Wild Love Episode 31
Wild Love (Episode 31)
Royal Win indonesia Entertainment – Wild Love Episode 31 Pagi menyapaku dengan sangat ramah, tampak sedikit sinar sang surya masuk ke dalam kamarku. Aku beranjak dari tempat tidurku dan kemudian bangkit, kudapati kepalaku penuh dengan perban yang di balutkan oleh tante malam tadi. Aku duduk di tepi ranjang, meliuk-liukkan tubuhku hingga berbunyi kretek kretek. Kusapu ruangan kamarku, pandanganku arah pada sebuah tumpukan kertas di meja komputerku.
“TA!… Bu Dian… bodoh bodoh bodoh!”
teriak bathinku.
Segera aku bangkit dan melepas celana panjangku dan kuganti dengan celana pendek. Aku turun ke lantai bawah, mencoba menemukan kehangatan akan senyum Ibu setelah semalam aku hanya mampu memandang seorang wanita yang menangisi kekasihnya. Wajahnya selalu terbayang di pikiranku saat ini. aku menuruni tangga kamar menuju lantai bawah.
“Mandi sayang…”
ucap Ibu yang tampak terlihat kepalanya saja dengan senyuman manis di bibirnya yang kemudian masuk lagi.
“Kok ndak ditutup?”
ucapku ketika di depan pintu kamar mandi, kulihat tubuh telanjang Ibu dari bagian belakang.
“Ya Sudah Ibu tutup…”
ucap Ibu sembari tangannya menarik daun pintu kamar mandi, tubuh telanjangnya sangat indah. Dengan cepat aku mencegahnya.
“ndak usah Bu…”
ucapku sambil tertawa cengengesan, Ibu kemudian tersenyum kepadaku dan membelakangiku lagi.
Aku lepas kaos dan celana pendekku beserta celana dalamku. Aku kemudian masuk ke dalam dan langsung kupeluk Ibu. Ibu kemudian mematikan showernya.
“Kok Dimatikan?”
ucapku.
“Lukamu belum kering sayang. eh.. itu yang dibawah apa sich? Kok ndorong-ndorong pantat Ibu?”
ucap Ibu. Aku tetap memeluk Ibu, kuletakan kepalaku di bahu kanannya. Terasa hangat dan aku terlupa akan semua rasa sakit yang aku rasakan.
“Mau mandi dulu atau…”
ucap Ibu.
“Ingin peluk Ibu…”
ucapku pelan.
“Hmmm… beneran Cuma peluk saja?”
ucap Ibu.
“Heem…”
ucapku.
Ibu kemudian menoleh kebelakang, tangan kanannya kemudian mendorong bagian belakang kepalaku dengan lembut. Kami berciuman dengan sangat lembut, tanganku semakin erat memeluknya. Tangan kiri Ibu kemudian mengarahkan tangan kiriku ke susu kiri Ibu. Lalu ke gerakan jari-jari dan telapak tanganku meremas susu kirinya itu.
“Jangan pikirkan dia, apa kamu tidak kasihan dengan Ibu? kamu berpelukan dengan seorang wanita tapi pikiran kamu ke wanita lain”
ucap Ibu.
“Eh… maaf bu, kenapa Ibu bisa tahu?”
ucapku.
“aku Ibumu nak, aku tahu segalanya. Sekarang, Ibu dan kamu disini, dan tak boleh ada orang lain”
ucap Ibu.
“Iya hmmm slurpp….”
ucapku kemudian melanjutkan kembali ciuman kami.
Wajah Bu Dian kini semakin lama semakin menghilang, kehangatan dan kasih sayang Ibu membuatku kembali di masa aku tidak pernah mengenalnya. Tangan kananku mulai bergerak ke arah susu kananya dan memainkan puting susu Ibu. Setelah itu tangan kanan Ibu masih di kepalaku dan tangan kirinya memegangi tangan kiriku dan kadang memberikan isyarat untuk menekan lebih keras pada susu kirinya. Tangan kananku kemudian bergerak ke selangkangan ibu, kucari klitorisnya dan kumainkan secara perlahan.
