Wild Love Episode 26
Wild Love (Episode 26)
Royal Win Indonesia Entertainment – Wild Love Episode 26 Di sebuah cafe yang terletak lumayan jauh dari perumahan ELITE, perumahan dimana Wanita cantik yang bersamaku ini tinggal. Aku di ajak oleh wanita ini untuk makan malam bersama, kami mengobrol banyak mengenai beberapa hal yang bisa kami bicarakan untuk mencairkan suasana. Tatapan matanya ketika berbicara kadang sangat tajam menuju kearah bola mata ini.
Tatapan mata yang tajam dan penuh arti yang tak bisa aku terjemahkan dalam kalimat. Suatu pemandangan aneh memang ketika seorang wanita cantik dengan gelar pendidikan yang tinggi serta kesehariannya mengajarku sekarang mengajakku untuk makan malam. Terbesit dalam pikiranku kalau wanita di depanku saat ini adalah seorang wanita yang sedang jatuh cinta kepadaku, tapi pikiran itu selalu aku buang jauh-jauh dan hanya aku gantung sebagai sebuah angan yang tak mungkin aku raih.
Setiap kumpulan makanan yang berada di alat makanku kadang aku diamkan sejenak ketika aku angkat hanya untuk mencoba melihat wajah cantik dan manisnya itu hanya untuk melihatnya walau sebentar saja. Senyumannya kadang membuatku semakin gugup, kadang membuatku terbang ke awang-awang, kadang pula aku sedikit tidak percaya dengan apa yang terjadi di malam ini, apakah aku sedang bermimpi? Itulah pertanyaan yang tepat di malam ini. Namun kebahagiaan itu dalam sekejap berubah menjadi sebuah tempat gelap nan kelam bagiku.
Braaaak…. tiba-tiba seorang lelaki menggebrak meja makan kami, sempat aku melihat seorang lelaki dengan postur tubuh tinggi dan berkulit putih. Memakai HEM dan di lengkapi oleh jas berwarna abu-abu serta celana berwarna hitam.
Kelablakan
Cepraaaaaaaaaat… minumanku di siramkannya di wajahku, aku tekejut dan kelabakan. Ada beberapa molekul-molekul dalam minuman itu masuk ke dalam mataku. Pedih rasanya mata ini, tanganku yang semula memegang alat makan langsung kulepas. Kedua tanganku mengucek-ucek kedua mata ini walau terasa semakin perih.
“DASAR LAKI-LAKI TIDAK TAHU MALU, BERANINYA MENGAJAK JALAN CEWEK ORANG!”
bentak laki-laki tersebut yang tak bisa aku lihat ekspresi wajahnya karena perihnya mata ini.
“Lucas, Apa-apaan kamu ini? Jangan sembarangan!”
bentak bu Dian.
“Lucas, siapa lucas? Kenapa dia marah kepadaku? Pedih sekali mataku, Sial! Tisu, aku butuh tisu dan air”
bathinku.
Kulepaskan kucekan pada mata kiriku, tangan kiriku mencoba meraih tisu makan yang ada di meja. Pandanganku sedikit buram, semua nge-blur, walau buram aku masih dapat melihat Bu Dian yang nampak berdiri, kedua tangannya memegang tangan kanan Lucas. Kudengar pertengkaran antara mereka berdua, dimana bu Dian mencoba untuk menarik Lucas dan Lucas mencoba untuk memberiku sebuah Hadiah. Kualihkan pandanganku ke tisu makan walau sedikit buram aku masih bisa melihatnya.
Kusentuh bagian ujung tisu makan yang ada di meja itu dan BUGHH! Sebuah hantaman keras mengenai pipi kiriku dengan posisiku yang tidak siap menerima pukulan keras. Aku terjatuh kelantai di sebelah kananku, tangan kananku mencoba untuk menahan laju tubuhku tetapi karena pukulan itu datang tiba-tiba aku terjatuh di tambah lagi kaki kananku sedikit terpeleset cairan mungkin itu adalah minumanku tadi. Kini aku jatuh dengan posisi tubuh miring, segera aku rubah posisiku menjadi duduk dilantai. Kuraih kaosku sendiri dan kulap pada wajahku.
“ARYAAAAAAA! LUCAS HENTIKAN!”
Teriak Bu Dian.
Masih sedikit perih memang, kupaksa mata ini membuka dan sudah mampu untuk melihat lagi. Pandanganku sedikit kabur, kulihat Bu Dian mendorong lucas dan bergerak ke arahku tetapi dengan sigap lucas memegang tangan kiri Bu Dian dan menariknya kebelakang. Bu Dian tertarik kebelakang, secara tiba-tiba lucas meraih kaosku dan di tariknya aku. Aku yang semula berada di posisi duduk sekarang bagaikan seekor anjing ditarik, kucoba untuk berdiri walau ditarik oleh lelaki yang bernama Lucas ini.
“Lucas hentikan! Apa-apaan kamu ini!”
Teriak Bu Dian di hadapan lucas, yang mencoba menghalangi jalan Lucas.
“Apa-apaan? Kamu yang apa-apaan! Beraninya jalan dengan cowok lain!”
bentak Lucas.
“Kamu tidak berhak melarangku, karena kamu bukan siapa-siapaku!”
balas Bu Dian, dan aku masih mencoba membersihkan wajahku dan menyeka mataku dengan lengan kaos di bahuku. Mataku kini sudah tidak begitu pedih, kulirik ke kanan dan kiriku tampak semua orang mengamati kami semua.
“Oh ya! Lalu selama ini aku kamu anggap apa!”
bentak lucas yang masih memegang kaosku.
“Kamu itu temanku,tidak lebih!”
bentak Bu Dian.
“Oooo jadi karena laki-laki ini sekarang kamu mau meninggalkan aku, begitu! Kalau begitu laki-laki ini harus diberi pelajaran agar tahu bagaimana caranya menghormati hubungan seseorang”
bentak lucas yang menarikku. Kini aku berdiri di belakang lucas yang masih memegang kaosku, kutatap mereka berdua. Aku tidak memberikan perlawanan apapun dan hatikupun sedikit setelah mendengar apa yang lucas katakan pada Bu Dian.
“Hubungan? Ahh… memang benar apa yang dikatakan Lucas, aku selalu hadir di tengah-tengah hubungan seseorang, arghhhh sial kenapa pedih lagi mataku”
Bathinku.
“Dia tidak ada hubungannya dengan ini semua! Lepaskan dia!”
Bentak Bu Dian.
“HAAAAAAAAH! Masa Bodoh, minggir!”
bentak lucas sedikit mendorong tubuh bu dian, bu dian hampir saja jatuh tapi dia mampu menahan tubuhnya dengan berpegangan kepada sebuah meja.