Wild Love Episode 22

Berbatang-batang yang telah di bakar api menjadi abu

Berbatang-batang dunhill mulai habis dibakar oleh api, hangus menjadi abu. Ku menunggu dan menunggu kulihat jam pada sematponku menunjukan pukul 16:30. Kuperhatikan lingkungan ini tampak asri dan nyaman. Para pengemudi mobil nampak acuh dengan kehadiranku di pinggir jalan ini mungkin karena mereka adalah orang-orang perlente yang hidup di sini.

Kumainkan sematponku dengan wajah masih tertutup dengan jaket. Ngiiiiik…. suara pintu gerbang dibuka, tampak seorang wanita yang tadi membukakan pintu kini sedang membukakan pintu gerbang rumah itu kembali. Terlihat dua orang masuk kedalam mobil, ya itu Ayah dan Om Nico. Mereka mengeluarkan mobil kemudian melaju hingga sampai pada median yang terputus mereka memutar balikan mobilnya.

Aku masih tertunduk ketika mereka melewatiku, tampak acuh mereka dengan situasi disekitarnya. Kulirik mobil BMW itu yang kemudian menghilang di kejauhan. Aku langsung bangkit dan berlari kearah rumah itu dimana wanita tersebut masih mencoba untuk menutup pintu. Segera aku bergerak cepat dan kuhentikan wanita itu untuk menutup pintunya.

“Tunggu!”

ucapku sembari memegang pintu gerbang tersebut dan membuka jaket yang menutupi wajahku. Wanita tersebut tampak terkejut dengan kedatanganku.

“Si… si… siapa kamu?”

tanya wanita itu sedikit ketakutan.

“Arya Arya Mahesa Wicaksono”

ucapku dengan tatapan mata tajam kearahnya.

Didepan sebuah rumah yang lumayan mewah ini, aku sedang beradu kekuatan dengan seorang wanita paruh baya. Dimana wanita tersebut sedang mencoba menutup pintu dan aku menahannya agar dia tidak menutupnya. Wanita itu tampak terkejut ketika mengetahui namaku sebenarnya. Aku merasakan tekanan pada pintu itu melemah dengan tatapan mata yang tajam kemudian sedikit melemah lalu tangannya membuka pintu gerbang itu.

“Cepat masuk!”

ucapnya sedikit keras.

Aku kemudian masuk dan tepat berada di belakang wanita tersebut. Wanita itu kemudian sedikit melongok ke kanan dan kekiri melihat situasi. Di tutupnya pintu itu dan kemudian menarik aku agar segera masuk kedalam rumah. Wanita yang anggun dengan kulit putihnya, berpakaian putih tanpa lengan dan rok yang masih sama seperti yang pertama kali aku melihatnya ketika membukakan gerbang rumah.

“Jangan kamu tinggalkan sepatu kamu, bawa bersamamu”

ucap wanita itu. Aku kemudian membawa sepatuku yang sebelumnya sudah aku lepas. Aku kemudian masuk kedalam rumah mewah ini, rumah yang tatanannya mirip sekali dengan rumah rahman tapi lebih sempit.

“Duduklah, aku buatkan minuman sebentar”

ucap wanita tersebut.

“Tidak usah tante, jika nanti tante lupa membawa masuk gelasnya bisa-bisa mereka curiga ketika masuk kerumah ini, aku sudah membawa minuman botol sendiri dari rumah”

ucapku, dan diiyakan oleh wanita tersebut.

Sebuah pemandangan aneh

Dari ruang tamu aku bisa melihat sebuah pemandangan aneh di ruang keluarga yang bersatu dengan ruang makan itu. Kulihat benda-benda aneh yang terselebar di ruangan itu, ikat anjing, pecut dan juga tali-tali yang entah digunakan untuk apa. Wanita tersebut kemudian duduk dan menghadap kearahku. Asbak yang penuh dengan batang rokok dunhill dan juga minuman yang masih tersisa walau sedikit menghiasi meja ruang tamu ini serta sebungkus dunhill di meja itu.

“Kenapa kamu bisa sampai disini? Dan apa yang kamu inginkan?”

tanyanya kepadaku.

“Seharusnya saya yang bertanya, siapa tante sebenarnya?”

tanyaku kembali.

“Haaaahhhhh…”

desahnya sambil merebahkan tubuhnya di tempat duduknya sekarang.

“Kamu adalah anak mahesa, si bajingan itu kan? Apakah kamu ingin menyiksaku seperti halnya Bajingan itu”

ucapnya.

“Maaf saya tidak seperti dia”

ucapku.

“Saya kesini hanya ingin tahu kenapa mereka kemari dan siapa tante?”

tanyaku. Kemudian dia bangkit dan melihatku dengan seksama, menatapku dengan tajam. Kemudian dia tersenyum kepadaku.

“Iya kamu tidak seperti bajingan itu, aku yakin kamu adalah orang baik yang bisa dipercaya”

“Ceritanya panjang dan lebih baik kamu segera pulang sekarang sebelum mereka datang lagi”

ucapnya.

“Aku tidak akan pulang sebelum tante menceritakan kepadaku, siapa tante dan kenapa mereka kemari?”

“Apakah tante yang menyebabkan Ayah jadi jarang pulang?”

ucapku.

