Wild Love Episode 30
Musuh yang terkapar
Tugiyo dan Anton, tugiyo meraih tubuh seseorang dari belakang kemudian di banting kayang. Anton yang mendapati musuh terkapar dia kemudian melompat dan menjatuhkan dirinya dengan siku tepat di kepalanya. Karyo menarik seseorang dari mereka yang bertubuh kecil dan di angkatnya seperti mengangkat batang kayu dan di lemparkannya kearah kerumunan cecunguk-cecunguk itu.
Dewo yang kemudian mengambil sebatang kayu yang aku tahu itu adalah kayu pemberian Ibu wongso dengan membabi buta menyikat setiap kepala yang ada di depannya hingga semua kepala orang-orang itu bersimbah darah dan tak mampu berdiri lagi. Suasana kembali tenang dan tegang, ilman dan paijo kebingungan melihat segerombolan orang di hajar habis oleh 10 orang yang baru datang. Mereka langkah mundur kearah dalam cafe.
“GONDES! Bisa tidak kalian itu datang tepat waktu”
ucapku.
“tambah ganteng tuh kamu kalau pake bedak warna merah”
ucap Andri.
“gundulmu su (njing)!”
ucap wongso.
Aris kemudian melempar sebuah botol air mineral 1, 5 liter kearah kami berdua, dengan cepat kami langsung meminumnya dan menyiramkannya ke kepala kami berdua. Tak lupa aku memberikannya kepada ke felix.
“Malah adus to ndes, ijik rusuh ki lho (Malah mandi to ndes, masih rusuh ini lho)”
ucap Hermawan.
“Cangkem nek ora dipajeki koyo ngono iku (mulut kalau tidak bayar pajak kaya gitu)”
ucapku.
“Ciye… ciyee… yang lagi pacaran”
ucap Parjo.
“Kakek ane kowe su! (kakek ane kamu njing)”
ucapku dan wongso bersamaan. (Kakekane sebuah bahasa makian, jujur saja nubie juga tidak tahu bahasa indonesianya).
Kemudian Bu Dian yang terlepas dari pegangan itu lari ke arah pak felix dan memeluk pak felix, sebuah pemandangan yang cukup romantis bagiku. Memang mereka sepasang burung dara yang tak akan pernah terpisahkan. Bu Dian tampak menangis sejadi-jadinya dan memeluk pak felix, kemudian di papahnya pak felix menjauh dari kerumunan sahabat-sahabatku dan duduk bersandar pada sebuah tembok pembatas bangunan. Kupandangi mereka sejenak, aku hanya mampu tersenyum.
“ada yang punya rokok?”
ucap wongso. Andri kemudian melempar sebungkus rokok dengan korek gas ke arah kami.
“ye tak sawang-sawang wajahmu tambah ganten Ar, wong! (kalau tak lihat-lihat wajah kamu tambah ganteng Ar, Wong)”
ucap Andri.
“MATAMU! (MATA KAMU = bahasa makian)”
ucap kami berdua serempak.
Heningnya suasana
Suasana menjadi hening, tenagaku sudah sedikit terkumpul ya paling tidak untuk membantu mereka aku dan wongso masih bisa. Kami kemudia berdiri bersama 10 orang yang lain, 12 orang telah siap mengahajar 3 orang tersisa. Di hadapan kami ada Paijo dan Ilman yang berdiri ketakutan, Lucas tampak masuk ke dalam cafe kemudian menarik seseorang
“AAAAAAAAAAAAAAAAAA….”
teriak seseorang, Sudira yang diikat dengan beberapa sayatan di tubuhnya, tubuhnya telanjang menampakan tubuh seorang wanita.
“KALO KALIAN BERANI MAJU, AKU BUNUH ORANG INI”
ucap Lucas yang mengarahkan pisau ke leher Sudira yang ditelanjangi oleh mereka dan diikat. Kami tertegun, tak bisa bergerak..
“kenapa tidak berani ya?”
teriak ilman yang berada didepan lucas kira-kira dua meter.
“itu tu banci, kenapa kalian? Kalian homo ya suka sama banci”
teriak paijo.
