Wild Love Episode 27

Kejadian yang bertolak belakang

Benar-benar sesuatu yang bertolak belakang dengan kejadian hari minggu yang telah lalu. Aku mencoba menerawang ingatanku kembali ke hari minggu itu, senyum dan sapanya masih sama ketika aku memandangnya di hari senin kemarin. Tapi setelah satu bulan lamanya Bu Dian tampak berbeda. Adakah yang salah denganku? Dari pertama kali bimbingan itu sikapnya masih wajar-wajar saja, tapi setelah itu untuk membalas pesan BBM-ku saja lama sekali padahal sebelum-sebelumnya aku tidak perlu menunggu lama untuk balasan BBM-ku.

Apalagi setelah malam minggu ini, sikap dia seperti acuh kepadaku. Haruskah aku membuang perasaan ini? Ibu pasti akan marah karena Ibu sudah terlanjur suka kepada Bu Dian, tapi aku harus tetap realistis. Walau kemungkinannya sangat kecil aku tetap mengirimkan pesan penuh perhatian kepada Bu Dian walau tidak berbalas.

Hari berganti dengan cepat tanpa ada yang dapat aku lakukan di dalam rumah. Email Om Nico, Sematpon KS-pun tidak ada yang menarik. Mungkin semua ini berjalan agar aku bisa lebih fokus pada satu permasalahan, yaitu Bu Dian. Setelah kuliah dengan Bu Erna, aku kemudian menuju ke gedung jurusan untuk menemui Bu Dian.

Glodak… Gloodak.. Glodak.. Gloodak.. Glodak.. Gubrak. Ringtone telepon. Bu Dian dan kuangkat.

Saya ada didepan gedung jurusan kamu turun saja untuk bimbingan

“Ada apa dengan Bu Dian?”

bathinku.

Aku kemudian langsung turun kebawah menuju tempat Bu Dian berada. Dia sedang berdiri di depan gedung jurusan.

“Mana?”

ucap Bu Dian.

“Ini Bu”

ucapku sembari menyerahkan proposalnya. Dan langsung ditanda tanganinya.

“Kamu langsung urus semua kebutuhan kamu di laboratorium, buat surat ijin penelitian yang mengatas namakan saya dan segera memulai penelitian. Saya ada janji, kapan-kapan saya akan jenguk kamu di laboratorium”

ucap Bu dian. Singkat padat, jelas dan akurat tanpa memberiku kesempatan untuk berbicara dia langsung pergi meninggalkan aku berdiri di sini sendiri. Ku tatap kepergiannya hingga masuk ke mobil fortune-nya dan menghilang.

“Ada yang berbeda dengan kamu mbak? Sangat berbeda, mungkin kamu malu jika bersama denganku, entah apa yang ada di hatimu aku tak akan pernah tahu”

bathinku.

Di hari berikutnya semua kelengkapan pengurusan ijin penelitan di laboratorium telah aku selesaikan. Penelitian aku lakukan atas nama Bu Dian karena pada semester enam biasanya mahasiswa belum diperbolehkan melakukan penelitian, diperbolehkan melakukan penelitian biasanya di semester 7. Mulai minggu depan aku akan langsung melakukan penelitian sesuai dengan proposal Tugas Akhirku.

Melakukan penelitian

Hampir dua bulan lamanya aku melakukan penelitian di dalam laboratorium untuk mendapatkan hasil. Penelitian aku mulai setelah jam kuliah selesai. Di awal peneletian aku masih bisa pulang lebih awal atau paling tidak pulang pada sore hari menjelang maghrib karena di langkah awal penelitianku hanya berisi preparasi sampel yang tidak memakan waktu yang lama. Sampai pada pertengahan penelitianku memakan waktu lebih lama, karena untuk sekali running proses paling tidak memerlukan waktu hingga malam hari. Ibu mendukungku penuh untuk segera menyelesaikan penelitianku agar setelah lulus nanti harapan Ibu aku melanjutkan S2.

Dalam masa penelitianku tak lupa setiap harinya aku selalu mengirimkan BBM kadang juga SMS ke Bu Dian yang berisi kata-kata bijak, kata motivasi dan perhatian untuk tidak lupa makan atau apapun itu. Tapi seseringnya aku mengirim pesan sesering itu pula tak ada balasan darinya walau terkadang aku mendapatkan balasan hanya sepatah dua patah kata.

Semakin linglung

Rahman? semakin hari dia semakin linglung dengan keadaanya, tak pernah mencoba untuk bercerita kepadaku. Ibu, menjadi sangat jarang berkumpul denganku walau hanya sekedar bercakap-cakap. Semua nampak semakin jauh dariku, entah karena kesibukanku atau karena kesalahan-kesalahan yang aku buat. Intensitas pertemuanku dengan Ibu dan Bu Dian berkurang, karena beberapa bulan ini Ayah selalu berada dirumah lebih awal sedangkan Bu Dian yang sudah berjanji untuk menjengukku pun tak kunjung datang. Di hari itu aku sedang menunggu proses yang kurang lebihnya harus aku tunggui hingga malam hari, tepatnya di hari kamis malam jumat.