“Ergghhhh… sayanghhh… owghh… terusshhhh shhhhh arghhhhh ahhhhh”
desahnya.
Ku jilatan dengan lembut
Kuciumi leher Ibu dengan dan kujilati dengan lembut. Remasan susu kirinya terus aku lakukan, ciumanku semakin turun dan semakin turun. Hingga pada bongkahan pantatnya kedua tanganku meremasnya.
“Ergghhhh… sayang… mau di apain?”
ucap Ibu yang menoleh ke belakang.
Ku arahkan tanganku dan sedikit aku tekan punggungnya, Ibu yang mengerti maksudku kemudian menungging dan bertumpu pada bak mandi. Aku membuka bongkahan pantat itu dan ku masukan lidahku ke dalam vagina Ibu. Kujilati dengan lembut dan terkadang kasar, klitorisnya menjadi sasaran lidahku.
“Arghhhh.. sayang…. Arya…. itil Ibu owghhh… rasanya enakhh orghhh…. terushhh sssshhhhh terushhhh jilati sedot sayangkuhhh owghhhh… mainkan itil Ibu owghhhhh”
racaunya.
Dengan memiringkan kepalaku aku menjilati klitorisnya dan jariku masuk dan mulai mengocok vagina Ibu. Vagina Ibu pertama terasa keset tapi lama kelamaan sedikit licin. Membuat jariku dapat keluar masuk dengan lebih mudah lagi.
“Aryaaaaaaaaaaaaaaaaaa…. arghhhhh… nakal kamuwhhh erghhhhh…aishhhh arghhh ofthhh… Terussshhh nakkh buat Ibu keluarhhhh owghhhh… nikmath sayanghhh… erghhhh…. jilati itil ibu nakhhhh sedothh arghhhh lebiiiih erghhhh kencenghhhhh erghhhhh….”
racaunya kembali.
Aku semakin cepat mengocok dan jilatan serta sedotanku semakin liar. Tubuh Ibu bergoyang dan melengking bahkan kadang Ibu mengapit kan pahanya. Tapi dengan tangan kiriku aku bisa menahan paha Ibu agar tidak mengapit.
“Aryaaaa…. IBU KELUAAAAAAAAAR ARHHHHHHH”
teriak Ibu.
Kepalanya disandarkan pada tangannya, lututnya menjadi rapuh dan jatuh kelantai secara perlahan. Lalu aku beranjak di samping Ibu dan memeluknya dari belakang. Kuciumi punggungnya dengan sangat lembut.
“Ayo sayang, kamu sudah kepengen kan?”
ucap Ibu.
“Heem…”
ucapku yang kemudian memposisikan diriku di belakang Ibu.
Dengan posisi Ibu yang masih sama dengan sebelumnya, aku mencoba memasukan batang dede arya ke dalam vagina Ibu. Perlahan tapi pasti dengan bantuan sisa cairan yang masih berada di dalam vaginanya, dedek Arya bisa masuk dengan lancar. Kubenamkan sejenak dedek arya di dalam vagina Ibu.
“Erghhh… sayaaaangghhhh emmmmmmhhh… tambah besar ya sayang?”
ucap Ibu.
“Punyah Ibu ehmmmm yang tambah sempit”
jawabku.
Aku mulai menggoyang pinggulku perlahan, kunikmati setiap sensasi dari jepitan vagina dan dinding dalam vaginanya.
“emmmmh… pelan-pelan saja sayang… Ibu ingin lama sama kamuwhhh… kangenhh… erghhhh… emmmmmhhhhh”
ucap Ibu.
“Arya juga pengen lama sama Ibu, kangen Ibu banget…”
ucapku kepada Ibu.