“Dia jarang pulang itu karena dia menikmati setiap waktunya disini”

ucapnya kemudian menitikan air matanya, diambilnya sebuah batang dunhill dari meja itu dan dicobanya disulut. Aku kemudian bangkit dan memegang tangan wanita ini.

“Tante, aku paling tidak suka dengan perempuan yang merokok”

ucapku dengan tatapan mata setajam silet. Wanita itu kemudian meletakan kembali korek dan batang dunhill itu. Kuambil batang dunhill itu dan aku menyulutnya, lumayan gratisan.

“Kamu tidak perlu ikut didalam permainan mereka, segeralah pulang, jika mereka mengetahui kamu ada disini, kamu akan….”

ucapnya terpotong sembari berdiri disampingku menatap keluar jendela ruang tamu.

“Dibunuhnya tante? Tidak, tidak semudah itu mereka membunuhku. Aku akan membunuh mereka terlebih dahulu jika mereka melakukan itu”

ucapku, dia kemudian menoleh kearahku dan melihatku dengan senyuman.

“Apakah kamu mau menghentikan mereka? Apa kamu mampu?”

ucap wanita itu dan kembali duduk dihadapanku.

“Jika tante bisa berkerja sama denganku, aku pasti bisa”

ucapku lirih sembari membuang asap dari paru-paruku.

“Apa yang kamu bisa heh??? Melawan bajingan yang dilindungi oleh semua orang-orang hebat dikota ini? kamu itu hanya kunyuk dan kamu sendiri”

ucapnya tertawa keras dihadapanku.

“Aku akan melindungi orang-orang yang aku sayangi, cintai dan juga membalas perlakuan ayahku terhadap kedua orang tuanya dan juga mengembalikan cinta seorang penjaga losmen”

ucapku kepada tante tegas dengan tatapan tajamku kearah tante.

“Pen.. Pen… Penjaga Losmen? Ka… Ka…Kamu bertemu dengannya? Ba… Ba… Ba… gaimana kabarnya? Cepat katakan kepadaku”

tanyanya yang bangkit, tatapan matanya menjadi tatapan mata penuh harap. Aku terkejut ketika wanita ini mengatakan penjaga losmen, apakah dia mengenal penjaga losmen itu.

“Tante tidak perlu tahu penjaga losmen itu, karena dia aku bisa mengetahui semuanya, yang terpenting tant….”

ucapku terpotong.

“KATAKAN PADAKU BAGAIMANA KEADAANNYA?!”

Bentaknya kepadaku.

Aku terkejut melihat raut wajah wanita ini yang kemudian menjadi penuh dengan air mata ini. aku hanya bisa bungkam tak tahu apa yang harus dikatakan kepadanya. Lalu aku takut jika dia membocorkan rahasiaku. Aku hanya diam dan diam dengan tetap menghisap asap tembakau ini.

“aku mohon katakan kepadaku”

ucapnya sambil memohon berlutut dihadapanku.

“Maaf tante, aku tidak bisa membahayakan identitasnya, jika tante tidak bisa diajak berkerja sama, maaf mungkin aku akan membunuh tante malam ini”

ucapku membuat tante terkejut dengan perkataanku. Dia kemudian bersandar pada meja ruang tamu itu dan menerawang keatas. Aku masih duduk di kursi ruang tamu dan melihat kebawah kearahnya.

“Namaku Wardani, Akulah cinta dari penjaga losmen itu, dan aku masih selalu berharap bisa bersamanya lagi”

lanjutnya.

“Jadi tante adalah….”

ucapku terpotong.

“Iya, aku adalah istrinya, dan aku…”

ucapnya terpotong karena tangisannya.

“Maafkan aku tante jika aku tadi mengancam tante”

ucapku.

“Aku hanya berharap tante bisa kembali lagi dengan pak koco, apapun yang terjadi”

ucapku lirih.

“Tidak bisa, jika mereka kehilangan aku, mereka bisa saja membabi buta, itu berbahaya untuk keluarga, dan orang-orang disekitarmu”

ucapnya.

“Suamiku pasti sudah bercerita banyak kepadamu, karena melihatmu bisa sampai disini”

ucapnya sembari menoleh kearahku. Kemudian wanita itu duduk bersimpuh dan bersandar pada kursi didepanku.

“Kamu tahu pasti sudah mendengar cerita dari suamiku, bukan? Tentang apa yang terjadi?”

ucapnya sembari mengambil minuman sisa dari Ayah dan Om Nico.

“Iya tante, kenapa tante tidak melarikan diri dari tempat ini?”

ucapku.

“Lari? Seberapa jauh aku bisa lari? Kamu pasti tahu aku mempunyai anak, jika aku lari bagaimana nasib anakku? Mereka bisa menjadikannya binatang peliharaanya”

“Bahkan keluargamu bisa juga dihancurkannya”

ucapnya sedikit membentak.

Jujur saja aku tidak mengerti apa perkataan tante wardani ini. Dia tampak tertekan ketika membicarakannya. Kemudian tante wardani berdiri dan membuka semua pakaiannya, aku sedikit terkesima dengan bentuk tubuh tante wardani ini. Susu yang besar dan sekal, vagina yang rapi tanpa bulu, wajahnya pun tampak awet muda.

Wild Love Episode 22 - Royal Win Indonesia Entertainment Gambar 22.3
Wild Love Episode 22 – Royal Win Indonesia Entertainment Gambar 22.3
Pages: 1 2 3 4

You may also like...