Pada hari minggu kuturut ayah kekota naik delman istimewa kududuk dimuka. Ringotne telepon. Wongso.

Woi wong, ada apa?

Besok malam minggu kumpul, ada sesuatu yang penting untuk dibahas

Oke aku bisa, memange ada apa Wong?

ini mengenai sesuatu yang penting dan kamu harus datang tepat waktu

iya iya, serius amat, amat saja gak serius, dimana?

kamu ke warungku dulu oke?

Siiip…

Sedikit obrolan dengan wongso dan wongso mengakhirinya. Ketemu dengan teman-teman pastinya mereka pada mengajak para kekasihnya, mungkin aku bisa mengajak Bu Dian untuk kumpul bersamaku. Aku kemudian menelepon Bu Dian.

Halo ar ada apa?

Eh… mbak, kok ndak jenguk aku di lab?

Aku lagi sibuk, banyak janji, pokoknya aku percaya saja sama kamu, gitu ya?

Iya mbak, emmm….

Ada apa Ar? Jika sudah tidak ada lagi, dilanjut kapan-kapan saja

Bentar-bentar mbak, ini aku mau mengajak mbak besok malam minggu kumpul sama temen-temenku yang kemarin itu nolong kita di cafe, bisa ndak mbak?

maaf ndak bisa, dah dulu ya aku lagi ada janji dengan seseorang. Maaf

sebentar mbak jangan ditutup dulu

iya ada apa? Aku itu lagi ketemu seseorang, tahu ndak sich!

Maaf mbak, aku hanya ingin minta maaf mbak, karena mbak tidak seperti biasanya lagi, tampak berbeda

Terus aku harus bagaimana? Memohon maaf gitu sama kamu, ingat kamu itu mahasiswaku

iya mbak saya tahu, bukan maksud saya seperti yang mbak katakan, hanya saja aku Cuma ingin minta maaf kepada mbak, itu saja, Aku mohon mbak jangan marah

iya iya… Sudah kan?

Kecewa sangat kecewa, kenapa dia begitu kaku dan dingin kepadaku akhir-akhir ini? Dia yang memilihku menjadi mahasiswa bimbingannya jika pada akhirnya aku di cuekin seperti ini? mending dengan dosen lain yang sekiranya bisa aku ajak bercengkrama. Mungkin memang benar jika ini semua hanya halusinasiku tentang dia menyukaiku.

Suasana sepi

Keesokan harinya pada hari jumat, aku tidak mengikuti kuliah tetapi sebelumnya aku meminta izin kepada dosen untuk meneruskan penelitianku karena akan memakan waktu yang sangat lama. Sebelum aku memulai penelitianku kembali di laboratorium aku menyempatkan diriku untuk kejurusan menemui Bu Dian, jujur saja aku merasa bersalah kepadanya. Gedung Jurusan nampak sepi dari mahasiswa dan juga dosen, hanya ada beberapa mahasiswa semester atasku yang sedang menunggu dosbingnya. Kulangkahkan kakiku hingga didepan pintu masuk ruangan Bu dian dan Bu Erna yang terbuat dari kaca yang buram. Kudengar percakapan diantara keduanya.

“Eh, Yan, gimana Arya? Ditembak aja ganteng lho”

ucap Bu Erna samar-samar tapi terdengar.

“Kalau mbak mau ambil saja masa Dosen pacaran sama mahasiswanya, ya ndak level dong”

balas Bu Dian.

“Eh… eh… eh… jangan bilang gitu kualat lho nanti kamu”

balas Bu Erna.

“Eh jangan nyumpahin gitu dong”

ucap Bu Dian. Tiba-tiba nada dering telepon berbunyi dari dalam ruangan tersebut.

“Bentar mbak ada telepon”

ucap Bu Dian. Kulihat bayangan Bu Dian bangkit dari tempat duduknya dan menuju ke pintu. Aku pun segera melangkah menuju pintu samping (bukan pintu utama) gedung jurusan.

“Halo sayang, ada apa?”

ucap Bu Dian. Kudengar jelas perkataan itu dari mulut Bu Dian yang berada dibelakangku, aku tetap melangkah tanpa mempedulikannya.

“Arya tunggu”

teriak Bu Dian. Aku hanya berbalik dan tersenyum sambil membungkukan badanku kepada Bu Dian lalu melanjutkan langkahku kembali.

“Nanti dilanjutkan lagi”

ucap Bu Dian menutup teleponnya.

“Aryaaaa, tunggu sebentar”

teriak Bu Dian lagi, aku berhenti dan melihat Bu Dian.

