Wild Love Episode 27
Hati yang masih terlalu sayang
Perkuliahanku di hari-hari berikutnya dapat aku ikuti dengan baik. Selama satu bulan aku selalu ber-BBM ria dengan Bu Dian, ya mencoba untuk lebih dekat lagi dengan bu Dian. Selama itu pula aku belum bisa menemuinya untuk melangsungkan bimbingan di karenakan Bu Dian memiliki kesibukan lain. Kelas yang di ajarnya pun di gantikan oleh dosen lain yang satu tim dalam mengajar mata kuliahnya.
Aku jatuh hati kepada Bu dian? Bisa jadi, walau dalam hatiku aku masih terlalu sayang terhadap Ibu, tetapi ketika melihat wajah dan senyuman Ibu serta dorongan agar mencari wanita lain, aku kembali bersemangat. Ya sebenarnya hubungan ini memang salah tapi aku masih belum bisa benar-benar melepas Ibu. Lamanya aku tidak bertemu Bu Dian akhirnya aku sedikit memberanikan diriku untuk meneleponnya.
Halo..
Halo Mbak, selamat Malam, ganggu tidak ya mbak?
Tidak Ar, ada apa tumben kamu telepon aku?
E…. (Aduh sialan kenapa juga telepon, mau apa coba aku)
Kok malah bengong, kasihan yang ditelepon dong kalau kamu diem saja?
E… E… begini bu besok malam minggu mbak ada acara tidak?
Ada…
Owh…
Ada acara kalau kamu ngajak aku keluar
Eh… maksudnya Mbak?
Ya ada acara kalau kamu ngajak keluar, tapi ya ndak ada acara kalau kamu nggak ngajak kemana-mana
Eh… iya bu eh mbak… jadi bisa kan mbak?
Bisa apanya?
E… kalau aku ajak keluar malam minggu, gitu maksudku?
Iya bisa
Percakapan hangat antara kami masih berlangsung, aku dengarkan suara indahnya mengenai cerita-cerita pendek mengenai dirinya. Aku pun sedikit bercerita tentang diriku walau sebenarnya dia sudah pernah aku ceritakan. Akhirnya mencapai pada titik akhir percakapan dan kami mengakhirinya. Aku berharap malam ini dapat berlangsung dengan cukup cepat agar malam minggu segera hadir.
Malam yang di tunggu
Malam minggu telah datang, malam yang aku tunggu-tunggu telah hadir. Kini aku telah di depan rumah Bu Dian, setelah sore tadi jam 14:00 aku berpamitan kepada Ayah dan Ibuku. Ibuku berpesan agar aku bersikap lebih jantan kepada Bu Dian. Aku datang lebih awal karena ingin membawa Bu Dian jalan-jalan dan menunjukan suatu tempat yang indah kepadanya. Lama aku menunggu akhirnya keluar juga seorang wanita yang mulai mengisi hati ini, di hadapan pintu gerbang rumahnya dia berdiri dan tersenyum manis kepadaku.
Mengenakan Kaos putih longgar dan celana jeans hitam pensilnya serta sepatu karet berwarna putihnya. Memang wanita ini sungguh cantik sekali. Di hari sabtu sore ini aku ajak Bu Dian makan bersama di warung emperan, maklumlah aku ingin mentraktir Bu Dian dengan menggunakan uangku sendiri. Setelah makan bu Dian aku ajak ke tempat di mana aku dan Ibu pernah berduaan di sana, di sebuah taman pinggiran bukit. Suasana masih ramai dengan pasangan muda mudi di sini. Hingga akhirnya aku mendapatkan tempat yang sama seperti yang aku tempati ketika aku ke tempat ini bersama Ibu. Kubelikan minuman pukari suwet dan aku duduk di sebelahnya. Kami mulai mengobrol sedikit banyak mengenai perkulihan atau hal lain yang sekiranya bisa mencairkan suasana.
“Em… mbak, kok ndak pernah kelihatan mengajar?”
tanyaku.
“Ada urusan Ar. Kamu sudah sering kesini Ar?”
Lanjut Bu Dian, mengalihkan tema pembicaraan.
