Wild Love Episode 24
Terlelap dalam kemesraan
Lama kami beristirahat dan Tak ada percakapan di antara kami berdua. Aku kemudian bangkit dan mengambil selimut untuk menutupi tubuh kami berdua. Lalu aku peluk tubuh Ibuku yang masuk dalam dekapanku. Aku peluk tubuhnya dan kudaratkan ciuman hangat pada keningnya.
“so warm…”
ucap Ibu lirih.
“for you….”
jawabku.
Akhirnya kami tertidur dan terlelap dalam mimpi. Terasa hangat tubuhnya dalam dekapan tubuhku. Jam berdetak menjadi saksi bisu persetubuhan kami. Malam pun mulai lelah dan menjabat tangan pagi untuk menggantikannya. Dua insan manusia masih berada di dalam sini, lelah dengan peluh kenikmatan.
Aku bangun dan tak kudapati Ibu di sampingku, Kulihat jam dinding di kamarku berdetak kencang. Jam dinding itu mengingatkan aku agar segera bangkit dan mengambil kesempatan untuk berkarya pagi itu. Aku kemudian turun hanya menggunakan celana kolor dengan dada tanpa penutup. Kuambil handuk dan segera kekamar mandi, ketika aku sampai dibawah aku terkejut dengan penampilan Ibu. Telanjang dan hanya menggunakan celemek yang menutupi bagian depannya saja.
“sudah mandi dulu sana”
ucap Ibu.
“Ehh… kalau Ayah tahu bagaimana?”
ucapku.
“Diakan pulangnya nanti sore…”
jawab Ibu.
“MANDI!”
ucap Ibu seakan-akan tahu isi pikiranku, langkah kaki yang semula menuju kearahnya kemudan berbelok menuju kamar mandi. Di dalam kamar mandi aku kemudian mulai membersihkan tubuhku yang penuh dengan keringat ini dan bau dari asam asetat ini.
Tok tok tok… ketukan pintuk kamar mandi aku langsung membukanya.
“Mau Ibu mandikan?”
tanya Ibu yang tersenyum dengan tubuh telanjangnya.
Aku terkejut tapi langsung sadar dan mengangguk sekencang-kencangnya dengan senyum lebar. Ibu kemudian masuk lalu menyalakan shower dan berdiri di belakangku. Aku sedikit mundur agar tidak terkena air dari shower. Di sabuninya punggungku dengan kedua tanganya, ketika usapan sampai pada pinggulku tangan Ibu kemudian bergerak maju mengelus dan mengocok dedek arya dengan lembut. Terasa kehangatan susunya menempel pada punggungku.
“Arghhhmmmm… enak sekali bu… ehmmmm”
ucapku yang berdiri tegap didepan Ibu sambil merasakan nikmat elusan dan gesekan susunya pada punggungku.
“hmmm… ternyata enakan tangan ya daripada empik Ibu?”
ucapnya.
“argghh… ya enggak gitu bu, enak semua, malah empik Ibu yang paling enak arhhhmm…”
ucapku dengan mata terpejam menikmat sensasi mandi sabun ini.
Di dorongnya maju tubuhku hingga terguyur oleh air shower, di peluknya tubuhku dengan usapan-usapan pada dadaku. Ku arahkan kedua tanganku ke belakang dan memeluknya. Aku akhirnya berbalik dan diusapnya seluruh tubuhku hingga tak ada sabun lagi yang tersisa. Ibu kemudian turun dan semakin turun, diciumnya ujung dedek arya dengan bibir manis yang di hiasi oleh senyumanya.
Goyangan Pinggul
Di jilatinya ujung dedek arya hingga ke pangkal dedek arya, di kulum-kulumnya zakar dedek arya. Aku semakin tidak tahan dengan permainan Ibu, kuangkat tubuhnya dan ku posisikan menungging dengan kedua tangannya bertumpu pada pinggir bak mandi. Kuarahkan dengan tepat dedek arya dan sleebbb masuklah dedek arya ke dalam vaginanya. Aku mulai menggoyang pinggulku secara perlahan.
“Pelan-pelan saja sayang erghhh sabuni tubuh Ibu sekalian arghhh”
ucap Ibu, segera kuraih sabun mandi cair dan kutumpahkan kepunggungnya sambil masih menggoyang pelan pinggul.
“Tubuh Ibu bagus… jangan dikasihkan ayah lagi ya bu”
ucapku sambil mengusap-usap punggungnya, kemudian tubuhku sedikit membungkuk dan kedua tanganku mengusap serta meremas susu Ibu.
“Kamu suka susu Ibu ya?”
ucapnya sambil kepalanya menoleh mencoba melihatku yang ada dibelakangnya.
“Iya bu, besar dan kencang”
ucapku sambil memainkan puting susunya.
“besok istri kamu, Ibu kasih ramuannya biar kamu betah dirumah”
ucapnya.
“Jangan bilang masalah istri dulu bu, sekarang aku dan Ibu”
ucapku tampak senyuman diwajahnya, senyum bahagia atas ucapanku.
Setelah semua tubuh Ibu aku sabuni aku arahkan tubuhnya untuk bertumpu pada tembok dibawah shower. Rambut yang di kucir sanggulpun akhirnya terurai. Pemandangan yang jarang sekali aku lihat, karena selama ini rambutnya selalu dalam keadaan digelung kebelakang. Kupegang pinggang Ibu dan aku mulai menggoyang dengan cepat.
“Arrghhh… Ibu aku ingin melihat rambut panjang Ibu, aku suka bu… cantikhhh arghhhhh… bu tempik Ibu nyepit arya”
ucapku.
“iyah nakh erhmmmm… terus goyang nakkhhhh arghhh… buat Ibu keluar nakhhh… Buat ibu keluar dengan kontolhh arghhh kamuhhh…aishhhhhh arghhhhh”
racaunya.
Akupun semakin mempercepat goyanganku dengan memegang pinggulnya. Ku percepat laju dedek arya dalam vaginanya hingga tubuh ibu melengking bergoyang tak tentu arah. Aku semakin menikmati sensasi ini kubungkukan tubuhku dan kuremas susunya yang menggantung itu.
“Owgghhh bu, aku ingin menyetubuhi ibu selalu arghhhh enakkhhh sekali bu… aku ingin begini terusssh arhhhhh aku ingin keluar dirahim ibu arghhhh… cumahhh Ibu yang bisahhh bikinhh aryah cepathh keluarhhhh arghhhhhh”
racauku.
“Keluarkanhh keluarkan nakhhh owgh buat ibu juga keluar sirami rahim Ibu dengan pejumu nakhhh owghhh…. kontolmuwhh… Ibu suka kontolmuwhhh”
rintihnya.
Crooot… croooot… crooot… crooooot… crooot…
Bersamaan dengan keluarnya cairan hangat ibu keluar pula cairan hangatku dan bersatu. Segera ibu melepaskan dedek arya di dalam vaginanya dan berbalik ke arahku. Di peluknya aku, wajahnya menengadah keatas, bibirnya terbuka mengharap sebuah ciuman hangat dari bibirku. Kuhempaskan bibirku di bibirnya hingga lidah kami bertautan. Pelukan hangatnya membuat dinginnya air yang berjatuhan dari shower tak terasa. Akhirnya kami saling memandikan tubuh kami dan mengakhiri permainan kami. Kamar mandi ini menjadi saksi bisu permainan kami.