“Bukannya kamu ada jam kuliah sekarang? Kenapa di Jurusan?”

ucap Bu Dian.

“Mohon maaf Bu, saya mohon izin untuk melanjutkan penelitian di Lab”

ucapku tanpa menjawab pertanyaan dari Bu Dian, dan langsung kembali melangkah.

“Tunggu sebentar! Saya ini sedang berbicara dengan kamu”

ucap Bu Dian.

“Sebenarnya saya hanya ingin memberikan laporan penelitian saja selama dua bulan ini bu, tapi kelihatannya Ibu sibuk jadi saya berniat melanjutkan penelitian dulu baru minggu depan akan saya laporkan setelah kuliah”

ucapku dengan senyuman untuk menutupi kekecewaanku.

“Ja.. jadi kamu sudah disini dari tadi?”

ucap Bu Dian.

“Baru saja kok Bu”

ucapku dengan senyum cengengesanku dan menggaruk-garuk kepala bagian belakangku.

“Saya mohon undur diri dulu Bu, mohon doanya agar penelitian saya cepat selesai dan lekas lulus dari universitas”

ucapku tersenyum dengan membungkukan badan, kemudian melangkah meninggalkan Bu Dian.

“kamu mendengarnya?”

ucap Bu Dian tiba-tiba.

“Saya tidak mendengar percakapan Ibu, beneran kok bu saya tidak mendengarnya sama sekali”

ucapku yang kembali menghadap kembali ke Bu Dian. Aku sudah tidak bisa melihat apa yang ada diwajahnya, sedikit sakit.

“Berarti kamu mendengarnya dan saya har…”

ucap Bu Dian.

“Maaf Bu Boleh saya melanjutkan penelitian saya? Saya hanya seorang mahasiswa yang berusaha untuk cepat lulus dan meninggalkan universitas ini untuk menempuh hidup baru sebagai seorang pekerja diluar sana”

ucapku, aku kemudian melangkah meninggalkan Bu Dian. Tak ada sepatah katapun dari Bu Dian.

“Ya aku hanya mahasiswa dan dia adalah seorang Dosen”

bathinku.

Aku kembali ke peradabanku di laboratorium tempat aku melakukan penelitian. Baru saja aku menjalankan proses, semua tampak begitu suram, aku sudah tidak dapat berpikir jernih. Otakku hanya berputar-putar pada perkataan Bu Dian dan Bu Erna. Tiga jam terlewati begitu saja menjalankan proses, Aku hanya bisa meletakan kepalaku di atas tumpukan tanganku yang berada dimeja. Kuberesi semua peralatanku dan kumasukan ke dalam almari, aku mengakhiri penellitianku kali ini.

“Lho mas, kok sudah selesai? Bukannya penelitiannya masih lama mas?”

ucap Pak Laboran.

“Minggu depan saja pak, saya mau pamit pulang, badan saya lagi ndak enak”

ucapku.

“Oh ya sudah, hati-hati dijalan ya mas”

ucap Pak Laboran.

“Iya pak…”

ucapku.

Aku keluar dari gedung laboratorium dengan wajah yang muram. Segera aku melangkah menuju ke tempat parkir, ditengah-tengah perjalananku menuju tempat parkir aku bertemu dengannya lagi.

“Lho sudah selesai Ar?”

ucap Bu Dian.

“Senin saja saya lanjutkan Bu, untuk laporannya mungkin selasa atau rabu bu, mohon maaf”

ucapku.

“Kamu baik-baik saja?”

ucapnya yang mencoba memberikan perhatian kepadaku.

“Sangat baik bu, sangat baik”

ucapku yang tersenyum lebar didepannya. Entah kenapa pandangan Bu Dian seakan-akan merasa bersalah kepadaku. Aku melanjutkan langkahku, dan tiba-tiba tangan Bu Dian memegang lengan kananku.

“Tunggu Ar, aku mau bicara”

ucap Bu Dian yang berada dibelakangku.

“Maaf saya sedang banyak urusan Bu”

ucapku tanpa menoleh kebelakang.

Segera aku menarik kembali tanganku dengan keras, masa bodoh kalaupun aku tidak lulus karena mengacuhkan dosen pembimbingku, aku tidak peduli lagi. Aku masih bisa meminta ganti dosbing yang lainnya. Aku melangkah menjauhinya, aku sudah tidak mempedulikan lagi apa yang akan terjadi minggu depan.

Royal Win Indonesia Entertainment I Wild Love Episode 27 I Natsuki kisaragi
Episode 27 Wild Love menceritakan seorang teman yang menyimpan rahasia dari sahabatnya simak di Royal Win Indonesia Entertainment.
Pages: 1 2 3 4 5 6

You may also like...

1 Response

  1. Good write-up. I definitely appreciate this website. Continue the good work!