“Baru sekali mbak, dan kedua kali ini bersama mbak, mbak belum tahu tempat ini ya?”
ucapku.
“Belum, baru kali ini sama kamu. Yang pertama sama siapa Ar?”
ucapnya dengan senyum manis.
“Sama Ibu, waktu itu Ibu minta diajak jalan-jalan mbak”
ucapku.
“baik banget kamu sama ibu kamu ar”
ucap Bu Dian.
“kan anak satu-satunya mbak jadi ya apa permintaan Ibu aku turuti”
ucapku, kulihat wajah manisnya memandang rembulan sabit yang menggantung di langit.
Bunyi Notifikasi
Mata indahnya seakan-akan menjadi cermin rembulan sabit tersebut. Tiba-tiba sebuah pesan di sematponnya masuk dengan bunyi notifikasi standarnya. Kupandangi wajahnya ketika membaca pesan tersebut. Setelah itu wajahnya menjadi seperti orang terkejut yang penuh kebimbangan.
“Mbak, apakah ada yang mbak pikirkan?”
ucapku kepada Bu Dian.
“Tidak, tidak ada”
ucap Bu Dian.
“Ada apa mbak? Mungkin Arya bisa bantu?”
ucapku.
“Tidak ada Ar, sudahlah jangan kamu tanyakan lagi”
ucapnya.
“Ya, aku mungkin tidak begitu tahu masalah perempuan mbak, tapi kadang aku bisa kasih solusi mbak”
ucapku sedikit menghibur. Raut mukanya penuh kebimbangan kaki kananya yang ditumpuk di atas kaki kirinya terus bergoyang-goyang yang menandakan agar cepat bisa mengakhiri kebersamaan kami.
“Mungkin sebaiknya kamu antar aku pulang sekarang”
ucap Bu Dian.
Dalam kebisuan aku mengantar Bu Dian pulang kerumahnya. Dia memelukku erat, dari dibelakangku. Wajahnya dibenamkannya di punggungku. Perjalanan aku percepat sesuai dengan keinginan Bu Dian. Sampailah aku di depan rumahnya, Bu Dian kemudian turun dari motor dan tersenyum penuh paksaan kepadaku. Kulepas Helmku untuk melihatnya.
“Terima kasih buat malam ini Ar… cup….”
ucapnya sembari memberikan kecupan pada pipiku.
“Sama-sama mbak, terima kasih juga”
ucapku.
Kecupan kali ini terasa berbeda, ada sesuatu yang disembunyikan oleh Bu Dian. Dia kemudian masuk kedalam rumahnya tanpa melihatku sama sekali. Dengan rasa kegundahan aku kemudian pulang. Dalam perjalanan pulang dan masih didalam kawasan Perumahan ELITE, aku berpapasan dengan sebuah mobil yang berada di seberang median jalan.
Tampak mobil itu aku kenal tapi aku lupa dimana aku pernah melihatnya, masa bodohlah. Ahhh… Satu bulan yang lalu aku pulang dengan hati yang sumringah tapi hari ini, kurang lebih satu bulan setelahnya aku pulang dengan perasaan tidak menentu. Aku sampai dirumah dengan disambut oleh Ibu, dan Ibu seakan-akan tahu apa yang aku rasakan. Ibu tersenyum dan memberikan kecupan pada bibirku. Dan mengantarkan aku ke dalam kamar lalu meninggalkan aku sendiri, ya karena Ayah ada dirumah.
Di hari minggu siang aku mencoba menghubungi Bu Dian, karena proposal Tugas Akhirku sudah selesai aku rapikan dan kuperbaiki serta aku berikan beberapa tambahan. Akhirnya aku menelepon Bu Dian. Tuuuuuuuuuut tuuuuuuuuuuuut cklek telepon diangkat.
Ya Halo
Selamat malam mbak, maaf mengganggu
Iya, Ar ada apa?
Emm… kapan ya mbak bisa bimbingan lagi?
Besok senin ya, emm… maaf Ar, aku sedang ada perlu bisa dilanjut lain waktu tidak teleponnya
Eh… bisa-bisa mbak, terima kasih mbak
Ya sama-sama
Good write-up. I definitely appreciate this website. Continue the good work!