Wild Love Episode 28
Wild Love (Episode 28)
Royal Win Indonesia Entertainment – Wild Love Episode 28 Disebuah tempat kami berkumpul setelah sekian lama kami, Geng koplak, tidak pernah berkumpul. Sebuah taman berbentuk lingkaran dan disamping kanan kirinya berjajar pohon-pohon besar. Aku sedang bersembunyi dengan maksud membuat terkejut wanita yang sedang berjalan itu, Bu Dian. Lama aku menunggu wanita itu tak kunjung datang. Aku keluarkan kepalaku untuk menengok ke arah wanita tersebut.
Jantungku tercekat, mulutku berhenti berdetak, mataku seakan bisu, mulutku seakan tuli, telingaku seakan buta dengan apa yang ada didepan sana. Kulihat Bu Dian dengan dress sedikit ketat dengan lengan baju hanya menutupi sebagian kecil lengannya di hiasi celana jeans pensil ketat berwarna hitam. Dia berdiri di hadapan Seorang laki-laki yang sedang berlutut dihadapanya dengan memegang kedua tanganya.
Laki-laki itu tak lain adalah pak Felix dan disamping tempat mereka berdiri ada sebuah mobil yang sewaktu itu berpapasan denganku ketika aku mengantar Bu Dian. Ya sekarang aku ingat itu adalah mobil pak felix yang sering aku lihat di tempat parkir Dosen. Keberadaan mereka memang tidak bisa aku lihat dari tempat aku berkumpul karena tertutup pepohon besar. Aku kemudian menarik kepalaku dan bersandar di pohon dengan pandanganku menerawang ke dedaunan.
“Ar… sudahlah”
ucap wongso yang menepuk pundakku yang tiba-tiba berada di sampingku. Mungkin dia tahu kenapa apa yang aku lihat.
“hhhaaaaaaaaaaaaaaassssssssssssssssssssh…..”
hela nafas panjangku.
“Ayo kita kembali”
ucap Wongso, sembari membalikan badannya dan menarik bahuku.
“Kamu masih ingatkan percakapan kita ketika SMA jika menemui hal seperti ini”
ucapku pelan.
“Ya mendatanginya, memberikan selamat dan ikut berbahagia di dalamnya. Tapi itu tidak perlu kamu lakukan ar…”
ucap wongso yang segera aku tinggalkan dia.
“Kamu tetap disini”
ucapku menyingkirkan tangannya dari bahuku lalu beranjak meninggalkannya.
“Hei ar… arggghhhhh”
cegah wongso tapi aku sudah melangkah ke arah mereka. Dengan tatapan senyuman ke arah mereka berdua yang belum menyadari aku sedang berjalan ke arah mereka.
“Bu Dian, Pak Felix! Haiiii….”
teriakku kepada mereka, membuat mereka terkejut sesaat. Aku berlari kecil kearah mereka.
“Oh Hai…”
Ucap Pak Felix, yang kemudian bangkit dari berlututnya.
“Ar….ya…”
ucap Bu Dian dengan sangat pelan, terlihat wajah kebingungannya.
“Wah kok disini bu, pak?”
ucap ku, sambil menyalami mereka berdua. Tatapan mata Bu Dian terhadapku menjadi tatapan sendu, kemudan dia sedikit membuang mukanya. Pak felix masih sedikit heran dengan kedatanganku.
“Kamu? apa kamu mahasiswa kelas saya?”
ucap pak felix kepadaku.
“Iya pak masa lupa, saya yang hari selasa pukul 08:30 itu lho pak, kelas paling rame waktu pak felix kenalan”
ucapku.
“Oh iya… iya, yang ramai itu ya. Lho kok kamu disini?”
ucap Pak felix.
“Itu pak, sedang kumpul-kumpul sama sahabat-sahabatku semasa SMA pak, tadi lihat Bu Dian sedang berjalan makanya saya kesini pak”
ucapku sambil menunjuk tempat sahabat-sahabatku berkumpul.
“Mana? Ndak ada?”
ucap pak felix yang celingukan mencoba mencari teman-temanku.
“Kalau dari sini kelihatan pak, kalau dari situ ketutup pohon pak”
ucapku dengan senyum lebar.
“Oh ya pak, sedang apa nih pak, bu? Bu Dian kok Diam saja bu?”
ucapku.
“Ndak ngapa-ngapain kok Ar”
ucap Bu Dian pelan wajahnya masih sedikit shock dengan kehadiranku.
“Kamu kenal sama dia sayang?”
ucap Pak Felix.
“Sayang? Hmmm… benar semua yang aku baca selama ini hanya halusinasi”
bathinku dengan wajah tersenyum.
“Saya itu mahasiswa bimbingan Bu Dian, Bu Dian itu pinter lho pak, saya saja langsung ditunjuknya untuk menjalankan KTI yang juara satu tapi sedikit modifikasi pak”
pujiku kepada Bu Dian dengan senyum selengekan.
“Oooooo….”
ucap Pak felix.
“Kok malah pada bengong Bu, Pak? Wah saya mengganggu ni ya?”
ucapku sambil sesekali melirik kearah Bu Dian yang masih nampak kebingungan dengan kehadiranku.
“ndak ganggu Ar,santai saja”
ucap Pak felix.
“Kayaknya kok sedang serius nich, ada yang bisa saya bantu pak , bu?”
ucapku.
“emmmm…. Ada Ar, Kamu bisa?”
ucap Pak felix.
“Wooo siap! Untuk Dosen, seorang mahasiswa wajib menuruti pak”
ucapku.
“Oke kalau begitu kamu tolong saya, rekam saya ya, ini”
ucapnya sambil menyerahkan sematpon bergambar durian kroak.
“Oke pak siaaaaaaap!”
ucapku dengan wajah sumringah.
“Direkam? Memangnya mau apa?! Sudah Arya kamu pulang saja!”
ucap Bu Dian yang tidak kami berdua gubris.
Aku berdiri mundur kira-kira 3 meter dari tempat Pak felix dan Bu Dian. Pak felix kemudian berlutut dihadapan Bu Dian dan memegang kedua tanganya.
“Dian, aku ingin kamu menjadi ibu dari anak-anakku, maukah kamu menjadi istriku?”
ucap pak felix.