“Heh ughh koplak, kalian bukan koplak kalau kalian mikirin Dira! Ayo maju hajar mereka erghhh. gak usah mikirin dira, dira baik-baik saja ueghhhh”
ucap dira dengan luka pada kepalanya. Baik-baik saja bagaimana, kondisinya saja sangat mengenaskan. Kami semua geram dan bisa menggerutu.
“Diam kamu banci!”
ucap lucas yang baru saja menampar dira.
Kulihat seseorang bergera mengendap-endap dibelakang Lucas. Di dorongnya lucas hingga dia terjatuh dan tersungkur, terlepas pisau itu dari tangannya. Eko, Eko menolong Sudira. Paijo dan ilman terkejut dengan hal itu menoleh kebelakang, dan mereka kehilangan pertahanan mereka. karyo meraih tubuh ilman dan langsung dibanting kebelakang hingga jatuh terlentang. Tangannya kemudian ditarik oleh parjo dan di patahkannya kedua lengan tanganya dengan pukulan serta tendangannya.
Setelah parjo, tugiyo melompat diatas tubuh ilman dan di daratkannya kedua sikunya tepat ditulang rusuk kedua orang itu dan krekkk entah apa yang patah. Di bangkitkannya ilman dan kemudian ditendang kesamping oleh wongso tepat pada rusuknya hingga ilman jatuh tersungkur dan kesulitan berdiri. Hermawan kemudian berjalan santai ke arah ilman dengan keras dia menduduki kepala ilman dengan bokongnya. Paijo, Dewo meraih tubuhnya dan dihadiahi tubuhnya dengan dengkul Dewo beberapa kali.
Aris kemudian menarik tubuh paijo yang masih membungkuk dan kemudian di banting tubuhnya kebawah hingga wajahnya menyentuh lantai parkir. Anton dan joko kemudian menarik kedua tangan paijo, dan krekk entah apa yang patah dari tangan paijo. Kemudian tendangan keras dari anton dan joko mendarat tepat di rusuk samping paijo, lalu di lemparnya paijo seperti ayam yang baru disembelih. Udin dengan santai berjalan ke arah paijo, di injaknya kepala paijo dengan sangat keras.
Tamparan
Aku yang berdiri tepat di hadapan lucas, tiba-tiba karyo maju dan menjambak lucas. Plak… plaak… plaak… plak…. di tamparinya wajah lucas berkali-kali lalu di tariknya dan di lemparnya kebelakang dan di sambut oleh andri dengan tamparan serupa. Di tariknya kepala lucas kebelakang hingga tubuhnya ikut terdorong ke belakang, dengan sigap aku langsung meng-uppercut dagu lucas, dengan cepat tak kubiarkan dia jatuh. Kutarik tubuhnya, kupegang kepalanya dan dengkul indahku mendarat tepat di wajahnya. Berkali-kali dengkul itu menikmati wajah lucas, dan kemudian aku tarik wajahnya dan aku benturkan kepalanya di kaca mobilnya, pyaaaaaaar…. Lucas jatuh beringsut di dekat pintu mobilnya.
“Ampuuuun… ampuuuun”
ucap lucas dengan wajah bersimbah darah.
“Arghhh….”
ucap ilman yang tak mampu berkata-kata karena kepalanya di duduki hermawan.
“Ampuni kami”
ucap paijo yang tepat di mukanya masih ada telapak kaki udin.
“Ampunni kami tolong ampuni kami”
ucap beberapa dari mereka.
“Ah, sayang, koko tidak akan membiarkan kamu terluka sayangku”
ucap eko, sembari menutupi tubuh dira dengan taplak meja.
“koko terima kasih, dira sayang koko”
ucap dira. Eko kemudian menutupi tubuh telanjang dira yang sudah sama persis dengan perempuan itu dengan taplak meja.
“Edan, malah pacaran!”
ucap karyo.
Wiu wiu wiu wiu wiu wiu wiu
“Polisi”
ucap aris.
“Kalian cepat sembunyi di dalam”
ucap eko. Kami akhirnya masuk kedalam cafe, dan bersembunyi di dalam cafe.