempat kamu PKL saja. Agar kamu secepatnya bisa memulai PKL kamu”
ucapnya datar tanpa memandangku dan membuka amplop dariku.
“Sudah sana jangan malah duduk dihadapan saya”
ucapnya.
“DPL-nya ganti tidak bu?”
ucapku.
“Tidak”
ucapnya sambil membaca surat itu.
“Saya pamit dulu bu”
ucapku kemudian bangkit.
“Hati-hati”
ucapnya tanpa memandangku.
“Iya bu”
balasku yang kemudian meninggalkan ruangan dosen.
Setiap hal yang aku rasakan ketika dekat dengannya adalah sesuatu yang berbeda kadang hangat kadang dingin. Mungkin memang salahku ketika aku harus bersikap masa bodoh terhadapnya, tapi mau bagaimana lagi? Aku juga tidak bisa terlalu jauh dalam berhubungan dengannya. Aku tahu posisiku, sekalipun aku pernah menyayanginya. setiap kali aku mencoba untuk jauh, setiap itu pula dia datang entah dari mana, mungkin dia makhluk dari planet lain yang bisa membaca pikiranku. Sebuah bunyi pukulan dari sematponku. Bu Dian.
From : Bu Dian
Aku DPL-mu karena kamu punya janji denganku
Selamat PKL, semoga bisa menjadikan pengalaman baru untuk kamu
To : Bu Dian
Terima kasih Bu
Segera aku melangkah ke warung yang biasanya aku tongkrong bersama Rahman. Namun sekarang aku hanya sendiri. Apa aku harus benar-benar cari pacar saja ya? Biar bisa menjauhi Dosen Judesku ini? tapi kalaupun harus mencari pacar, kasihan itu cewek kalau hanya untuk mainan saja. Setelah makan, sebentar aku nongkrong lama di warung. Ku buka file-file dalam folder royalwin dan aku menonton dengan khitmad, tak kuhiraukan orang yang berlalu lalang di hadapanku. Toh mereka juga tidak tahu aku sedang menonton apa. Birahiku muali naik karena tak ada pelampiasan langsung saja aku pulang dan menuju tempat parkir. Baru saja aku menaiki REVIA kesayanganku dan memakai helm, Kulihat Bu Dian sedang berjalan dengan memakai kaos lengan panjang bertuliskan Casino De Granny.
“itukan, kaosku”
bathinku.
Seketika itu pula Bu Dian memandangku dan melempar senyum kearahku, dia berdiri menghadap ke arahku. Tangannya men-dadahi-ku, aku hanya tersenyum sambil menganggukan kepalaku. Segera kutarik kebelakang motorku dan meninggalkan tempat parkir. ku arahkan REVIA menuju jalan pulang. Matahari yang bersinar sudah merasa sangat lelah hingga sinarnya terasa sangat berwarna kuning seperti halnya pagi hari tadi. Jalanan mulai ramai dengan para pekerja pabrik yang sudah mulai membawa keringatnya kembali kerumah. Para pedagang kaki lima pun mulai tampak mendirikan gubuk-gubuk kecil tempat beristirahat dan menunggu pelanggan setelah lelah mengelilingi kota RoyalWin Indonesia .